Anda di halaman 1dari 22

Jurnal Reading

The clinical respiratory score


predictspaediatric critical
care disposition inchildren
with respiratory
distresspresenting to the
emergency department

Pembimbing
dr. Silvia Triratna, SpA(K)
Pendahuluan

Distress pernapasan dapat muncul dalam berbagai


cara, mulai dari peningkatan laju pernapasan, batuk
dan mengi hingga retraksi intercostal dan sianosis.

Perbedaan gejala klinis distress pernapasan pada


anak-anak memerlukan pendekatan untuk evaluasi
dan terapi yang berbeda.

CRS meliputi nilai prediksi pada distress pernapasan,


contohnya warna kulit anak, laju pernapasan, adanya
mengi, penggunaan otot bantu pernapasan, status
mental dan saturasi oksigen. Karena CRS hanya
memerlukan pengamatan sederhana (Tabel 1),
dengan sumber daya minimal
Metode
 Data pada penelitian ini berasal dari semua pasien
anak dengan distress napas yang datang ke UGD
RS Aga Khan University Karachi, Pakistan dari bulan
November 2015 hingga Maret 2016.
 Semua anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun,
masuk ke UGD Rumah sakit ini dengan distress
napas akan dimasukkan ke studi, setelah kriteria
terkonfimasi
 CRS dihitung pada saat datang, sebelum diberikan
terapi dan 2 jam setelah pemberian terapi.
 Data dianalisis menggunakan SPSS versi 21.
 CRS dianalisis sebagai variabel continus (0-12) dan
dibagi menjadi 2 kategori: ringan (0-4) dan sedang-
berat (5-12).
 Presentasi dan frekuensi dihitung sebagai variabel
kategorik termasuk disposisi klinis, mortalitas, dan
lainnya.
 Rerata dan standar deviasi dihitung sebagai variabel
continus.
 Pada univariat, perbandingan dibuat antara kelompok
(ringan dan sedang-berat) dan berdasarkan
demografik (seperti umur dan jenis kelamin), dan hasil
akhir saat disposisi.
 Baik CRS skor, CRS 1 dan CRS 2, dianalisis sebagai
CRSΔ, perubahan pada CRS.
 Hubungan antara grup ditentukan berdasarkan
student’s t test untuk variabel continus dan
Pearson’s Chi square untuk variabel kategorik.
 Nilai p 0,05 diambil sebagai signifikansi. Sensitifitas
dan spesifitas dihitung dengan nilai prediksi positif
dan nilai prediksi negative (PPV dan NPV) dan
rasio positif dan negative untuk setiap skor.
Hasil Penelitian
 Demografi pasien, manajemen klinis dan disposisi
 CRS awal versus berikutnya
Berdasarkan CRS1, 35 pasien (31,3%) masuk ke
dalam kategori ringan, 67 (59,8%) kategori
sedang dan 10 (8,9%) kategori menengah (Tabel
3). Setelah manajemen awal, skor pasien
meningkat dengan penurunan tajam frekuensi
pasien untuk memiliki CRS1 sedang, dari 59,8
menjadi 31,3% pada CRS2 (Tabel 3)
 Hubungan antara CRS awal dan disposisi anak pada
perawatan kritis dan kemampuan diagnostik CRS
 Tabel 4 menunjukkan hubungan antara CRS1 dan disposisi
klinis. Pasien dengan CRS parah, yaitu skor 8 atau lebih,
memiliki odds rasio 5,7 (95% CI 2,2-15,3, p <0,001) untuk
masuk ke PICU dibandingkan dengan CRS awal yang
ringan.
Diskusi

 Di departemen kegawatdaruratan pediatrik Pakistan,


CRS dengan cut off 3 memiliki kinerja yang baik dalam
membedakan keparahan penyakit dengan sensitivitas
94%, nilai prediksi negatif 94% dan LR+ 1,6.
 Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa CRS
dapat memprediksi admisi pasien ke SCU / PICU.
Kesimpulan

 Berdasarkan temuan yang ada, CRS tampaknya


berpotensi digunakan sebagai metode skrining
gangguan pernapasan (dengan berbagai etiologi) di
departemen kegawatdaruratan pediatrik. Untuk
meningkatkan keadaan pasien pediatri dalam kondisi
distress pernapasan, CRS dapat dimasukkan ke dalam
protokol berbasis bukti, sedini tingkat triase di
kegawatdaruratan pediatrik.
Telaah Kritis

Penilaian PICO VIA


(Population, Intervention, Comparison,
Outcome, Validity, Importancy,
Applicability)
 Population
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien
anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun yang datang ke
UGD RS Aga Khan University Karachi dengan distress
pernapasan.

 Intervention
Tidak dilakukan intervensi pada penelitian ini
 Comparison
Pada jurnal ini terdapat dua penilaian CRS1 yaitu
pasien anak dengan distress napas yang datang ke
UGD dan belum diberikan terapi, dan CRS2 adalah
pasien anak dinilai setelah 2 jam pemberian terapi

 Outcome
Didapatkan hasil bahwa pasien dengan CRS berat
(skor 8-12) lebih mungkin untuk masuk PICU
dibandingkan CRS awal yang ringan. Sensitivitas dan
spesifisitas CRS1>3 dalam menentukan apakah
seorang anak pada akhirnya membutuhkan PICU/SCU
adalah 94%.
 Study Validity
Research question
Is the research question well-defined that can be
answered using this study design?
Ya.

Does the author use appropriate methods to answer their


question?
Ya. Metode pada studi ini dijelaskan dengan baik

Is the data collected in accordance with the purpose of


the research?
Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui apakah skoring ini dapat
digunakan di negara berkembang
 Randomization
Was the randomization list concealed from patients,
clinicians, and researchers?
Tidak dijelaskan mengenai randomisasi pada studi ini.
 Interventions and co-interventions
Were the performed interventions described in
sufficient detail to be followed by others? Other than
intervention, were the two groups cared for in similar
way of treatment?
Penelitian ini melakukan intervensi dengan membagi
dua kelompok anak yang belum diberikan terapi
dengan 2 jam setelah pemberian terapi
 Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat
mengetahui apakah CRS dapat digunakan untuk skrining
distress napas di UGD di negara berkembang
 Applicability
Are your patient so different from these studied that the
results may not apply to them?
Ya.

Is your environment so different from the one in the


study that the methods could not be use there?
Tidak, penelitian dengan metode penelitian ini dapat
diterapkan di beberapa penelitian dan di Indonesia.
Kesimpulan

 Jurnal ini valid dan dapat diterapkan sehingga


jurnal inidapat digunakan sebagai referensi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai