Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS

TOPIK COMPOUNDING SEDIAAN STERIL

Disusun oleh:
Nafa Rosyida Zanuba 212211101033

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2022
TUGAS UMUM

1. Carilah dan tulislah Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk Teknik
aseptis dan cara penggunaan APD sebelum melakukan compounding sediaan steril !
A. Jenis APD yang digunakan untuk tekhnik aseptis dalam melakukan compounding
steril (Depkes RI, 2009):
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran menggunakan
tekhnik aseptis meliputi :

a. Baju Pelindung
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak
tembus cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang, bermanset
dan tertutup di bagian depan. Baju pelindung digunakan untuk melindungi
seluruh bagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan
kimia, serta mencegah terjadinya kontaminasi dengan produk yang berasal dari
tubuh kita. Pemakaian baju pelindung
b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup panjang
untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari latex dan tidak
berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan sediaan sitostatika harus
menggunakan dua lapis.
c. Topi Pelindung
Topi pelindung (head cap) digunakan untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala. Penutup kepala harus
terbuat dari bahan yang dapat menahan cairan, tidak mudah robek, dan
ukurannya pas di kepala. Jenis APD ini umumnya bersifat sekali pakai.
d. Kacamata pelindung
Kacamata pelindung digunakan untuk mencegah paparan terhadap
membran mukosa mata, apabila terjadi cipratan obat. Kacamata pelindung hanya
digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika.
e. Masker disposable
Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang
lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan dan mencegah terjadi kontaminasi
dengan produk.
B. Cara Penggunaan APD ntuk tekhnik aseptis dalam melakukan compounding steril
(Depkes RI, 2009):
1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian dimana
pakaian biasa diganti dengan pakaian pelindung khusus untuk mengurangi
pencemaran jasad renik dan partikel.
2. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah dicuci
dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan debu.
3. Ruangan Ganti Pakaian Pertama

a. Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama. Arloji


dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan kepada petugas yang
ditunjuk.
b. Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat yang telah
disediakan.
4. Ruangan Ganti Pakaian Kedua

a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan dengan
larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki hendaklah dicuci
dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh dengan larutan desinfektan.
b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik otomatis.
Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan dipakai dengan cara
berikut.
c. Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambut dan diselipkan ke dalam
leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga menutupi janggut. Penutup
kaki hendaklah menyelubungi seluruh kaki dan ujung kaki.
d. Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki. Penutup
kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan baju hendaklah
diselipkan ke dalam sarung tangan. Kaca mata pelindung dipakai pada tahap
akhir ganti pakaian.
e. Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan desinfektan.
f. Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga udara dan ruang steril
hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan mendorongnya.
g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas melepaskan
sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang ditentukan untuk itu dan
mengganti pakaian sebelum keluar dengan urutan yang berlawanan ketika
memasuki ruangan steril.
2. Carilah dan tulislah Langkah-langkah melakukan non-coring technique!
Dalam memasukkan jarum pada vial (botol obat) terdapat tekhnik yang dapat
mengurangi risiko coring (Turco,1974):
a. Jarum harus dimasukkan pada sudut 45-60 ° dengan bukaan ujung jarum
menghadap ke atas (yaitu: jauh dari sumbat).
b. Sejumlah kecil tekanan diterapkan dan sudut secara bertahap meningkat saat
jarum memasuki botol.
c. Jarum harus berada pada sudut 90° tepat saat bevel jarum melewati sumbat.

Tugas Soal Compounding


A. Anak Rindi usia 12 tahun, BB 25 kg mengalami peptic ulcer, di rawat di RS. Diberikan
terapi Ranitidine 25 mg secara iv bolus Apoteker diminta menyiapkan sediaan yang diminta
oleh dokter dengan pelarut yang sesuai. Sediaan yang tersedia adalah ranitidine ampul 50
mg/2mL.
1. Carilah literatur dosis ranitidine dan hitunglah kesesuaian dosis ranitidine untuk pasien
tersebut.
 Anak usia 1 bulan-16 tahun (peptic ulcer): 2-4 mg/kg/hari diberikan 6-8 jam, dosis
maksimum: 200 mg/ hari (Aberg, J.A. dkk., 2009).
 2-4 mg/kg X 25 kg = 50-100 mg/hari (12,5-25 mg/6 jam / 16,7-33,3 mg/8 jam)
Dipilih dosis: 12,5-25 mg/6 jam
 Bayi dan pasien anak lainnya: 2 sampai 4 mg / kg / 24 jam dalam dosis dibagi sama setiap 6
sampai 8 jam (0,5 sampai 1 mg / kg setiap 6 jam atau 0,67-1,3 mg / kg setiap 8 jam). Jangan
melebihi 50 mg / dosis (Gahart dkk., 2019).
 Pemilihan dosis 12,5-25 mg/6 jam juga tidak melebihi persyaratan 50 mg / dosis.

