COLREG
International Regulations for
Preventing Collisions at Sea 1972
Kelompok 2
COLREG 1972
Aturan 1 - Penerapan
• Aturan ini berlaku untuk semua kapal di laut lepas dan di semua perairan yang
dihubungkan dengannya yang dapat dilayari oleh kapal laut.
• Aturan Ini tidak akan mencampuri dan tidak akan menghalangi pelaksanaan aturan
– aturan khusus yang dibuat oleh pihak yang berwenang untuk bandar, pelabuhan,
sungai, perairan pedalaman yang berhubungan dengan laut lepas dan dapat dilayari
oleh kapal laut
• Aturan-aturan khusus itu harus semirip mungkin dengan aturan-aturan ini.
• Bila pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa kapal memiliki konstruksi atau
kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini,
maka kapal yang demikian itu harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain
sebagaimana ditentukan oleh pemerintahnya yang semirip mungkin dengan aturan-
aturan ini,bagi kapal yang bersangkutan
BAGIAN A - Umum 4
• Tidak ada suatupun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan tiap kapal
atau pemiliknya, nakhoda atau awak kapalnya dari pertanggung jawaban
atas kelalaian apapun dalammemenuhi Aturan-aturan ini atau kelalaian
terhadap tiap tindakan tugas jaga (watch keeping) yang dipandang
perlu menurut kebiasaan seorang pelaut, atau terhadap keadaan-keadaan
khusus dimana kapal berada.
Aturan 5 - Pengamatan
Setiap kapal harus selalu melakukan pengamatan yang
cermat dengan penglihatan dan pendengaran maupun
dengan menggunakan semua sarana yang tersedia
dalam kondisi dan keadaan yang ada saat itu, sehingga
dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi
dan bahaya tubrukan
(b) Jika dipasang dan bekerja dengan baik, rnaka penggunaan radar
harus dilakukan dengan cermat, termasuk penggunaan skala jarak
untuk mendapatkan peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan
penggunaan radar plotting atau pengamatan secara cermat atas benda
yang terdeteksi
(b) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan, jika keadaan mengizinkan harus
jelas dan nyata terhadap kapal lain yang sedang melakukan pengamatan dengan penglihatan atau dengan
radar,sedangkan perubahan-perubahan kecil dari haluan dan/atau kecepatan harus dihindari
(c) Jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan kapal mungkin merupakan tindakan yang paling tepat
guna menghindari situasi saling mendekat dengan ketentuan dalam waktu yang cukup baik, tepat dan tidak
mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat berikutnya.
(d) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga dapat
dilewati pada jarak yang aman. Ketepatan dari tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai kapal yang
lain dapat terlewati dengan bebas dan aman.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 12
(f) Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan untuk tidak boleh merintangi
alur pelayaran atau jalur yang aman bagi kapal lainnya, bila keadaan
mengijinkan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk
memberikan ruang gerak yang cukup bagi lintasan yang aman dan
harus memperhatikan sepenuhnya tindakan yang diwajibkan oleh
aturan-aturan dalam bagian ini.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 13
(d) Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran atau air pelayaran sempit, jika pemotongan itu
merintangi penyeberangan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman dalam alur pelayaran atau air
pelayaran sempit. Kapal boleh menggunakan isyarat bunyi yang diisyaratkan dalam aturan 34 (d) jika
ragu-ragu mengenai maksud kapal yang sedang memotong tsb.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 15
(e) Didalam alur pelayaran sempit, bilamana penyusulan dapat dilakukan hanya jika kapal yang disusul itu
melakukan tindakan untuk memungkinkan penyusulan dengan aman, maka kapal yang hendak menyusul
itu harus menyatakan maksudnya dengan membunyikan isyarat sesuai yang ditetapkan dalam Aturan
34 ( c) (i) Kapal yang akan disusul itu, jika telah setuju, harus membunyikan isyarat sesuai yang ditetapkan
dalam Aturan 34 (c) (ii) dan mengambil langkah-langka untuk memungkinkan penyusulan aman. Jika ragu-
ragu, ia boleh membunyikan isyarat sesuai yang ditetapkan dalam Aturan 34 (d)
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 16
(c) Sejauh dapat dilaksanakan, kapal harus menghindari memotong jalur lalu lintas, tetapi jika terpaksa
melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah lalu lintas
umum
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 18
Aturan 11 – Penerapan
(a) Aturan – aturan dalam seksi ini berlaku terhadap kapal – kapal yang mensatu sama lain.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 19
a) Jika dua kapal layar mendekati satu sama lain, sehingga dapat mengakibatkan
bahaya tubrukan, salah satu daripadanya harus menyimpang untuk yang lain
sebagai berikut :
i. Jika masing – masing mendapat angin pada lambung kapal yang
berlainan, kapal yang mendapat angin pada lambung kiri harus menyimpang
untuk yang lain.
