Anda di halaman 1dari 53

DK2P1

KELOMPOK 1
FA S I L I TATO R : D R . I H S A N U L I R FA N

• MEYUSTINA NOVIANTIKA SITOHANG


JECONIAH GABRIELLO DANDAN
REZA ROSITA MAGDALENA
NADIA SABELLA HANIFAH
M.MUHYIDDIN KHAZIN
N A LT R I S I LV I A N I N G S I H
DAFFA NURDZAKY SANTRINO
ARISKARILA ABEL
PEMICU 1 : BUANG AIR BESAR BERDARAH

• Seorang anak berumur 11 bulan dibawa ke RS dengan keluhan BAB berdarah sejak 4 hari yang
lalu. Frekuensi BAB cair 10x/hari. Menurut pengakuan ibunya, BAB cair berdarah, megandung
ampas, tidak ada lendir. Awalnya BAB cair hanya 4x/hari lalu semakin hari semakin sering.
Menurut ibunya, pasien disertai demam sejak 5 hari yang lalu, naik turun. Anak rewel, masih mau
minum, jika menangis keluar air mata. Keluhan tidak disertai muntah, tidak ada batuk, tidak ada
pilek, tidak ada cairan dari kelinga, tidak ada gusi berarah. Tidak ada ruam – ruam kulit.
KATA KUNCI

• Identitas : Anak 5 th
• KU : BAB Berdarah > berampas & berlendir
Onset : 4 hari
Frekuensi 10x/hari
• KP : Demam
Onset 5 hari
• Keterangan tambahan : menangis berair mata, rewel, masih mau minum
A N A K 1 1 B U L A N D AT I N G
DENGAN KELUHAN BAB CAIR
BERDARAH, FREKUENSI
10X/HARI, ONSET 4 HARI,
D I S E RTA I D E M A M 5 H A R I
L A L U . P E N G A K U A N I B U N YA
BAB CAIR BERDARAH,
M E N G A N D U N G A M PA S & T I D A K
BERLENDIR. ANAK REWEL,
M E N A N G I S B E R A I R M ATA ,
MASIH MAU MINUM.
IDENTIFIKASI MASALAH
A
ANAK 11 BULAN
N
A
ANAMNESIS
L
I KU: BAB Berdarah KP : Demam
Onset : 4 Hari Lalu
S Frekuensi : 10x/hari
Onset 5 hari lalu
BAB ( Cair berdarah,
mengandung ampas, (-) lendir ) INFEKSI BAKTERI E.
M COLI