Dosis anak Rindi telah sesuai dengan literatur.

2. Hitunglah volume ranitidine injeksi yang harus diambil untuk mendapatkan dosis yang
sesuai bagi pasien.
50 mg 25 mg
=
2 mL X mL
25 mg
X = x 2 mL
50 mg

X = 1 mL
Volume ranitidine injeksi yang harus diambil adalah 1 mL.
B. Anak Darian usia 18 bulan BB 10 kg mengalami pneumonia CAP. Pasien akan diberikan
antibiotik ceftriaxon 500mg IVFD selama 20 menit. Apoteker diminta menyiapkan sediaan
yang diminta oleh dokter dengan pelarut yang sesuai. Sediaan yang tersedia adalah serbuk
injeksi ceftriaxone 1 gram.
1. Carilah literatur dosis ceftriaxone dan hitunglah kesesuaian dosis ceftriaxone pasien
tersebut !
Dosis ceftriaxone IV untuk pneumonia adalah 50-75 mg/kg 1 kali sehari atau 25-37,5
mg/12 jam. Dosis tidak boleh lebih dari 2 gram/hari (Aberg, J.A. dkk., 2009) (Gahart
dkk., 2019).
 Pada pasien BB 10 kg: 50-75 mg x 10 = 500-750 mg/hari atau 250-375 mg/12 jam.
Dosis yang diberikan kepada pasien yakni ceftriaxone 500mg IVFD dinyatakan
sesuai dengan literatur.
2. Carilah pelarut apa saja yang compatible untuk rekonstitusi serbuk injeksi ceftriaxone!
Serbuk injeksi ceftriaxone dapat direkonstitusi menggunakan pelarut steril water for
injection (SWFI), normal saline (NS), D5W, D10W, D5NS, atau D5 ½NS (Gahart dkk.,
2019).
3. Carilah jumlah volume pelarut yang digunakan untuk rekonstitusi serbuk injeksi
ceftriaxone supaya didapatkan konsentrasi 100 mg/ml!
Untuk merekonstitusi ceftriaxone hingga mendapatkan konsentrasi 100 mg/ml dapat
dilakukan dengan (Gahart dkk., 2019).
- Melarutkan 250 mg serbuk ceftriaxone pada 2,4 ml pelarut.
- Melarutkan 500 mg serbuk ceftriaxone dengan 4,8 ml pelarut.
- Melarutkan 1 gram serbuk ceftriaxone dengan 9,6 ml pelarut
- Melarutkan 2 gram serbuk ceftriaxone dengan 19,2 ml pelarut.
4. Tuliskanlah jumlah volume ceftriaxone yang sudah direkonstitusi untuk mendapatkan
dosis yang sesuai bagi pasien!
Sediaan yang tersedia 1 gram, maka volume rekosntitusi = 9,6 ml
Dosis injeksi ceftriaxone yang dibutuhkan untuk pasien = 500 mg
Maka volume pelarut yang digunakan untuk merekonstitusi 500 mg ceftriaxone adalah
1000 mg 500 mg
=
9,6 mL x
x = 4,8 mL
Dimana volume ini telah sesuai dengan literatur yang tertera pada no (3) ( Gahart dkk.,
2019).
5. Hitunglah konsentrasi akhir sediaan, jika ceftriaxone (pada poin 4) diencerkan dalam
pelarut pembawa ad 100 ml!
 Konsentrasi awal = 500 mg/4,8 mL  kemudian diencerkan hingga ad 100ml.
Maka, konsentrasi akhir menjadi 500 mg / 100 ml = 5 mg/ml
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., C. Lacy, L. Amstrong, M. and Goldman Lance, dan L.L. 2009. Drug Information
Handbook 17th Edition. American Pharmacist Association.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Dasar: Dispensing Sediaan Steril. Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik.

Gahart, B. L. dan A. R. Nazareno. 2017. Gahart’s 2018 Intravenous Medications: A Handbook


for Nurses and Health Professionals. Elsevier Health Sciences.

Turco SJ, King RE. Sterile dosage forms: their preparation and clinical application. Philadelphia:
Lea and Febiger, 1974

Anda mungkin juga menyukai