ii. Jika kedua – duanya mendapat angin pada lambung kapal yang sama,
kapal yang ada diatas angin harus menyimpang untuk kapal yang di bawah angin.
iii. Jika kapal yang mendapat angin pada lambung kiri melihat sesuatu diatas
angin tidak dapat menentukan dengan pasti apakah kapal lain mendapat angin pada
lambung kiri atau pada lambung kanan maka ia harus menyimpang untuk yang lain
itu.
b) Untuk maksud – maksud aturan ini lambung diatas angin harus dianggap
sebagai lambung yang berlawanan dengan lambung layar di pasang atau dalam
hal kapal dengan layar – layar persegi, lambung berlawanan dengan lambung
dimana layar depan dan belakang terbesar di pasang.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 20
(b) Sesuatu kapal harus dianggap sedang menyusul jika mendekati kapal lain
dengan arah lebih 22,5 derajat lebih kebelakang dari tepat melintang kapal ini yakni
dalam posisi demikian, dengan menunjuk kapal yang sedang disusul, sehingga pada
malam hari ia hanya mampu melihat lampu buritan kapal itu, tetap tidak satupun dari
lampu – lampu lambungnya.
(c) Jika kapal dalam keragu –raguan apakah ia sedang menyusul kapal lain, ia harus
menganggap bahwa keadaan yang demikian itu ada dan bertindak sesuai dengan
ketentuan.
(d) Setiap perubahaan baringan kemudian antara kedua kapal tidak akan membuat
kapal yang menyusul menjadi kapal yang menyilang dalam arti aturan – aturan ini atau
membebaskan dari kewajiban untuk menjauhi kapal yang disusul sampai ia
melewatinya dan bebas sama sekali.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 21
(a) Jika dua kapal yang digerakan dengan tenaga bertemu pada haluan – haluan
yang berlawanan atau hampir berlawanan sehingga dapat mengakibatkan bahaya
tubrukan, masing – masing harus merubah haluannya kelambung kanan kapal
sehingga masing – masing akan melewati yang lain pada lambung kiri kapal.
(b) Situasi demikian harus dianggap ada, jika suatu kapal lainnya tepat didepan
atau hampir tepat didepan dan pada waktu malam hari ia dapat melihat lampu –
lampu puncak tiang kapal lainnya dalam atu garis atau hampir dalam satu garis
dan atau kedua lampu lambung dan pada waktu siang hari ia melihat aspek –
aspek yang sesuai mengenai kapal – kapal lainnya.
(c) Jika suatu kapal dalam keragu – raguan apakah terdapat situasi demikian,
maka ia harus memperhatikan bahwa situasi ini ada dan berindak sesuai.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 22
(b) Jika karena suatu sebab, kapal yang seharusnya mempertahankan haluan
kecepatannya, mengetahui berada demikian dekat, sehingga tubrukan tidak dapat
dihindari dengan hanya tindakan oleh kapal yang seharusnya menyimpang maka
ia harus mengambil tindakan demikian yang terbaik untuk menghindari tubrukan.
