1. Pengembangan Farmasi ( Research and Development )
Obat baru yaitu suatu sediaan dimana zat aktifnya baru atau kombinasi nya baru atau bentuk sediaanya baru, cara pelepasannya baru, potensinya baru atau rute pemberian baru. ( obat originator ). Untuk industry di Indonesia banaknya mengembangkan mee too, bukan obat baru, yaitu yang disebut obat generic. Obat generic lebih banyak dikembangkan, memiliki resiko paling rendah karena udah ada obat inovatornya, Obat innovator resikonya lebih tinggi karena tinggi kegagalannya, uangnya juga cukup besar. Resiko lain terkait studi klinik fase 4, karena kita belum tau terkait ESO nya. Selain dari segi biaya, waktu penelitiannya cukup pendek untuk obat generic, hanya tinggal dikakukan uji bioekivalen ( 2- 5 tahun saja). Jadi rata-rata menghindari resiko tersebut. 2. Alur pengembangan suatu Produk RND beragam tergantung industry masing-masing. Memiliki alur proyek pengembangan yaitu dibagi menjadi 3 pengembangan formulasi, pengembangan metode analisis dan registrasi. Usulan akan berasal dari business development bekerja sama dengan marketing sesuai pasar memberikan usulan sesuai pasar kemudian disampaikan ke RND. RND kita mengembangan metode kemudian diberikan ke Registrasi, pengembangan formula di transfer ke produksi, untuk analisis di transfer ke QC. Setelah berhasil pengembangan, langsung di Registrasi. Secara umum RND ada di Persiapan dan Pengembangan. Usulan berasal dari Busdev dari survei pasar dan forecasting > RND > dikaji CPOB, fasilitas dan peralatannya ada tidak, memadai tidak > jika tidak ada, lakukan toll out manufacture > missal esomeprazole, bentuk isomer dr omeprazole, non beta lactam tablet, punya CPOB tapi peralatan tidak punya karena dia merupakan pellet dalam tablet ( harus bisa meminimalkan segregasi, mesin tabletnya harus sangat terkontrol supaya pellet salut enteric tidak pecah sehingga menurunkan efikasinya > dilihat masalah paten, yang menentukan bahan apa yang bisa digunakan, kapan bisa launching seperti ( Forxiga yaitu dapagliflozine propanediol monohydrate yang setara dapaglifozin, tapia ada 2 di Indonesia sampai 2023 dan 2027 yang nentuk solvat dan kompleks ), boleh mengeluarkan tapi dengan bentuk berbeda, lakukan bentuk bioekivalennya > Sourcing bahan aktif, produsen man ayang memiliki produk dengan dokumen lengkap ( sertifikap GMP, sertifikat halal, GMF, yang akan diminta oleh registrasi ) > estimasi harga di pasaran yang disampaikan di busdev, dilihat prosfektif nya, kalo iya dilanjutkan ke persiapan Di persiapan ada beberapa step yaitu studi praformulasi, karakterisasi prodk komparator (profil disolusi), spesifikasi dan metode uji (review butuh tidak alat-alat tertentu LC/MS MS/MS ). Untuk pengembangan sendiri ada formula.fordeb, proses dan peningkatan skala (adjustment tertentu), metode analisis, dan kemasan (material dan desain kemasan). Ada 3 skala yang dilakukan yaitu a. skala kecil ( 1000 unit tablet/kapsul) > metode analisis tentative, belom divalidasi menyeluruh karena validasi total harus menunggu formula terpilih b. Skala Lab (10.000-25.000), dilakukan uji stabilitas parsial, validasi metode analsisi, validasi pembersihan dan evaluasi bahan kemas c. Skala Pilot/Produksi Validasi metode analisis menyeluruh dimaa sudah ada formula 1 (2/3 batch dicoba, apakaj memberikan hasil terulang? Missal dari hasil susut pengeringanya, sudah benar belum critical parameternya), Transfer Teknologi, Uji stabilitas (sediaan multidose, indose stability, bagaimana suatu produk bertahan dengan suhu penyimpanan tertentu. Uji stabilitas untuk menunjang distribusi, uji suhu ekstrem seperti freeze and thaw, evaluasi pengaruh suhu diatas/ dibawah suhu rekomendasi pada waktu singkat ) dan Uji BE , lakukan uji holding time ( berapa lama waktu tunggu yang masih bisa diterima ) > techinal report