Anda di halaman 1dari 45

M AT E M AT I K A E K O N O M I

PERSAMAAN DIFERENSIAL
ORDE-1 DAN TERAPANNYA

TONI BAKHTIAR
I N S T I T U T P E RTA N I A N B O G O R

2012
Pendahuluan
2

 Dewasa ini penggunaan PD dalam memodelkan gerak


dan perubahan sudah dilakukan di semua bidang ilmu.
 PD mengekspresikan laju perubahan suatu variabel
sebagai fungsi dari variabel itu sendiri pada waktu kini.
 Contoh: laju perubahan GDP sebanding dengan besarnya
GDP waktu berjalan
x(t )  ax(t ).
Laju perubahan x
terhadap waktu t Konstanta laju Besar GDP pada
pertumbuhan waktu t
Pendahuluan
3

 Solusi:
x(t )  x0e .
at

Besar GDP pada


saat awal, t = 0
 GDP akan naik seiring waktu jika a > 0, dan akan turun
jika a < 0.
 Di banyak situasi a mungkin dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti waktu, peubah sistem ekonomi itu sendiri,
akumulasi pengetahuan, situasi internasional, dsb:

x(t )  a( x(t ), t ) x(t ).


Pengertian
4

 Suatu persamaan yang menyatakan hubungan antara


fungsi x dengan satu atau lebih turunan-turunannya
disebut persamaan diferensial.
 Contoh:
dx
 5 x  15, y ' 2ty  0, 2 y  y  e  1.
t

dt
 Orde dari suatu PD adalah orde dari turunan tertinggi
yang muncul dalam PD tersebut.
 Derajat dari suatu PD adalah pangkat dari turunan
tertinggi pada PD tersebut.
Pengertian
5

 Contoh:

 Dalam kuliah ini dibahas PD orde-1 derajat-1.


Metode Pemisahan Variabel
6

 PD berbentuk x  F ( x, t ) dikatakan terpisahkan jika dapat


ditulis dalam bentuk: x  f ( x) g (t )  dx  f ( x) g (t ).
dt
 Pemisahan peubah:
1
dx  g (t ) dt.
f ( x)
 Pengintegralan:
1
 f ( x)
dx   g (t ) dt.

 Jika f(x) dan g(t) diketahui maka masalah integral di atas


dapat diselesaikan dengan teknik penggintegralan seperti
sudah dijelaskan di bab sebelumnya.
Metode Pemisahan Variabel
7

 Misalkan x(t) menyatakan besarnya konsumsi energi


nasional pada saat t dan tumbuh dengan laju konstan 2
persen. Apa artinya?
x  0.02 x  x(t )  x0e0.02t .
Bentuk Umum PDL Orde-1
8

dy
 ay  b.
dt
Koefisien konstan: a = konstanta Suku konstan: b = konstanta
Koefisien variabel: a = a(t) Suku variabel: b = b(t)
Koefisien Konstan, Suku Konstan
9

 PDL dengan koefisien dan suku konstan:


y  ay  b
 PD homogen: b = 0  solusi homogen yh (t )  Ce  at .
 PD takhomogen: b  0  solusi partikular y p (t )  b / a.
 Solusi umum = solusi homogen + solusi partikular:

 at b
y (t )  Ce 
a
 Nilai awal: y(0) = y0  Solusi khusus

y(t )   y0  ba  e at  ba .
Koefisien Konstan, Suku Konstan
10

 Solusi homogen disebut juga fungsi komplementer


 Solusi partikular disebut juga integral khusus atau
integral partikular
 PD homogen disebut juga persamaan tereduksi dari PD
lengkap
 Solusi khusus disebut juga solusi/penyelesaian definit
PDL Orde-1
11

 Misalkan K(t) menyatakan banyaknya kapital yang tersedia di


sektor industri pada saat t. Diasumsikan kapital terdepresiasi
dengan laju  > 0 dan laju investasi konstan I0. Pernyataan ini
dapat diformulasikan ke dalam bentuk PD:
K  I0   K  K   K  I0 .
 Solusi umum:
 t I0
K (t )  Ce  .