(c) Kapal yang digerakan dengan tenaga yang mengambil tindakan dalam situasi
menyilang sesuai dengan sub ayat (a) (ii) Aturan ini untuk menghindari tubrukan
dengan kapal lain yang digerakan oelh tenaga, jika keadaan – keadaan peristiwa
mengizinkan tidak boleh merubah haluan ke kiri untuk kapal di lambung kirinya
sendiri.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 24
(c) Kapal yang digunakan dalam penangkapan ikan yang sedang berlayar sejauh
mungkin harus menyimpang untuk :
i. Kapal yang tidak dapat di olah gerak.
ii. Kapal yang di batasi dalam kemampuan untuk mengolah gerak.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 25
(d) i. Setiap kapal selain kapal yang tidak dapat diolah gerak atau kapal yang dibatasi dalam
kemampuan untuk olah gerak, jika keadaan – keadaan peristiwa mengizinkan, harus menghindari
untuk menghalangi – halangi penyebrangan dengan aman kapal yang dibatasi karena saratnya,
harus memperlihatkan isyarat – isyarat peraturan 28.
ii. Kapal yang dibatasi karena saratnya harus berlayar dengan hati – hati dengan memberikan
penuh perhatiannya atas keadaannya yang khusus.
(e) Pesawat terbang laut di air, pada umumnya harus menjauhi semua kapal dan menghindari untuk
menghalang – halangi navigasi mereka. Tetapi dalam keadaan – keadaan, dimana terdapat bahaya
tubrukan, ia harus memenuhi Aturan – aturan bagian ini.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 26
(b) Tiap kapal harus bergerak dengan kecepatan aman disesuaikan dengan keadaan – keadaan dan suasana
daya tampak terbatas yang lazim terdapat kapal yang digerakan dengan tenaga mesin – mesinnya harus dalam
keadaan siap untuk segera mengolah gerak.
(c) Tiap kapal harus memperhatikan dengan seksama keadaan – keadaan dan suasana daya tampak terbatas
yang lazim terdapat, dalam memenuhi Aturan – aturan dari seksi I bagian ini.
BAGIAN B – Aturan Mengemudi dan Berlayar 27
(e) Kecuali dalam hal telah ditentukan bahwa tidak terdapat bahaya tubrukan,tiap kapal yang dengan
jelas mendengar pada lebih kedepan dari tepat melintangnya isyarat kabut kapal lain atau yang tidak
dapat menghindari suatu situasi berhadap – hadapan dengan kapal lain pada lebih kedepan dari tepat
melintangnya, maka harus mengurangi kecepatannya sampai minimum dengan kecepatan mana ia
dapat mempertahankan haluannya, jika perlu, ia harus menjauhkan dari dan sekurang – kurangnya
berlayar dengan sangat hati – hati sampai bahaya tubrukan lewat.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 28
Aturan 20 - Penerapannya
(a) Aturan – aturan dalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala cuaca.
(b) Aturan – aturan sehubungan dengan lampu – lampu harus dipenuhi dari
matahari terbenam sampai matahari terbit dan selama waktu – waktu demikian
yang tidak dapat disalah artikan dengan lampu – lampu yang disebut dalam aturan
– aturan ini atau tidak dapat melemahkan daya tampak atau ciri istimewahnya,
atau tidak menghalang – halangi penyelenggaraan suatu pengamatan yang baik.
(c) Lampu – lampu yang diisyaratkan oelh Aturan – aturan ini, jika dibawah, harus
juga diperlihatkan dari matahari terbit sampai matahari terbenam dalam daya
tampak terbatas dan boleh diperlihatkan dalam semua keadaan jika dianggap
perlu.
(d) Aturan yang sehubungan dengan tanda – tanda harus dipenuhi pada siang
hari.