series di WHO 3. Studi PraFormulasi Mempelajari karakterisasi sifat fisiko kimia, biologi dari bahan obat dan studi kompatibilitas obat serta eksipien. Studi ini dilakukan karena kita harus memiliki data terlebi dahulu. a. Sifat Fisika - Pemerian, Ukuran, bentuk, luas permukaan partikel, Polimorfisme - Titik lebur - Kelarutan - Higroskopisitas - Densitas dan sifat alir b. Polimorfisme Terdapat transformasi karena suatu proses, Stabilitas, Disolusi, Bioavailabilitas c. Titik Lebur Terkait dengan Kemurnian bahan, Pemilihan proses dan eutektik d. Kelarutan Berkaitan dengan bentuk sediaan, disolusi dan cairan granulasi e. Sifat Kimia bahan aktif dan eksipien - Struktur Kimia dan gugus fungsi Prediksi sifat kelarutan dan permeabilitas berdasarkan fungsi pH missal gugus ester, stabilitas nya berapa? Rentan terhadap apa? Hidrolisis? Atau Oksidiasi? - pKa Kemampuan senyawa melepas proton dala m suatu pelarut dalam suatu kondisi setimbang. pH = pKa , satu senyawa berada pada kondisi setimbang di bentuk terion dan tidak terionnya. Pada ph = pka senyawa asam, pada ph dibawah pka bentuknya tidak terionnya lebih banyak, bentuk terionnya larut dalam air. Ph > pka bentuk terionnya banyak, semakin makin larut. Begitu juga kebalikannya. Intinya terkait kelarutannya. Penerapan pKa merupakan kelarutan sebagai fungsi pH, penentuan lokasi absorbsi obat (tidak terion lebih mudah diserap), pemilihan dapar, dan pemilihan pengawet. Nilai pKa tidak bisa untuk menentukan Asama tau Basa, seperti fenol, pKanya 10 > dia senyawa asam lemah. Untuk prioxam ada gugus NH, pKanya Rendah, jadi lihat strukturnya bukan pKanya. Pemilihan dapar, tentukan pHnya kemduian lihat pKa dari garam yang akan digunakan, jadi diharapkan kemampuan mendapar ada di nilai +- 1 dari pKa. Missal pH 4,5 yang dibutuhkan, cari dapar apa yang punya pKa sekitar 4 atau 5, missal asam asetat. Missal pH 6, bisa pake fosfat karena dia ada 3 pH. - Pemilihan Pengawet Pengawet lebih aktif dalam bentuk tidak terionkan seperti benzoate > pKa 4.19, jadi apabila ingin aktif, pH harus dibawah 4 atau 4,5 (10% di 4.5). jadi produk pH 6 jangan pakai benzoate karena tidak akan aktif, pilih paraben. - Stabilitas ( Solvolisis, Hidrolisis > kloramfenikol harus di suhu rendah disimpannya karena rentan hidrolisis , Fotolisis > Sinar > satu senyawa dapat terjadi sensitisasi berubah menjadi radikal yang menyerang dia sendiri atau bahan aktif , Interaksi Eksipien ( Laktose dengan Lisinopril> Reaksi Malliard ) f. Senyawa Sejenis dan Pengotor - Pengotor Organik ( terkait proses ( Sartan) obat ) - Pengotor anorganik - Residual Solbent g. Sifat Biologi - Klasifikasi BCS Kelarutan tinggi berdasarkan BCS berdasarkan dosis tertiggi ( berbeda tiap negara seperti Asiklovir di Indonesia 400 mg di negara lain 800 mg ) dengan media air pH 1,2-6,8 ( pH lambung hingga usus halus) serta volume <250 mL ( vol vairan lambung pada kondisi kosong ) Permeabilitas tinggi berdasar BCS > Jumlah terserap dalam saluran cerna > 85% obat yang diberikan berdasar Penetapan keseimbangan massa yang disertai pembuktian stabilitas dalam saluran cerna atau dibandingkan dengan BA absolut ( Losartan > Permeabilitas rendah karena banyak terserap dan termetabolisme gitu ) - Keamanan Senyawa obat poten, reagen kimia, limbah ( ANTIBIOTIK DI DESTRUKSI DULU YA ). Harus dikondisikan dengan kondisi tertentu, seperti finasterik yang bekerja dengan menekan hormone testosterone yang berakibat kepada bayi sehingga dapat menganggu pertumbuhan kelamin. 