INTUSUSEPSI
Eunike H. Fanggidae, S.Ked
Pembimbing : dr. Jean E. Pello, Sp.B
Insiden
menurun usia rata-rata
dengan terbanyak : 6 -
bertambahnya 18 bulan
usia
L:P = 3:2
Etiologi
Idiopatik
“infantile idiophatic intussusceptions”.
Kausal
Kelainan lain pada usus
• Divertikulum Meckel, polip usus, leiomioma,
leiosarkoma, dll
Intususepsi Ileocolica
Intususepsi Ileoileal
Gejala Klinis
• Anak atau bayi dengan keadaan gizi yang baik, tiba-tiba
menangis kesakitan.
• Serangan nyeri perut datang berulang-ulang,jarak waktu
15-20 menit, lama serangan 2-3 menit.
• Nyeri perut diikuti dengan muntah berisi cairan dan
makanan yang ada di lambung.
• Proses intususepsi pada mulanya belum terjadi gangguan
pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi
berupa feses biasa, kemudian feses bercampur darah
segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa darah
segar bercampur lendir tanpa feses.
• BAB darah dan lendir (red currant jelly stool) 6-8 jam
serangan sakit yang pertama kali, kadang sesudah 12 jam.
• Sesudah 18-24 jam tanda-tanda obstruksi (perut kembung
dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna
hijau, dehidrasi). Oleh karena perut kembung maka defekasi
hanya berupa darah dan lendir.
• Keadaan berlanjut muntah feses, demam tinggi, asidosis,
toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri.
• Pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus,
gangren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
• Penderita malnutrisigejala tidak khas,tanda obstruksi usus
baru timbul dalam beberapa hari karena tonus yang melemah,
sehingga obstruksi tidak cepat timbul.
Red Current Jelly Stool
Diagnosis
Trias Intususepsi :
• Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat
hilang timbul. Nyeri menghilang selama 10-20 menit,
kemudian timbul lagi serangan baru.
• Teraba massa tumor di perut bentuk curved
sausage pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas
tengah, kiri bawah atau kiri atas.
• Buang air besar campur darah dan lendir yang
disebut red currant jelly stool.
The Brighton Collaboration Intussuseption Working Group diagnosis
klinis menggunakan campuran dari kriteria minor dan mayor.
Kriteria Mayor
• Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah
hijau, diikuti dengan distensi abdomen dan bising usus yang
abnormal atau tidak ada sama sekali.
• Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup
hal-hal berikut ini: massa abdomen, massa rectum atau prolaps
rectum, terlihat pada gambaran foto abdomen, USG maupun CT
Scan.
• Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi
perdarahan rectum atau gambaran feses red currant jelly pada
pemeriksaan Rectal Toucher.
Kriteria Minor
• Bayi laki-laki kurang dari 1 tahun
• Nyeri abdomen
• Muntah
• Lethargy
• Pucat
• Syok hipovolemi
• Foto abdomen yang menunjukkan abnormalitas tidak
spesifik
Pemeriksaan colok dubur didapatkan:
• Tonus sfingter melemah, mungkin invaginasi dapat
diraba berupa massa seperti portio.
• Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir (Red
Current Jelly Stool).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi
Lab
Hydrostatic
Reduction
Pneumatic
Reduction
Hydrostatic Reduction
• Masukkan kateter yang telah dilubrikasi ke dalam
rectum, difiksasi kuat diantara pertengahan
bokong
• Pelaksanaannya memperhatikan “Rule of
three” yang terdiri atas: (1) reduksi hidrostatik
dilakukan setinggi 3 kaki di atas pasien; (2)
tidak boleh lebih dari 3 kali percobaan; (3) tiap
percobaan masing-masing tidak boleh lebih
dari 3 menit.
• Pengisian dari usus dipantau dengan fluoroskopi
dan tekanan hidrostatik konstan dipertahankan
• Reduksi hidrostatik telah sempurna jika media
kontras mengalir bebas melalui katup ileocaecal
ke ileum terminal. Reduksi berhasil pada rentang
45-95% dengan kasus tanpa komplikasi.
Pneumatic Reduction
• Kateter yang telah dilubrikasi ditempatkan ke
dalam rectum dan direkatkan dengan kuat.
• Manometer dan manset tekanan darah
dihubungkan dengan kateter, dan udara
dinaikkan perlahan hingga mencapai tekanan
70-80 mmHg (maksimum 120 mmHg).
• Kolum udara akan berhenti pada bagian
intususepsi, dan dilakukan sebuah foto polos.
• Jika tidak terdapat intususepsi atau reduksinya
berhasil, udara akan teramati melewati usus
kecil dengan cepat.
• Foto post reduksi (supine dan decubitus/upright
views) konfirmasi ketiadaan udara bebas.