(e) Lampu – lampu dan tanda – tanda yang disebut dalam aturan – aturan ini harus
memenuhi ketentuan – ketentuan lampiran I pada peraturan – peraturan ini :
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 29
(b) “Lampu – lampu lambung” berarti lampu hijau dilambung kanan dan lampu merah
dilambung kiri masing – masing memperlihatkan cahaya dari tepat depan sampai 22,5 derajat
lebih ke belakang daripada tepat melintang pada masing – masing lambung. Dikapal dengan
panjang kapal kurang dari 20m lampu – lampu lambung boleh digabung dalam satu lentera
yang ditempatkan dibidang muka dan dibelakang dari kapal.
(c) “Lampu buritan” berarti lampu putih yang ditempatkan sedekat dapat dilaksanakan pada
buritan, yang memperlihatkan cahaya tidak terputus – putus meliputi busur cakrawala besar
135 derajat dan dipasang sedemikian sehingga memperlihatkan cahaya 67,5 derajat dari tepat
belakang pada lambung kapal.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 30
(d) “Lampu gandeng” berarti lampu kuning yang mempunyai ciri – ciri
sama dengan lampu buritan yang disebut dalam ayat (c).
(e) “Lampu keliling” berarti lampu yang memperlihatkan cahaya tidak
terputus – putus meliputi busur cakrawala sebesar 360 derajat.
(f) “Lampu kelip” berarti lampu yang kelap – kelip dengan selang waktu
teratur pada frekwensi 120 kerlipan atau lebih tiap menit.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 31
Lampu – lampu yang diisyaratkan dalam Aturan – aturan ini harus mempunyai kekuatan seperti disebutkan
dalam Seksi 8 Lampiran I supaya dapat dilihat pada jarak – jarak minimum berikut :
(a) Di kapal – kapal dengan panjang 50 meter atau lebih :
- lampu puncak tiang 6 mil
- Lampu lambung 3 mil
- Lampu buritan 3 mil
- Lampu gandeng 3 mil
(b) Dikapal – kapal dengan panjang 12 meter atau lebih tetapi dengan panjang kurang dari 50 meter :
- Lampu puncak tiang 5 mil; kecuali dalam hal panjang kapal kurang dari 20 meter 3 mil
- Lampu lambung 2 mil
- Lampu buritan 2 mil
- Lampu gandeng 2 mil
- Lampu putih, merah, hijau dan kuning 2 mil
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 32
- Lampu buritan 2 mil Penerangan lambung Hijau atau merah Pada /dekat sisi 1,2,atau 3 5° arah belakang, 3°
masing2 mil arah depan
- Lampu gandeng 2 mil
Penerangan buritan Putih Sedekat mungkin 2 a tau 3 mil 5° Setiap sisinya
- Lampu keliling putih,merah, hijau atau
di bagian buritan
kuning 2 mil
Penerangan tunda Kuning Di bagian buritan 2 a tau 3 mil s Setiap sisinya
0
Aturan 23 – Kapal kapal yang digerakan denaga tenaga yang sedang berlayar
(a) Kapal yang digerakan dengan tenaga yang sedang berlayat harus memperhatikan :
(i) Lampu puncak tiang kedepan
(ii)Lampu puncak tiang kedua dibelakang dari dan lebih tinggi daripada yang kedepan,
kecuali bahwa kapal dengan panjang kurang dari 50 meter tidak boleh diwajibkan untuk
memperlihatkan lampu demikian tetapi boleh melakukannya.
(iii) Lampu – lampu lambung
(iv) Lampu buritan
(b) Kapal dengan bantalan udara jika bekerja dengan cara non deplasmen, sebagai tambahan
atas lampu – lampu yang diisyaratkan dalam ayat (a) Aturan ini harus memperlihatkan lampu
keliling kuning kerlip .
(c) Kapal yang digerakan dengan tenaga dan panjang kurang dari 7 meter dan yang kecepatan
maksimumnya tidak melebihi 7 knot, sebagai gantinya lampu – lampu yang diisyaratkan dalam
ayat (a) Aturan ini boleh memperlihatkan lampu keliling kapal demikian jika dapat dilaksanakan,
harus juga memperlihatkan lampu – lampu lambung
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 34
(a) Kapal yang digerakan dengan tenaga jika menggandeng harus memperlihatkan :
(i) Sebagai gantinya lampu yang diisyaratkan dalam Aturan 23 (a) (i), dua lampu puncak tiang dimuka yang
bersusun vertikal, jika panjang gandengan melebihi 200 meter, tiga lampu demikian.