4. Pengembangan a. Pengembanga Formula - Pakai QBD, kita harus tau sifat fisika kimianya, berpengaruh apa terhadap mutunya? - Eksipien > Diluent, Blinder, Prservatives, Suspending Agents, Surfactan, Capsule shell dan lain sebagainya - Pengawet > Penentuan jeis pengawet berdasarkan pH aktifnya di pH berapa - Bentuk Spesifikasi Produknya > Lihat monograde di FI, USP, BP/EP/JP dll. - Karakterisasi Produk Komparator untuk menentukan karakterisasi produk seperti breakscore ( tampilkan breakscore sesuai ketentuan ), komponen bahan tambahan secara kualitatif dan jika ada secara kuantitatif (terkait inkompabilitas), target populasi pasien seperti Pediatirk > perhatikan taste masking, bentuk sediaanya dan keamanan eksipien karena perbedaan ADME ( pada lactose dll ) - Pertimbangkan overage, produk yang ditambahkan dalam wadah atau zat aktifnya dilebihkan. Missal container overage di sediaan cair , untuk ampul 1 ml, tambahkan excess volume sekitar 0,1 ml, jadi apabila diambil ada yang tertinggal, pasien tetap dapat volume dosis yang tertera. Untuk sediaan yang lebih besar seperti sirup, kaitanya dengan deliverable volume ( jika dituang, bisa sesuai yang tertera ). Manufactoring overage terkait dengan kehilangan selama proses, missal tertinggal di mesin, untuk mendapat zat aktif kadar 100% lebihkan bobot timbang. Stability overage dilakukan biasanya di sirup multivitamin, dimanan saling berinteraksi, tambahkan bobobot lebih jadi missal di edarkan tetap ada. - Inkompatibilitas Pencampuran 1:1 , dll b. Pengembangan Proses - Proses Produksi Sediaan PAdat Cetak Langsun (harga cetak lebih mahal), Granulasi basah dan keringBlend : disatu tempat saja, alau mixing di mana saja bisa - Pencampuran Blend : disatu tempat saja, alau mixing di mana saja bisa Pencampuran butuh ruang paritkel bergerak. Dalam pengisian 80% lebih lama waktunya jika 40% karena ruangnya lebih kecil Mixing tidak boleh terlalu lama nantinya terjadi demixing Untuk mengidentifikasi permasalahan, lihat faktor pencampuran sendiri ada beberapa seperti ukutan, bentu, densitas partikel, kohesiivitas, kelembaban dan suhu, kecepatan rotiasi mixer dan muatan elektrostatik ( Triboekelektrifikasi, pembentukan elektrostatik pada permukaan partikel Ketika kontak dengan partikel lain ). Segregasi Ada beberapa faktor yang menyebabkan segregasi seperti sifat bahannya ( Distribusi ukuran partikel, Densitas dan bentuk Partikel, Resilensi PArtikel, Sofat kurang atau terlalu kohesif dan muatan elektrostatik ) Aglomerasi Agglomerasi bahan aktif → masalah untuk produk obat dosis rendah: intermittent superpotency Adanya unit yang tiba tiba tinggi, kita harus pengadukan high stirrer supaya aglomerasi dapat di pecah - Granulasi Penyatuan partikel membentuk massa yang lebih besar yang dilakukan dengan du acara yaitu perbesarann ukuran langsung dari partikel asli (granulasi basah) dan pengecilan ukuran dari kempa langsung (granulasi kering) - Tabletasi Dilakukan prakompresi > cetak langsung , teknan kempa dan durasi kempa. Ada beberapa permasalaan seperti sticking. Hati-hati dengan tekanan kempa yang akan mempengarhi profil disolusi 5. Kemasan a. Padat - Jika hidrolisis/Oksidasi > pilih sekedap mungkin seperti blister, Strip, Botol, sachet b. Cair - Botol , Sachet ( Gelas vs Plastik > ada bahan yang tereksteaksi serta terdapat permeablitas ) c. Semisolida - Tube, blister d. Steril - Fotolisis gunakan amber, Botol vial, Ampul, Kantung infus, syringe ( harus visible untuk pysycial examination ) e. Gelas untuk Produk obat ◦ Ada tipe I yaitu borosilikat, tipe 2 soda kapur ketahana tinggim tipe 3 soda kapur ketahanan menengag. Pengujian gelas ilakukan dengan uji permukaan ( Tipe I = Tipe II ≠ Tipe III ), uji bulir gelas (Tipe I ≠ Tipe II = Tipe III), uji penggoresan ( Konfirmasi Tipe I vs Tipe II ) 6. Scale UP Menggunakan prinsip antar sekala yaitu geometric, kinematic (pergerakan fluida dibuat sama, velocity bagian luar dibuat sama, semakin besar mesin rpmnya kecil untuk mendapat kecepatan titik luar yang sama) , dan dinamik. 7. Pengembangan Metode Analisis Untuk acuan metode ada monografi farmakope dan pustaka lain, untuk uji dislousi berdasarkan FDA dan pedoman BE