Tatalaksana
Operatif
Diagnosis intususepsi
telah dikonfirmasi oleh x-
ray, mengalami
kegagalan dengan terapi
reduksi hidrostatik
maupun pneumatik,
Peritonitis difusa
Komplikasi
Intususepsi dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah dehidrasi dan
aspirasi dari emesis yang terjadi. Iskemia dan nekrosis
usus dapat menyebabkan perforasi dan sepsis. Nekrosis
yang signifikan pada usus dapat menyebabkan komplikasi
yang berhubungan dengan “short bowel syndrome”.
Meskipun diterapi dengan reduksi operatif maupun
radiografik, striktur dapat muncul dalam 4-8 minggu pada
usus yang terlibat.
LAPORAN KASUS
Identitas
• Nama : An. AF
• Umur : 6 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Lasiana
• Pekerjaan : Pekerjaan
• Agama : Kristen Protestan
• MRS : 05/06/2019 (IGD)
Anamnesis
• Keluhan Utama : Buang air besar darah bercampur lendir 3 hari
sebelum masuk Rumah Sakit
Perjalanan penyakit :
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Kefa dengan keluhan Buang air besar
berdarah 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pada awalnya pasien
buang air besar dengan konsistensi lembek disertai lender warna putih
pada hari jumat yang lalu, namun setelah itu keluhan tidak dirasakan
lagi hingga pada hari minggu muncul lagi keluhan berupa BAB berdarah
disertai lendir bergumpal tanpa adanya kotoran. Pasien juga sudah
tidak kentut sejak hari minggu, dan disertai nyeri perut terutama bagian
kiri bawah yang dirasakan secara terus menerus. Pasien kemudian di
puasakan oleh dokter di kefa setelah memeriksakan diri di RS Kefa.
Pasien juga mengeluhkan mual muntah yang dialami setiap hari sejak
hari minggu. Pasien muntah berisi makanan bercampur air, dan setelah
puasa pasien hanya muntah cairan. Menurut ibu pasien, pasien
seringkali rewel dan kehausan setelah puasa. Keluhan demam
disangkal, riwayat di urut perutnya disangkal oleh ibu pasien, setiap kali
sakit perut hanya di gosok dengan minyak kelapa sebelum masuk
rumah sakit.
.
Riwayat Pengobatan:
Klinis Pasien
Pemeriksaan Fisik Tambahan
Rectal Toucher
• Inspeksi tidak ada kelainan
• Tonus Sfingter Ani lemah
• Mukosa Rectum Licin
• Ampulla Recti collaps
• Tidak teraba massa
• Nyeri pada arah jam 12-3
• Prostat dalam batas normal
• Mukus pada hand scoen (Red currant jelly stool)
Laboratorium Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Pemeriksaan HGB (gr/dl) 10,5 Low
RBC (106/ul) 4,34 Normal
Penunjang HCT (%) 29,8 Low
MCV (fL) 68,7 Low
MCH (pg) 24,2 Normal
Laboratorium MCHC (g/L) 35,2 Normal
Jumlah leukosit (103/ul) 9,63 Normal
3. Pemeriksaan Penunjang
Lab (5 Juni 2019) : Akan didapatkan
HGB 10,5(gr/dl) abnormalitas elektrolit
HCT 29,8(%) yang berhubungan
Jumlah leukosit 9,63(103/ul) dengan dehidrasi,
Trombosit 161(103/ul) anemia dan atau
Glukosa sewaktu 68 (mg/dL) peningkatan jumlah
Natrium Darah 133(mmol/L) leukosit (leukositosis
Kalium Darah 2,6(mmol/L) >10.000/mm3)
No. Kasus Teori
4. Assesment:
Ileuss Obstruksi ec. Intususepsi
No. Kasus Teori
5. Planning:
• Resusitasi Cairan, Loading Penatalaksanaan lini pertama :
IVFD RL 10-20 cc/kg BB Selang lambung (Nasogastric tube)
(15kg x20cc= 300cc) harus dipasang sebagai tindakan
• Pasien dipuasakan kompresi pada pasien dengan
• Pasang NGT dekompresi distensi abdomen sehingga bisa
• Pasang DC untuk monitoring dievaluasi produksi cairannya.
Urine (normal produksi urine Rehidrasi cairan yang adekuat
pada anak 1-2cc/kgBB/jam) dilakukan untuk menghindari kondisi
• Antibiotik : Metronidazole 7,5 dehidrasi
mg/kg BB 3x/hari Pemasangan selang catheter untuk
• Manajemen Hypothermia memantau ouput dari cairan.
(berikan selimut) Pemeriksaan darah lengkap dan
• Barium enema examination elektrolit darah.
• Laparatomi explorasi CITO Tatalaksana Non- Operatif
Hydrostatic Reduction
Pneumatic Reduction
Tatalaksana Operatif
TERIMA KASIH