(ii) Lampu – lampu lambung.
(iii) Lampu buritan.
(iv) Lampu gandeng yang bersusun vertikal diatas lampu buritan.
(v) Tanda belah ketupat ditempat paling baik dapat dilihat, jika panjang gandengan melebihi 200 meter.
(b) Pada waktu mendorong kapal dan kapal yang didorong kedepan dihubungkan secara ketat dalam kesatuan
gabungan, kapal – kapal itu harus dianggap sebagai kapal yang digerakan dengan tenaga dan harus
memperlihatkan lampu – lampu byang diisyaratkan dalam Aturan 23.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 35
(c) Kapal yang digerakan dengan tenaga pada waktu mendorong, menggandeng disamping, kecuali dalam hal
kesatuan gabungan, harus memperlihatkan :
i. Kapal yang digerakkan dengan tenaga terhadap kapal mana berlaku ayat – ayat (a) dan © diatas harus juga
memenuhi Aturan 23 (a) (ii).
ii. Kapal atau bendera yang digandeng harus memperlihatkan : (i) Lampu – lampu buritan (ii) Lampu buritan
(iii) Tanda belah ketupat ditempat paling baik dapat dilihat,jika panjang gandengan melebihi 200 meter.
iii. Dengan syarat bahwa setiap jumlah kapal yang digandeng atau didorong dalam kelompok harus diberi
penerangan sebagai satu kapal. (i) Kapal yang didorong kemuka, yang bukan merupakan bagian daripada
suatu kesatuan gabungan, harus memperlihatkan diujung depan, lampu – lampu lambung. (ii) Kapal yang
digandeng disamping harus memperlihatkan lampu – lampu buritan dan pada ujung depan, lampu – lampu
lambung.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 36
Aturan 25 – Kapal Kapal Yang Berlayar Dan Kapal Kapal Yang Di Dayung
(c). Kapal layar yang sedang berlayar, sebagai tambahan daripada lampu – lampu yang diisyaratkan dalam ayat
(a) aturan ini, di atau dekat puncak tiang ditempat yang paling baik dapat dilihat, boleh memperlihatkan dua
lampu keliling yang bersusun vertika;, yang diatas merah dan dibawah hijau, tetapi lampu – lampu ini tidak boleh
diperlihatkan bersama – sama dengan lentera gabungan yang diizinkan oleh ayat (b) aturan ini.
i. Kapal layar dengan panjang kurang dari 7 meter jika dapat dilaksanakan harus memperlihatkan lampu
– lampu yang diisyaratkan dalam ayat (a) atau (b), tetapi jika tidak dilakukannya, ia harus siap ada ditangan
sebuah lampu senter atau lentera yang dippasang yang memperlihatkan cahaya putih yang harus diperliahatkan
dalam waktu cukup untuk mencegah tubrukan.
ii. Kapal yang digerakan dengan dayung boleh memperlihatkan lampu – lampu yang diisyaratkan dalam
aturan ini untuk kapal – kapal layar, tetapi jika tidak dilakukannya ia harus siap ada ditangan lampu senter atau
lentera yang dipasang yang memperlihatkan cahaya putih yang harus diperlihatkan dalam waktu cukup untuk
mencegah tubrukan.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 39
Aturan 25 – Kapal Kapal yang Berlayar dan Kapal Kapal yang di Dayung
(d) Kapal yang sedang bergerak dengan layar jika juga sedang didorong oleh mesin harus memperlihatkan
didepan ditempat paling baik yang dapat dilihat suatu tanda kerucut dengan puncaknya kebawah.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 40
(b) Jika sedang menagkap ikan dengan pukat tunda, dengan mana dimaksudkan
menarik dengan pukat tarik atau pesawat lain didalam air yang digunakan sebagai alat
penagkap ikan kapal harus memperlihatkan :
i. Dua lampu keliling yang bersusun vertikal, yang diatas hijau dan dibawah putih
atau suatu tanda yang terdiri dari dua kerucut dengan puncak – puncaknya bersama –
sama bersusun vertikal yang satu diatas yang lainnya; kapal dengan panjang kurang
dari 20 meter boleh sebagai ganti tanda ini memperlihatkan suatu keranjang
ii. Lampu puncak tiang dan lebih tinggi dari lampu keliling hijau; lampu – lampu yang
diisyaratkan dalam ayat ini, lampu – lampu lambung dan lampu buritan.
