Anda di halaman 1dari 29

Pendekatan Klinis

pada Neonatus
dengan Trauma
Ekstrakranial
Charoline Gracetiani Natalia
102016002
Skenario 11

 Bayi dengan usia kehamilan 40 minggu lahir via


vacum dari seorang ibu yang menderita DM
gestasional dengan berat badan lahir 4000g
Rumusan Masalah

 Bayi dengan usia kehamilan 40 minggu, lahir via


vacum, ibu menderita DM. BBl 4000g
Mind Map

Anamnesis
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisik

Patogenesis RM Pemeriksaan
Penunjang

Etiologi
Differential
Diagnose
Epidemiologi
Anamnesis

 Identitas pasien : Bayi 2 hari


 RPS: Konjungtiva mata kiri tampak pucat kemerahan,
ditemukan benjolan lunak  10cm
 Riwayat Persalinan : Lahir via Vacum, BBL : 4000 gram,
Bayi menangis spontan, aktif, bentuk kepala tidak
simetris
 Riwayat Kehamilan: Ibu DM, usia kehamilan 40 minggu
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan tanda-tanda vital, kemudian inspeksi,


palpasi, perkusi dan auskultasi.
 Pemeriksaan dilakukan dari head to toe.
 Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan
dengan cara menghitung nilai apgar
 Pemeriksaan fisik didapatkan bahwa anak aktif,
menangis spontan, bentuk kepala tidak
simetris,terdapat benjolan lunak sebesar 10 cm
melampaui sutura kranialis, dan terdapat bercak
kemerahan pada konjungtiva pada occuli sinistra.
Pemeriksaan Penunjang

 Tes laboratorium (pemeriksaan darah lengkap dan


kadar bilirubin)
 Pemeriksaan radioloogi diperlukan jika ada tanda-
tanda fraktur pada tengkorak
Differential Diagnose
 Cephalohematoma
 Subgaleal Hematoma
 Caput succedaneum
 Subkonjungtiva Hemoragik Occuli Sinistra
Cephalohematoma:
Epidemiologi
 Cephalohematoma merupakan cedera pada
tengkorak pada bayi baru lahir yang terjadi pada 0,2-
2,5% kelahiran hidup.
 Cephalohematoma lebih sering terjadi pada
primigravida, bayi besar, bayi dalam posisi oksipital
posterior atau melintang pada awal persalinan, serta
persalinan dengan bantuan forsep atau ekstraktor
vakum.
 Untuk alasan yang tidak diketahui,
cephalohematoma lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada bayi perempuan.
Cephalohematoma:
Etiologi
 Cedera yang diakibatkan oleh trauma pada
tengkorak karena terjadi penekanan secara paksa
dan berulang-ulang oleh tulang panggul ibu saat
kontraksi selama persalinan.