 Jika K(0) = K0 maka diperoleh solusi khusus

 I 0   t I 0
K (t )   K 0   e  .
  
Steady State dan Kekonvergenan
12

 Steady state (keadaan tunak): suatu keadaan di mana peubah


waktu t sudah tidak memengaruhi dinamika suatu sistem y. Solusi
steady state ditentukan oleh dy/dt = 0.
 PDL orde-1 y  ay  b memiliki nilai steady state: y  ba .
 Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam dinamika ekonomi
ialah mengetahui apakah sistem dinamik konvergen ke solusi
steady state ataukah tidak.
 Untuk PDL orde-1, diperoleh

lim y(t )  lim Ce at  ba   ba , asalkan a  0,


t  t 

lim K (t )  lim Ce t  0   0 .


I I
t  t 
Model Penyesuaian Harga
13

 Fungsi permintaan dan fungsi penawaran suatu komoditas:


Q D  a  bP 
 a 
 P 
*
.
Q     P
s
 b
 Teori mengatakan bahwa harga naik jika terjadi excess demand
dan harga turun jika terjadi excess supply. Oleh karena itu
P   (Q D  Q s )  P   (b   ) P   (a   ).
 Diperoleh solusi:
 a      (b   )t a     (b   )t
P(t )   P0   e   
 P  P *

 e  P *
.
b  b
0

 Asalkan (b + ) > 0, jelas lim P(t )  P* .
t 
Model Penyesuaian Harga
14

 Harga kesetimbangan:
Q D  50  3P 

  P*
 7.
Q  15  2 P 
s

 Model pergerakan harga:
P  2(Q D  Q s )  P  10 P  70.
 Solusi khusus:
P(t )   P0  7 e10t  7.
 Harga awal:
P0  5 : P(t )  2e10t  7,
P0  10 : P(t )  3e10t  7.
Model Penyesuaian Harga
15

10
P
9

4
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
t
Koefisien Variabel, Suku Variabel
16

 PDL orde-1 dengan koefisien dan suku variabel:


x  a(t ) x  b(t )
 Solusi umum:
x(t )  e A C   b(t )e A dt  , A :  a(t ) dt.
PD Homogen
17

 Jika b(t) = 0 maka disebut PD homogen:


dx 1
x  a(t ) x  0   a(t ) x  dx  a(t ) dt.
dt x
 Diperoleh solusi umum:

x(t )  Ce   a ( t ) dt
.
 Contoh: tentukan solusi umum dari PD berikut
dx
 3t 2 x  0.
dt
PD Takhomogen
18

 Jika b(t)  0 maka disebut PD takhomogen: x  a(t ) x  b(t ).


 Kalikan kedua ruas dengan expA(t) = exp( a(t) dt)
diperoleh:

 Karena

 maka

 sehingga
PD Takhomogen
19

 Solusi umum:

 Atau:
PD Takhomogen
20

 Tentukan solusi umum dan solusi khusus dari PD berikut:


PD Taklinear
21

 Metode pemisahan variabel


 PD Eksak
 Substitusi sehingga menjadi PD linear  PD Bernoulli
PD Eksak
22

 Misal diberikan fungsi dua variabel F = F(x,t).


 Diferensial total dari F diberikan oleh: 𝑑𝐹 = 𝐹𝑥 𝑑𝑥 + 𝐹𝑡 𝑑𝑡
 Tinjau PD dalam bentuk:
𝑑𝑥 𝑁 𝑥, 𝑡
=− ⇔ 𝑀 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑡 𝑑𝑡 = 0.
𝑑𝑡 𝑀 𝑥, 𝑡
 PD di atas disebut eksak jika ruas kiri PD tersebut
merupakan diferensial total dari suatu fungsi F = F(x,t),
yaitu berlaku:
𝐹𝑥 = 𝑀 𝑥, 𝑡
𝑑𝐹 = 𝑀 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑡 𝑑𝑡.
𝐹𝑡 = 𝑁(𝑥, 𝑡)
PD Eksak
23

 Karena Fxt = Ftx maka Mt = Nx.