iii. Jika mempunyai kecepatan terhadap air, sebagai tambahan daripada lampu –
lampu yang diisyaratkan dalam ayat ini, lampu – lampu lambung dan lampu buritan.
BAGIAN C – LAMPU-LAMPU DAN TANDA-TANDA 41
(d) Kapal yang digerakan dalam penangkapan iakan pada jaraksangat dekat daripada kapal – kapal lain
boleh memperlihatkan lampu – lampu tambahan tersebut dalam lampiran II.
(e) Kapal pada waktu tidak digunakan dalam penangkapan ikan tidak boleh memperlihatkan lampu – lampu
atau tanda – tanda yang diisyaratkan oleh aturan ini,tetapi hanya lampu – lampu yang diisyartkan untuk
kapal dengan ukuran panjangnya.
BAGIAN C – Lampu-Lampu dan Tanda-Tanda 42
(b) Kapal yang olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang melakukan
pembersihan ranjau, harus memperlihatkan :
i. 3 buah penerangan keliling bersusun tegak di tempat yang kelihatan
sebaik-baiknya (Penerangan teratas dan terbawah berwarna putih dan
tengah merah)
BAGIAN C – Lampu-Lampu dan Tanda-Tanda 43
(g) Kapal yang panjangnya < 12 m, kecuali yang sedang melakukan penyelaman, tidak diwajibkan memasang
penerangan yang diatur dalam aturan ini.
(h) Isyarat-isyarat yang diatur dalam aturan ini bukanlah isyarat kapal yang dalam bahaya dan memerlukan
pertolongan. Isyarat-isyarat yang demikian tercantum dalam Ketentuan Tambahan IV dari aturan ini.
BAGIAN C – Lampu-Lampu dan Tanda-Tanda 47
(a). Kapal yang berlabuh jangkar harus memperliahtkan ditempat paling dapat
dilihat :
i. Dibagian depan, lampu keliling putih atau satu bola.
ii. Di atau dekat buritan dan pada ketinggian lebih rendah daripada lampu yang
diisyaratkan oleh sub ayat (i) lampu keliling putih
(b) Kapal dengan panjang kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan lampu
keliling putih ditempat paling baik dapat dilihat sebagai gantinya lampu – lampu
yang diisyaratkan dalam ayat (a).
(c) Kapal yang berlabuh jangkar boleh, dan kapal dengan panjang 100 meter
atau lebih harus juga menggunakan lampu – lampu yang bekerja atau akivalen
yang tersedia untuk menerangi geladak – geladaknya.
BAGIAN C – Lampu-Lampu dan Tanda-Tanda 50
(e) Kapal dengan panjang kurang dari 7 meter jika sedang berlabuh jangkar
atau kandas tidak dalam atau dekat alur pelayaran sempit, air pelayaran atau
tempat berlabuh jangkar, atau dimana kapal – kapal lain biasanya berlayar,
tidak boleh diharuskan memperlihatkan lampu – lampu atau tanda – tanda
yang diisyaratkan dalam ayat – ayat (a), (b), atau (d).