A DD KOTITUS
ULSERATIVA
S
A Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

L DX
A DISENTRI
FARMAKO
H
TATALAKSANA
NON FARMAKO
SEORANG ANAK 11 BULAN,
BERDASARKAN
ANAMNESIS, PEMIRKSAAN
FISIK DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG DIDIAGNOSIS
DISENTRI BASILER
H I P OT E S I S
P
E 1. BAGAIMANA FISIOLOGI DEFEK ASI NORMAL?
R 2. INTERPRETASI DATA TAMBAHAN!
T 3. TABLE DIAGNOSIS BANDING
A 4. DISENTRI:
N A . DEFINISI
Y B. ETIOLOGI
A C. EPIDEMIOLOGI
A D. KL ASIFIK ASI
N E. PATOFISIOLOGI
F. TANDA & GEJAL A
T
G. FAKTOR RISIKO
E
R
H. DIAGNOSIS
J I. TATAL AKSANA
A J. KOMPLIK ASI
R K . PENCEGAHAN
I L . PROGNOSIS
N 5. JEL ASK AN DERA JAT DEHIDRASI DAN TATA L AKSANA!
G 6. JEL ASK AN STATUS GIZI NORMAL BATITA / BAYI!
FISIOLOGI DEFEKASI
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar desenden yangmendorong
tinja ke dalam rektum. Mass movementtimbul +/- 15 menit setelah makan dan hanyaterjadi
beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam rektum menyebabkan peregangan rektum dan
pendorongan tinja kearah sfinkter ani
REFLEK DEFEKASI
Reflek defekasi timbul saat tinja memasuki rektum , maka peregangan rektumselanjutnya
menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis, sehinggamenimbulkan gelombang
peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid dan rektum, mendorongtinja kearah anus. Distensi
rektum menimbulkan impuls pada serat-serat sensoris asendens yangselanjutnya dibawa ke
kortek yang menimbulkan kesadaran tentang adanya distensi. Sementaraitu terjadi kontraksi
sementara otot lurik sfingter ani eksternus, puborectal sling (bagian darimuskulus levator ani).
Dengan demikian terjadilah reflek yang disebut reflek inflasi
• Pengantaran impuls saraf ke arah distal melalui pleksus mienterikus pada bagian kaudaldinding
rektum akan menyebabkan reflek inhibisi otot polos muskulus sfingter ani internus.Peristiwa ini
disebut reflek relaksasi rektosfingter.Relaksasi sfingter ani internus ini terjadisecara proposional
terhadap volume dan kecepatan distensi rektum. Keadaan ini diikutiolehpenghambatan spingter
ani eksternus, yang melibatkan jalur refleks dan fasilitasi kortikal.Reflek puborektalis akan
mengakibatkan melebarnya sudut anorektal ( normal 60 – 105 menjadi140) menyebabkan jalur
anus tidak terhalangi. Peningkatan tekanan abdomen dihubungkandengan peristaltik pada
dinding abdomen, menyebabkan keluarnya tinja sehingga terjadi pengosongan rektum.
setelah tinja keluar, maka segera terjadi reflek penutupan, aktivitas ini
terjadi sangatcepat yaitu kembalinya otot dasar panggul, sudut
anorektal dan tonus spingter ke posisi semula.
INTERPRETASI
DATA
TAMBAHAN
INTERPRETASI DATA TAMBAHAN
• ku = tampak sakit sedang , anak rewel
• Kesadaran = compos mentis
• TTV
• N = 110x/menit *normal =<160x/menit
• RR = 30x/menit *normal= <50x/menit
• Suhu = 38,5
• Kepala = ubun-ubun datar,lembut, normocephali
• Mata cekung (+) *normal(-)
• Telinga, hidung = dalam batas normal
• Mulut = bibir kering *normal tdk kering dilihat dari mukosalllllllg
• Leher = dalam batas normal
• Paru = dalama batas normal
• Jantung = dalam batas normal
• Abdomen
Inspeksi = cembung, supel, lembut, distensi(-)
Auskultasi = bising usus(+) 38x/menit*normal suara peristaltik terdengar sbg suara yang intensitasnya
rendah, terdengar 10-30 detik
Palpasi = nyeri tekan epigastrium(-), hepatospenomegali(-), splenomegali(-), turgor kembali
lambat*normal kembali <3 detik
Perkusi = timpani
• Ekstremitas = akral hangat, CTR < 2 detik
• Kulit = warna kuning langsat, tidak ruam
• Anus = tampak sedikit lecet*normal tdk lecet
pemeriksaan penunjang
• Darah rutin
Hb = 11,8g/dL
hematokrit = 35%
Trombosit = 379.000
Leukosit = 19.800
• Pemeriksaan feses rutin
Makroskopis = warna merah, konsistensi lembek, lendir(+), darah(+)
Mikroskopis
Leukosit = banyak
Eritrosit = banyak
Amoeba = (-)
Telur cacing = (-)
Sisa makanan = (+)
Benzidin tes = (+)
Disentri Kolitis ulseratif Infeksi bakteri E. coli

Etiologi Shigella, khususnya s. Flexneri dan s. Dysenteriae Faktor resiko Escherichia Coli
tipe 1 1. Genetik
2. Autoimun
3. lingkungan