 Jadi Mt = Nx merupakan syarat perlu dan cukup agar PD
eksak.
 Contoh: periksa keeksakannya:

1. (6 xt  9 x ) dx  (3x  8t ) dt  0.
2 2

2. (7 x  4t ) dx  4tx dt  0.
2
Solusi PD Eksak
24

 Karena Fx = M(x,t) maka 𝐹 𝑥, 𝑡 = න 𝑀 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥 + 𝑓 𝑡 .

 Karena Ft = N(x,t) maka 𝐹 𝑥, 𝑡 = න 𝑁 𝑥, 𝑡 𝑑𝑡 + 𝑔 𝑥 .


 Solusi PD eksak: F(x,t) = C.
 Contoh:
(1) 2 yt dy  y 2 dt  0
(2) (t  2 y )dy  ( y  3t )dt  0
2

(3)
(4)
Solusi PD Eksak
25
Solusi PD Eksak
26
Faktor Pengintegralan
27

 Kadang-kadang persamaan diferensial takeksak dapat


dikonversi menjadi eksak dengan mengalikan setiap
sukunya dengan faktor pengintegralan.
 PD 2t dy + y dt = 0 takeksak karena Mt  Ny.
 Dengan mengalikan setiap suku dengan faktor
pengintegralan y, diperoleh PD eksak:

2ty dy  y dt  0.2
Faktor Pengintegralan
28
Faktor Pengintegralan
29

 Tentukan faktor pengintegralannya:


Persamaan Bernoulli
30

 Persamaan Bernoulli adalah PD taklinear berbentuk:

 R = R(t), T = T(t), m  0, m  1.
 Dengan substitusi z = y1m, persamaan Bernoulli dapat
diubah menjadi PD linear
Persamaan Bernoulli
31

 Contoh:
Diagram Fase
32

 Adalah sangat memudahkan apabila model-model ekonomi


yang dinyatakan dalam bentuk PD dapat diselesaikan secara
eksplisit dalam bentuk fungsi dasar sehingga sifat-sifat dari
solusi tersebut dapat diketahui.
 Namun sayangnya kebanyakan PD tidak mudah diselesaikan
atau ditemukan solusi kuantitatifnya.
 Situasi-situasi berikut biasanya terjadi: (i) solusi eksplisit tidak
mungkin ditemukan, dan (ii) persamaan memuat parameter
atau bahkan fungsi yang belum dapat ditentukan.
 Pendekatan berbeda harus dilakukan untuk memelajari
perilaku solusinya yaitu dengan menguji sifat-sifat
kualitatifnya.
Diagram Fase
33

 Banyak PD yang muncul di bidang ekonomi memiliki


bentuk PD mandiri (autonomous):
x  F ( x).
 Diagram fase merupakan representasi geometrik dari
variabel x terhadap variabel x di bidang-xx, yang disebut
sebagai bidang fase.
 Kurva yang terbentuk dalam bidang fase disebut sebagai
garis fase.
 Diagram fase sangat bermanfaat karena dapat digunakan
untuk memelajari sifat-sifat dari solusi PD mandiri.
Diagram Fase
34

 Di atas sumbu-x, x(t)


merupakan fungsi naik. x
membesar jika t membesar.
Bergerak dari kiri ke kanan.
 Di bawah sumbu-x, x(t)
merupakan fungsi turun. x
mengecil jika t membesar.
Bergerak dari kanan ke kiri.
 a merupakan titik
kesetimbangan (stabil
asimtotik)
Diagram Fase
35

F '(a1 )  0

F '(a2 )  0
Diagram Fase
36

 PD orde-1:
 Solusi:
Model Akumulasi Utang
37

 Dalam beberapa tahun terakhir banyak negara mengalami defisit


anggaran berkepanjangan. Hal ini mengakibatkan peningkatan
utang nasional secara dramatis yang dikhawatirkan menimbulkan
kebankrutan.
 Apakah kebankrutan merupakan akibat dari defisit anggaran yang
berkepanjangan?
 Apakah negara-negara yang mengalami defisit berkepanjangan
akan selalu menuju kebankrutan?
 Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan
menganalisis dinamika akumulasi utang dan pertumbuhan
pendapatan.
Model Akumulasi Utang
38