BAGIAN C – Lampu-Lampu dan Tanda-Tanda 51
Aturan 32 – Definisi
(a) Kapal yang panjangnya 12 m atau lebih, harus dilengkapi dengan suling dan genta. Di
kapal yang panjangnya 100 m atau lebih sebagai tambahan harus dilengkapi dengan gong
yang nada dan bunyinya tidak dapat menimbulkan kekeliruan dengan genta. Suling, genta dan
gong harus memenuhi perincian dalam Ketentuan Tambahan III peraturan ini. Genta atau gong
atau keduanya boleh diganti dengan alat lain yang menghasilka bunyi yang cirinya sama dengan
ketentuan bahwa alat tersebut harus selalu mungkin dibunyikan dengan tangan.
(b) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 m tidak diwajibkan memasang alat isyara bunyi
yang diatur dalam paragraph (a) aturan ini, tetapi jika tidak ia harus dilengkapi dengan alat lain
yang menghasilkan bunyi yang efisien.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 54
(b) Setiap kapal boleh menambah isyarat sulit yang diatur dalam paragraph (a) aturan ini dengan isyarat-isyarat
cahaya, berulang-ulang seperlunya, sementara olah gerak itu dilaksanakan :
i. Isyarat-isyarat cahaya ini mempunyai pengertian berikut :
- Satu cerlang berarti : “saya sedang merubah haluan saya ke kanan”
- Dua cerlang berarti : “saya sedang merubah haluan saya ke kiri”
- Tiga cerlang berarti : “saya sedang menggerakkan mesin mundur”
i. Lamanya waktu setiap cerlang kira-kira 1 detik, selang waktu antara cerlang itu kira-kira 1 detik dan selang
waktu antara isyarat-isyarat yang berurutan < 10 detik
ii. Penerangan yang dipergunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus berupa penerangan putih keliling,
dapat dilihat pada jarak paling sedikit5 mil dan memenuhi ketentua-ketentuan dari Ketentuan Tambahan I dari
peraturan ini.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 55
(d) Bila kapal saling melihat sedang mendekati satu sama lain, dan oleh alas an apapun, salah satu kapal tidak
mengerti maksud atau tindakan kapal lain, atau ragu-ragu apakah tindakan yang dilaksanakan kapal lain cukup
untuk menghindari tubrukan, kapal yang ragu-ragu itu harus segera menunjukkan keragu-raguannya dengan
memberikan isyarat sekurang-kurangnya 5 tiup pendek secara cepat dengan suling. Isyarat demikian boleh
ditambah dengan isyarat cahaya yang terdiri dari sekurang-kurangnya 5 cerlang pendek dan cepat.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 56
(e) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran atau air pelayaran yang
ditempat itu kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus memperdengarkan satu tiup panjang.
Isyarat demikian itu harus disambut dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang sedang mendekat
yang sekiranya ada didalam jarak dengar disekitar tikungan atau dibalik alingan itu.
(f) Jika suling-suling dipasang di kapal secara terpisah dengan jarak lebih dari 100 meter, hanya satu
suling saja yang harus digunakan untuk memberikan isyarat olah gerak dan isyarat peringatan.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 57
Didalam atau didekat daerah yang berpenglihatan terbatas baik pada siang hari atau pada
malam hari, isyarat-isyarat yang ditentukan didalam Aturan ini harus digunakan sebagai berikut :
(a). Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup panjang dengan
selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(b). Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju di air harus
memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit dan
selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik.
(c). Kapal yang tidak terkendalikan, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kapal yang
terkendala oleh saratnya, kapal layar, kapal yang sedang menangkap ikan dan kapal yang
sedang menunda atau mendorong kapal lain sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan
didalam paragrap (a) atau (b) Aturan ini harus memperdengarkan tiga tiup beruntun, yakni satu
tiup panjang diikuti oleh dua tiup pendek dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 58
(d). Kapal yang sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal
yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan
pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar, sebagai pengganti isyarat-isyarat
yang ditentukan didalam paragrap (g) Aturan ini, harus memperdengarkan isyarat
yang ditentukan dadalam paragrap (c) Aturan ini.
