1. Metode Pencampuran/incorporation
- Obat larut Dilarutkan dalam komponen yang ada dalam basis, dicampur
bagian perbagian.
- Jika obat tidak larut Digerus sampai ukuran partikel 74 mikron
- Bahan obat yang tidak larut harus didispersikan dalam basis setelah pengecilan
ukuran partikel (74 mikron setara dengan ayakan no. 200)
- Dalam pencampuran jika jumlah bahan obat dengan basis perbedaannya sangat
besar dilakukan dengan pengenceran.
- Bahan obat yang tidak larut dalam basis emulsi bisa dilakukan dengan mekanik atau
peleburan dan dengan penambahan levigating agent
3. UJI STABILITAS
Uji yang secara rutin dilakukan untuk mengetahui profil laju degradasi
bahan obat yang ada dalam sediaan.
Biasanya pakai cara penyimpanan untuk pengukuran stabilitas yang
dipercepat
SUPPOSITORIA
Merupakan sediaan yang dimaksudkan untuk penggunaan ke dalam rektal, vagina
dan jarang digunakan untuk uretra.
PENGATURAN DOSIS
Umumnya diberikan 1,5 sampai 2 kali dosis oral, kecuali untuk obat yang sangat
kuat.
Pertimbangan penentuan Dosis Rektal
1. Sifat fisik dan kimia obat dan kecepatan absorpsinya
2. Formula basis
PENGGUNAAN TERAPETIS
1. Efek lokal ( Wasir, konstipasi, antibakteri )
2. Efek Sistemik ( Analgetik, Antispasmodik, Penenang, Sedatif dan Antibakteri )
KECEPATAN
ABSORSI OBAT
DI REKTUM
1. Faktor Fisiologis
pH mukosa rektal, Sifat lapisan mukosa rektal yg kontinyu dan non polar
Obat akan cepat diabsorpsi didaerah anorektal jika obat berada dalam bentuk
nonionik ( tidak terionkan )
PEMILIHAN
SUPPOSITORIA
2. POLIETILEN GLIKOL
Kombinasi PEG padat dengan PEG cair ( PEG 1000 : 4000 / 0.75: 0,25 )
Kekerasan Basis Suppositoria sangat mempengaruhi laju pelepasan obat
dari basis
PENGATURAN PERBANDINGAN FASE PDT/CAIR
3. BASIS GLISEERIN
USP XX :
1/ Gliserin 91
Natrium Stearat 9
Air Murni 5
2/ Gliserin 70
Gelatin 20
Air 10
FORMULASI SUPPOSITORIA
EFEK LOKAL
- TIDAK ADA ABSORPSI
- OBAT DPT TERIKAT KUAT DALAM BASIS
- MELELEH LAMBAT