 Faktor-faktor risiko yang meningkatkan tekanan pada


kepala bayi adalah partus lama, macrosomia,
kontraksi uterus yang tidak efektif, posisi bayi yang
salah saat persalinan serta persalinan dengan
bantuan forsep atau ekstraktor vakum.
Cephalohematoma:
Patogenesis
 Kepala bayi mengalami penekanan yang tinggi oleh
tulang panggul ibu saat kontraksi
 Pembuluh-pembuluh darah kecil pada daerah
periosteum pecah dan terjadi perdarahan pada
daerah periosteum.
 Periosteum menjadi terangkat dan terjadi
pembengkakan pada kepala bayi
 Darah yang terkumpul dibawah periosteum umumnya
akan bertindak sebagai tampon yang
memberhentikan perdarahan lebih lanjut.
Cephalohematoma:
Manifestasi Klinis
 Gejala dari cephalohematoma umumnya tidak
muncul langsung saat bayi lahir
 Kelainan ini berbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan dan tidak melampaui sutura. Tulang
tengkorak yang sering terkena adalah tulang parietal.
 Benjolan umumnya keras dan dapat membesar.
 Pembengkakan umumnya unilateral.
 Biasanya tidak berubah warna atau terluka.
 Pada dasarnya semua cephalohematoma sembuh
dalam beberapa minggu hingga bulan.
Cephalohematoma:
Komplikasi
 Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan
anemia dan hipotensi.
 Penyembuhan cephalohematoma juga merupakan
predisposisi terhadap terjadinya hiperbilirubinemia.
 Cephalohematoma jarang menjadi fokus infeksi yang
menyebabkan meningitis atau osteomielitis.
Cephalohematoma:
Penatalaksanaan
 Tidak ada terapi khusus yang diindikasikan,
pengobatan dan penatalaksanaan
cephalohematoma pada dasarnya bersifat
observasional.
 Biasanya, cephalohematoma tidak menimbulkan
masalah pada bayi baru lahir. Namun perlu dicurigai
resiko hiperbilirubinemia
 Penanganan khusus diperlukan jika terjadi fraktur
pada tengkorak dan perdarahan intracranial.
Cephalohematoma:
Prognosis
Prognosis umumnya baik. Hampir seluruh kasus
cephalohematoma akan sembuh dengan sendirinya
dalam beberapa minggu hingga bulan.
Subgaleal Hematoma:
Epidemiologi
 Sublageal hematoma merupakan perdarahan yang
lebih jarang terjadi dibanding cephalohematoma
dan caput succedaneum.
 Sembilan puluh persen kasus terjadi akibat alat vakum
yang dipasang pada kepala bayi saat proses
kelahiran.
Subgaleal Hematoma:
Etiologi
 Karena kombinasi gaya tekan dan tarik eksternal
pada kepala bayi
 Karena gangguan koagulasi (defisiensi vitamin K)
Subgaleal Hematoma:
Patogenesis
 Ruang subgaleal berada disuperior periosteum dan
inferior dari aponeurosis epikranial. Banyak pembuluh
darah yang melewati ruang subgaleal.
 Pemberian kekuatan eksternal pada kulit kepala,
contohnya dengan alat vakum, dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah di ruang subgaleal dan
perdarahan ke berbagai lapisan kulit kepala
Subgaleal Hematoma:
Manifestasi Klinis
 Adanya massa yang berfluktuasi pada kulit kepala
(terutama pada daerah oksipital).
 Subgaleal hematoma dapat berkembang selama 24
jam pertama dan biasanya sembuh setelah 2 hingga
3 minggu.
 Pembengkakan dapat mengaburkan fontanel dan
melewati garis sutura
Subgaleal Hematoma:
Komplikasi
 Komplikasi dapat berupa hiperbilirubenemia, syok
hemoragik, koagulopati, dan multiorgan failure
Subgaleal Hematoma:
Penatalaksanaan
Penanganan meliputi observasi ketat untuk mendeteksi
perburukan klinik dan terapi terhadap terjadinya syok
dan anemia.
Subgaleal Hematoma:
Prognosis
 Bila tidak disertai syok atau trauma intrakranial,
prognosis jangka panjang umumnya baik.
 Kematian dilaporkan hingga 25% dari neonatus
sebagian besar karena syok hemoragik, koagulopati,
dan multiorgan failure.
Caput Succedaneum:
Epidemiologi
 Caput succedaneum merupakan istilah yang
mengacu pada edema hemoragik yang sangat
biasanya dijumpai setelah persalinan pervaginam.
 Prevalensi yang dilaporkan adalah antara 1,8% dan
33,6% dari semua kelahiran vagina, dengan faktor
risiko yang paling umum adalah nuliparitas ibu dan
penggunaan persalinan vakum.
Caput Succedaneum:
Etiologi
 Caput succedaneum merupakan penumpukan
cairan serosanguineous, subkutan, dan
ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas.
 Kelainan ini disebabkan oleh tekanan bagian
terbawah janin saat melawan dilatasi serviks.
Caput Succedaneum:
Patogenesis
 Caput succedaneum terjadi karena tekanan keras
pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga
terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe di sertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravakuler
 Benjolan pada caput berisi cairan serum dan sedikit
bercampur dengan darah, benjolan tersebut dapat
terjadi sebagai akibat tumpang tindihnya (molage)
tulang kepala di daerah sutura pada saat proses
kelahiran
Caput Succedaneum:
Manifestasi Klinis
 Pembengkakan lunak dan tidak berbatas tegas yang
melebar melewati garis sutura
 Benjolan ini biasanya tidak akan membesar dan
dapat hilang dengan sendiri setelah beberapa hari.
Caput Succedaneum:
Penatalaksanaan, Komplikasi
dan Prognosis
 Terapi hanya berupa observasi.
 Caput succedaneum biasanya tidak menimbulkan
komplikasi
 Akan menghilang beberapa hari setelah kelahiran.
Subkonjungtiva Hemoragik

 Kelainan ini sering ditemukan pada neonatus, baik


pada persalinan biasa maupun pada persalinan yang
sulit.
 Darah yang tampak pada konjungtiva bulbi biasanya
diserap lagi setelah satu sampai dua minggu tanpa
memerlukan pengobatan khusus
Penutup

 Caput succedaneum, subgaleal hematoma dan


cephalohematoma merupakan jenis-jenis dari trauma
ekstrakranial dan mempunyai ciri khas masing-masing.
 Umumnya trauma ekstrakranial pada bayi baru lahir
dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi dapat juga
menimbulkan komplikasi sehingga memerlukan
penangan khusus.
 Berdasarkan scenario, data yang didapat dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien dicurigai
terkena caput succedaneum dengan subkonjungtiva
hemoragik occuli sinistra.

Anda mungkin juga menyukai