(e). Kapal yang ditunda atau jika yang kapal ditunda itu lebih dari satu, maka kapal
yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki, harus memperdengarkan 4 tiup
beruntun, yakni 1 tiup panjang diikuti 3 tiup pendek, dengan selang waktu tidak
lebih dari 2 menit. Bilamana mungkin, isyarat ini harus diperdengarkan oleh kapal
yang menunda.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 59
(f). Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju diikat erat-erat
dalam kesatuan gabungan, kapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan harus
memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragrap (a) atau (b) Aturan ini.
(g). Kapal yang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan cepat selama kira-kira 5 detik
dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit. Di kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta
itu harus dibunyikan dibagian depan kapal dan segera setelah pembunyian genta, gong harus
dibunyikan cepat-cepat selama kira-kira 5 detik dibagian belakang kapal. Kapal yang berlabuh
jangkar, sebagai tambahan boleh memperdengarkan tiga tiup beruntun, yakni satu tiup pendek, satu
tiup panjang dan satu tiup pendek untuk mengingatkan kapal lain yang mendekat mengenai
kedudukannya dan adanya kemungkinan tubrukan.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 60
(h). Kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika dipersyaratkan, isyarat gong
yang ditentukan didalam paragrap (g) Aturan ini, dan sebagai tambahan harus memperdengarkan
tiga ketukan terpisah dan jelas dengan genta sesaat sebelum dan segera setelah pembunyian genta
yang cepat itu. Kapal yang kandas, sebagai tambahan boleh memperdengarkan isyarat suling yang
sesuai.
(i). Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan isyarat-isyarat
tersebut diatas, tetapi jika tidak memperdengarkannya, kapal itu harus memperdengarkan isyarat
bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(j). Kapal pandu bilamana sedang bertugas memandu, sebagai tambahan atas isyarat-isyarat yang
ditentukan didalam paragraph (a), (b) atau (g) Aturan ini boleh memperdengarkannya isyarat
pengenal yang terdiri dari 4 tiup pendek.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 61
Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat cahaya atau
isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan dengan setiap isyarat yang diharuskan atau dibenarkan
dimanapun didalam Aturan ini, atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu kejurusan manapun.
Sembarang cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian kapal lain harus sedemikian rupa
sehingga tidak dapat terkelirukan dengan alat bantu navigasi manapun. Untuk memenuhi maksud
Aturan ini penggunaan penerangan berselang-selang atau penerangan berputar dengan intensitas
tinggi, misalnya penerangan-penerangan stroba, harus dihindarkan.
BAGIAN D – Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya 62
Bilaman kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, kapal itu harus
menggunakan atau memperlihatkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam
Lampiran IV Peraturan ini.
BAGIAN E – Pembebasan-Pembebasan 63
Aturan 38 – Pembebasan
Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu memenuhi syarat-syarat
Peraturan internasional tentang pencegahan tubrukan di laut 1960 yang lunasnya diletakkan sebelum
peraturan ini berlaku atau yang pada tanggal itu dalam tahapan pembangunan yang sesuai,
dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi Peraturan ini sebagai berikut :
(a) Pemasangan penerangan-penerangan dengan jarak yang ditentukan didalam Aturan 22, sampai 4
tahun setelah tanggal mulai berlakunya aturan ini.
Aturan 38 – Pembebasan
(d) i. Penempatan kembali penerangan-penerangan tiang di kapal-kapal yang panjangnya kurang dari
150 m sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 3 (a) Lampiran I Peraturan ini merupakan
pembebasan tetap.
ii. Penempatan kembali penerangan-penerangan tiang di kapal-kapal yang panjangnya 150 meter
atau lebih sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 3 (a) Lampiran I Peraturan ini sampai 9
tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(e) Penempatan kembali penerangan-penerangan tiang, sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi
2 (b) Lampiran I Peraturan ini, sampai 9 tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini.
(g) Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan didalam Lampiran III Peraturan ini,
sampai 9 tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini.