Pendahuluan
Saat ini banyak dilakukan pengembangan pada formula dan proses supaya
bisa diberikan kepada subjek dengan mempertimbangkan efektifitas dan efikasi.
Dikembangkan juga metode analisis untuk memastikan bahwa dalam sediaan ada
zat aktifnya dan aman. Pengembangan obat generik tidak ada program
pengembangan klinik (fase 1 sampai 4), namun digantikan dengan uji yang
menunjukkan bahwa obat yang dikembangkan sebanding dengan obat inovator,
yaitu uji BE.
Studi Praformulasi
Studi praformulasi dilakukan sebagai dasar rasional formulasi, misalnya
mengapa perlu ditambahkan pengawet pada sediaan, benarnya sediaan single dose
tidak menggunakan pengawet. Dasar optimalisasi kualitas dan kinerja obat (misal
untuk mendapatkan profil uji disolusi yang sama dengan obat inovtaor) dan
meningkatkan tingkat kesuksesan dan efisiensi formulasi produk.
Studi praformulasi meliputi:
1. Karakterisasi sifat fisika : pemerian, ukuran partikel, polimorfisme,
titik lebur, kelarutan, dan higroskopisitas.
Titik lebur : berkaitan dengan kemurnian bahan,
pemilihan proses, dan eutektik (biasanya dapat menguntungkan,
misalnya lidokain. Namun, dapat merugikan pada sediaan solida).
Higroskopisitas
a. Higroskopis : pada RH lingkungan akan menarik uap air.
b. Efloresens : dapat larut dan melepas air yang ditariknya.
c. Delikuesens : selain menarik uap air juga akan larut
dengan uap air yang ditarik tersebut, contoh magnesium
klorida, sehingga sulit dibuat sebagai sediaan solida.
2. Karakterisai sifat kimia : struktur dan gugus fungsi, pKa, koefisien
partisi, isomer, stabilitas senyawa sejenis, dan pengotor.
Pka
a. pH = pKa, senyawa akan terionisasi 50:50. pKa tidak boleh
digunakan sebagai penentu sifat asam-basa suatu senyawa,
yang benar adalah dilihat dari gugus fungsinya, misal:
propilparaben dengan pKa 8,14 adalah senyawa asam bukan
senyawa basa.
b. Pemilihan dapar : dapar yang baik adalah ± 1 dari pKa.
Contoh : pKa fosfat 6,5, sehingga kemampuan mendapar yang
baik didapatkan ±1 dari pKa-nya, yaitu antara 5,5 – 7,5.
c. Semakin tinggi nilai log n-oktanol maka semakin nonploar
(semakin susah larut air).
3. Karakterisasi sifat biologi : klasifikasi BCS
a. Kelarutan tinggi berdasarkan BCS
Dosis tertinggi
Media : dosis tertinggi harus dapat larut dalam air pH 1,2 – 6,8
(37⁰C)
Volume : ≤ 250 mL
b. Permeabilitas tinggi berdasarkan BCS
Jumlah terserap dalam saluran cerna mencapai ≥ 85% dari obat yang
diberikan, berdasarkan:
Penetapan keseimbangan massa
Dibandingkan dengan BA absolut
Tahap Pengembangan
Overage
Overage adalah tindakan melebihkan volume pada suatu wadah obat
dengan mempertimbangkan volume yang tertinggal atau hilang karena suatu
proses atau tindakan agar pasien tetap mendapatkan volume yang diklaim pada
label. Overage dibedakan menjadi:
1. Container overage : sejumlah volume berlebih sebagai
kompensasi tertinggalnya beberapa volume yang tertinggal diwadah.
Contoh: sediaan sirup klaimnya adalah 60 mL, maka saat membuat
dilebihkan beberapa mL agar saat dituang ke tempat lain volumenya tetap
60 mL, karena beberapa volumenya dapat tertinggal bada botol wadah
awalnya.
2. Manufacturing overage : sejumlah volume berlebih sebagai
kompensasi kehilangan selama proses produksi, misalnya karena dapat
terabsorbsi dalam alat. Harapan kadar pada produk akhir 100%.
3. Stability overage : sejumlah volume berlebih sebagai
kompensasi stabilitas (mis. pada sediaan suplemen) supaya penurunan
produk masih memiliki masa safe life yang tinggi.
Lubrikasi
Lubrikan tidak perlu homogen, pengadukan yang terlalu lama dapat
menyebabkan overlubrication yang dapat menyebabkan tablet sulit dicetak.
Lubrikasi hanya diperuntukan pada permukaan saja sehingga tidak perlu
homogen.
Disolusi
Disolusi digunakan untuk menyatakan suatu produk dapat diuji BE dan
dapat dirilis. Alat uji disolusi biasanya terdiri dari 6 – 8 bejana, dengan alat pada
generasi terbaru bisa memiliki 16 bejana.
Kriteria Penerimaan Disolusi
Kriteria penerimaan disolusi (Q → bobot bahan yang terlarut terhadap
bobot label) berdasarkan Farmakope Indonesia <1231> biasanya 75 – 80%.
Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan untuk memastikan produk stabil, dikatakan stabil
apabila masih dalam spesifikasi produk, biasanya dapat dilihat dalam FI. Uji
stabilitas dapat dilakukan pada skala kkecil, menengah, dan terutama saat skala
pilot. Uji stabilitas bertujuan untuk pengembangan yaitu membandingkan
formula, proses dan bahan kemas, untuk registrasi (kelengkapan okumen yang
dibutuhkan), dan post market (melindungi dari klaim). Jenis uji stabilitas terdiri
dari:
a. Stabilitas dipercepat (Accelerated)
b. Stabilitas jangka panjang (Longterm)
c. In use stability : untuk sediaan yang telah dibuka atau
direkonstitusi. Sediaan tidak langsung habis atau sediaan multidose.
Digunakan untuk membuktikan bahwa apa yang diklaim dikemasan
stabilitasnya telah sesuai. Data diambil di awal dan di akhir dengan
jumlah batch sebanyak 2 (dua).
Yang perlu diperhatikan dalam in use stability adalah pelarut yang
digunakan, lama simpan larutan, dan kondisi penyimpanan. Penyimpanan
sampel in use stability mengikuti sampel long term.
d. Stress testing : dikerjakan dengan cara freeze thaw (disimpan
dengan suhu tinggi, untuk melihat pengaruh suhu dalam waktu singkat)
dan photostability testing (untuk melihat pengaruh cahaya).
Parameter dan spesifikasi pengujian tidak mutlak harus sama dengan
parameter dan spesifikasi pengujian produk jadi.
Krtiteria BE
Kriteria BE : AUC dan Cmax → rasio nilai rata-rata biometrik antara produk
copy dan komparator memenuhi 90% CI = 80,00% – 125,00%.