BAB yang cair. Frekuensi sering dan disertai Diare berdarah dan nyeri Nyeri perut hingga diare
darah abdomen Kehilangan selera makan
Gejala Pertama tinja cair, 1-2 hari menjadi berdarah Demam dan penurunan berat Mual dan muntah
klinis Tanda komplikasi diare akut (dehidrasi, gangguan badan Demam
pencernaan dan kekurangan zat gizi Keram perut Tinja bercampur nanah
Tenesmus atau darah
Disentri Kolitis ulsuratif Infeksi bakteri E.coli

 pemeriksaan spesimen :
 pada pemeriksaan mikroskopis
sering di temukan banyak leukosit seringkali nonspesifik dan tidak ada yang spesifik
Pemeriksaan dan beberapa eritrosit pada sediaan mencerminkan derajat untuk E.coli,
laboraturium feses. dan beratnya perdarahan dan i lekosit feses jarang ditemui,
nflamasi. kultur feses negatif, dan
 tidak ada lekositosis.
Disentri Kolitis ulseratif Infeksi bakteri E. coli

Infiltrat peradangan difus sel  membentuk koloni pada


mononukleus di lamina propria mukosa
 paling menonjol di kolon sebelah Destruksi mukosa lebih lanjut Menghindar dari sistem
Ulkus meluas ke submukosa imun host
kiri Muskularis propria terpajan Memperbanyak koloni
Banyak sel epitel microfold (sel M) Yang terkena hanya kolon, dinding Membuat kerusakan pada
tipis terjadi dilatasi jaringan tubuh host
MorfologiPA pada epitel yg melapisi plak peyer’s Pseudopolip terlihat jelas dan Usus mengalami hiperemia
Mukosa berulserasi dan hemoragik nyata, ulkus dangkal dan perdarahan
Granuloma dan fistula tidak ada Salah satu penyebab
dan disertai pseudomembra Hanya usus yang terlibat parahhnya infeksi E. Coli
adanya shiga toxcin
DEFINISI DISENTRI

• Diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh Shigella sp., dan memerlukan antibiotik untuk
pengobatan.
ETIOLOGI

• Sebagian besar disebabkan oleh Shigella, khususnya Shigella flexneri 70,6 %, Shigella sonnei 17,6%,
Shigella bodydii 5,9%, dan Shigella dysenteriae 5,9%.
• Penyebab lain = yersinia enterocolica, Campylobacter jejuni (terutama pada bayi), Salmonella
sp., Eschericia coli enteroinvasif (jarang, tetapi berat), Entamoeba histolytica (jarang pada balita),
serta amuba
• Penyebab non-infeksi, antara lain invaginasi (gejala dominan lendir dan darah, kesakitan dan
gelisah, massa intra-abdominal dan muntah), alergi susu sapi, gangguan hematologi seperti
defisiensi vitamin K, dan kelainan imunologis (penyakit Crohn, kolitis ulseratif)
EPIDEMIOLOGI

• Infeksi shigella mudah terjadi di tempat permukiman padat, sanitasi jelek, kurang air dan tingkat
kebersihan yang rendah
• Shigella merupakan 10-15 % penyebab diare pada anak
• Di daerah tropis, termasuk Indonesia disentri biasanya meningkat pada musim kemarau dimana
s.flexnerii merupakan penyebab infeksi terbanyak
• Mudah terjadi penularan secara fecaloral, baik secara kontak langsung maupun akibat makanan
dan minuman yang terkontaminasi
• Kasus disentri di Indonesia, pada tahun 2015 penyakit disentri terjadi
pelonjakan 18 kali, Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota,
dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang.
• (Sulistyawati, 2016) memperkirakan bahwa jumlah penderita disentri di
fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247 orang,
• sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatan sebanyak 4.017.861 orang atau 74,33% dan targetnya sebesar
5.405.235 atau 100%.
KLASIFIKASI DISENTRI
• Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,sp : Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri,
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat
inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah.Kuman Shigella secara genetik
bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral
melalui air, makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus
halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya.

• Disentri amoeba, disebabkan oleh Entamoeba hystolitica : E.histolytica merupakan protozoa usus,
sering hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apa bila kondisi
mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan
menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu
bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.
PATOFISIOLOGI
DISENTRI
TANDA DAN GEJALA

• Diare yang sering kali disertai darah atau lendir.