 Misalkan D(t) adalah besarnya utang (dolar) dan Y(t) besarnya


pendapatan nasional (GDP) pada saat t (dolar). Dengan
menyatakan semua peubah dalam dolar maka faktor inflasi dapat
diabaikan.
 Karena laju perubahan utang adalah defisit itu sendiri,
diasumsikan bahwa besarnya defisit sebanding dengan besarnya
pendapatan nasional:
D  bY , b  0.
 Pertumbuhan pendapatan nasional diasumsikan memenuhi:
Y  gY , g  0.
 Solusi bagi Y: Y (t )  Y0 e gt .
Model Akumulasi Utang
39

 Diperoleh PDL orde-1 dengan suku variabel:

D  bY0 e gt , b, g  0.
 Solusi:

 Terlihat bahwa utang akan meningkat takterbatas seiring waktu.


 Misalkan diasumsikan tingkat suku bunga konstan sebesar r.
Rasio pembayaran bunga pinjaman rD(t) terhadap pendapatan
nasional Y(t) diberikan oleh:
Model Akumulasi Utang
40

 Perhatikan bahwa:

 Jika rb/g < 1 maka dalam jangka panjang, bagian dari pendapatan
yang digunakan untuk membayar bunga lebih kecil daripada
pendapatan itu sendiri. Ini merupakan kabar baik karena hal
tersebut berarti perekonomian, meskipun mengalami defisit
sepanjang waktu, selalu mampu membayar bunga dan
kebankrutan tidak akan pernah terjadi.
 Jika rb/g > 1 maka perekonomian akan konvergen ke suatu
situasi di mana pembayaran bunga melebihi pendapatan nasional.
Situasi akan membawa perekonomian ke arah kebankrutan jika
defisit terus berlanjut.
Model Akumulasi Utang
41

 Perhatikan bahwa:
D  bY 
 b D
  .
Y  gY 
 g Y
 b/g merupakan rasio pertumbuhan utang terhadap pertumbuhan
pendapatan nasional.
 jika terjadi peningkatan pendapatan nasional sebesar 1 dolar
maka akan terjadi peningkatan utang sebesar b/g dolar.
 jika pendapatan nasional tumbuh lebih cepat daripada utang maka
rasio utang dan pendapatan selalu kurang dari 1. Dan karena
tingkat suku bunga lazimnya kurang dari 1 maka rb/g < 1.
Model Pertumbuhan Solow
42

 Model Domar: proses produksi hanya dipengaruhi oleh


kapital (K). Labor (L) diasumsikan merupakan proporsi
yang tetap dari K.
 Model Solow: proses produksi dipengaruhi oleh kapital
(K) dan labor (L) dengan berbagai proporsi.
Y  F ( K , L).
 Asumsi: FK  0, FL  0, FKK  0, FLL  0.
 Fungsi F diasumsikan linear homogen orde-1:
Y 1 Y
 F ( K , L)   F ( KL , LL )  y  F (k ,1)  y  f (k ).
L L L
Model Pertumbuhan Solow
43

 Output dari suatu perekonomian dapat dikonsumsi atau


disimpan: C  (1  s)Y , S  sY .
 Stok kapital K akan naik seiring naiknya investasi: K  I .
 Investasi tak lain adalah output yang disimpan: I = sY.
 Dengan demikian: K  sY .
 Karena k = K/L, maka
d K KL  KL K L
k  2
 k .
dt L L L L
 Jika diasumsikan: L  nL, maka k  sf (k )  nk .
Model Pertumbuhan Ekonomi
44

 Model pertubuhan ekonomi sebuah negara berkembang:

 Volume produksi (output) X sebanding dengan persediaan kapital


K dengan  disebut sebagai average productivity of capital.
 Pertumbuhan modal berasal dari tabungan dalam negeri dan
bantuan luar negeri H, dengan  disebut sebagai savings rate.
 Populasi tumbuh secara eksonensial dengan laju .
 Diperoleh PDL:
Model Pertumbuhan Ekonomi
45

 Jika diasumsikan H(t) = H0et maka diperoleh solusi:

 Output per kapita:

Anda mungkin juga menyukai