Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

Childhood Leprosy

Pembimbing : dr. Teguh Aly’ansyah, Sp.KK


Oleh:
Prihan Fakri I1011151018

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
2019
SUMBER

Pradhan S, Nayak BP, Dash G. Childhood leprosy: A review. Indian J Paediatr


Dermatol 2019;20:112-6.
• Kusta adalah penyakit yang dikenal dengan kecacatan
dan stigma sosialnya
• Walaupun kusta menyerang semua kelompok usia, kusta
pada anak memiliki kepentingan yang spesial yaitu
sebagai indikator transmisi kuman lepra dalam suatu
komunitas

Kusta pada anak-anak


• Pada tahun 2016-2017 terdeteksi sebanyak 135.485
kasus, dengan Case Detection Rate nya sebesar
10,17/100.000 per tahunnya, lebih tinggi daripada tahun
2015-2016 yaitu sebesar 127.334 kasus.
• Proporsi yang cukup tinggi pada kasus baru Lepra yang
terklasifikasi MB (Multibasilar) yaitu sekitar 49,57%,
dimana 8,7% nya merupakan anak-anak dan 3,87%nya
dilaporkan menderita kecacatan tipe 2

Epidemiologi
• Berdasarkan klasifikasi Ridley-Jopling, kusta terbagi
menjadi 5 tipe, yaitu
• 1. tuberculoid(TT)
• 2. borderline tuberculoid (BT),
• 3. mid-borderline(BB),
• 4. borderline lepromatous (BL) and
• 5. lepromatous(LL).
• WHO mengklasifikasikan kusta hanya menjadi 2 kategori
besar berdasarkan jumlah lesi pada kulit, yaitu Pausibasiler
(PB) dan Multibasiler (MB)

Klasifikasi
• Secara umum, reaksi kusta pada anak sangat jarang untuk
anak dibawah 15 tahun. Mayoritas riset melaporkan
frekuensi yang cukup rendah untuk reaksi kusta pada
anak yaitu sekitar 1,36% sampai 8,33% .
• Reaksi kusta tipe 1 adalah kasus yang paling banyak
ditemukan pada anak, yang berhubungan dengan
kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang parah dapat
menyebabkan kecacatan seperti foot drop, wrist drop, dan
clawing

Reaksi Kusta
• Diagnosis kusta sendiri ditentukan berdasarkan tanda
tanda kardinal kusta, yaitu anestesi pada lesi kulit,
membesar/menebalnya saraf perifer, dan pada slit skin
smear ditemukan BTA positif
• Untuk mendapatkan dengan mudah, mati rasa yang
dialami oleh pasien anak, dapat dilakukan pemeriksaan
sensasi suhu.
• Jain et al menemukan keterlibatan saraf tepi pada 186
pasien dari total 306 anak yang telah dievaluasi dengan
lebih dari satu penebalan saraf, n. Ulnaris yang paling
sering diserang.

Diagnosis
• Kar dan Job mendapatkan bahwa anak anak dengan
penebalan saraf mempunyai peluang 6,1x lebih besar
untuk mengalami cacat dibandingkan anak tanpa
penebalan saraf.
• Di penelitiannya, dari 275 anak dibawah umur 15 tahun,
10,5% kasus mengalami kecacatan, dengan beberapa
faktor resiko yaitu, keterlambatan diagnosis, lesi kulit
multipel, MB, slit skin smear positif, berbagai jenis saraf
yang diserang, dan keadaan reaksi saat didiagnosis.

Childhood disability due


to Leprosy
Treatment
• Kegawatandaruratan pada resistensi obat adalah sebab
utama untuk diperhatikan pada penyakit kusta karena
obat obat yang tersedia sangat terbatas
• Resisten terhadap rifampisin, dapson, dan kuinolon
dilaporkan disebabkan karena mutasi dalam binding sites
dalam jumlah yang besar dengan metode biologi
molekular.

Resistance
• Kebanyakan kasus relaps di penelitian ini cenderung
mengarah ke kelompok anak usia 12-15 tahun. Hampir
80% kasus relaps terjadi selama pengobatan PB, dan
70%nya telah menerima pengobatan dari institusi lain
sebelumnya.

Relapse
• Diagnosis kusta pada anak dinilai sulit dibandingkan pada
dewasa. Pada kasus yang meragukan, dianjurkan untuk
dilakukan pengamatan untuk beberapa bulan, tetapi pada
daerah endemis, seharusnya ditangani sedini mungkin.
• Orang tua seharusnya berhati-hati terhadap kedua tipe
reaksi kusta, sehingga pengobatan kusta dapat mencegah
terjadinya kecacatan yang disebabkan oleh kerusakan
saraf pada reaksi kusta tipe 1 dan komplikasi sistemik
pada reaksi tipe 2. Seluruh anggota keluarga seharusnya
diperiksa apakah terinfeksi kuman lepra dan segera
ditangani.

Conclusion

Anda mungkin juga menyukai