• Demam.
• Mual.
• Muntah.
• Kram perut.
FAKTOR RESIKO

• Tidak menerima asupan ASI


• Gizi buruk
• Hygiene
• Lingkungan
• Kontak dengan benda yang terkontaminasi bakteri atau parasit penyebab disentri
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

Tanyakan mengenai gejala diatas


PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan darah rutin


– Hb 11,3-14,1 gm/dL (6-12 bulan)
– Hematokrit 31-41% (6-12 bulan)
– Leukosit 6000-17500 mm3 (3-12 bulan)
– Trombosit 250.000-450.000 uL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KOMPLIKASI
• Dehidrasi • Malnutrisi/malabsorpsi
• Gangguan elektrolit, terutama • Hipoglikemia
hiponatremia. • Prolapsus rektum
• Protein loosing enteropathy • Reactive arthritis
• Sepsis dan DIC • Megakolon toksik
• Sindroma Hemolitik Uremik • Perforasi lokal
• Peritonitis
D E R A J AT
DEHIDRASI DAN
TATA L A K S A N A
SUMBER : http://rehydrate.org
SUMBER :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
books/NBK143745/
TATALAKSANA

• Penatalaksanaan disentri pada balita biasanya direkomendasikan untuk diberikan kotrimoksazol


dan jika tidak membaik maka dilakukan penggantian antibiotik. Dosis kotrimoksazol pada anak
adalah Trimetoprim 4mg/kgBB dan Sulfametoksazol 20mg/kgBB dua kali sehari.

Penggunaan antibiotik dipertimbangkan untuk diare yang disebabkan oleh : Shigella, Salmonella,
Campylobacter, atau infeksi parasit. Diare sedang atau parah dengan panas atau tinja yang
berdarah diberikan antibiotik golongan kuinolon dan kotrimoksazol merupakan
TERAPI

Disentri basiller
• Prinsipnya : istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi, dan pada kasus berat dapat diberikan antibiotik
• Cairan dan elektrolit :
– Dehidrasi ringan – sedang : cairan rehidrasi oral
– Berat : cairan IV..
– Bila pasien tidak muntah : diberikan melalui minuman atau air kaldu atau oralit.
– Bila berangsur sembuh : susu tanpa gula
• Diiet :
• Makanan lunak sampai frekuensi BAB < 5x/hari
• Makanan ringan biasa bila ada kemajuan
• Oralit 600 mL habis dalam 3 jam  nilai tanda dehidrasi.
• Pada pasien ini rencana terapi
– Oralit 50-100 mL diberikan setiap sesudah BAB
– Zinc syr 1x20 mg 10 hari
– Kotrimoxazol 2x200 mg selama 5 hari
– Probiotik 2x1 sachet  5 hari
dr. Kelompok 1
SIP: 267-XX-2019
Alamat Praktek : Jl. Mangga X
Pukul : 15:00-22:00

Palangka Raya, 20 April 2019

R/ Paracetamol syr 125mg No. II fl


s. t. d. d 1 cth p.c prn (febris)

R/ Zinc syr 20mg No. II fl


s. b. d. d 1 cth p.c

R/ Kortimoksazol syr 200mg No. I fl


s. b. d. d 1 cth p.c prn (habiskan)

R/ Oralit Sach No. X


s. b. d. d 1 sach p.c p.r.n (tambahkan air 250ml)

R/ L-Bio Probiotik Sach No. X


s.b.d.d 1 sach p.c

Pro. An X
Usia 11 bln. BB
PENCEGAHAN

• Rajin cuci tangan dengan air dan sabun, khususnya • Hindari memakan buah-buahan yang dikupas oleh
sebelum makan, memasak atau menyiapkan makanan, orang lain.
setelah dari toilet, dan setelah mengganti popok bayi. • Usahakan hanya minum air di botol yang masih
• Sebisa mungkin, hindari kontak dengan penderita tertutup rapat, atau minum air yang telah dimasak
disentri. hingga mendidih.
• Jangan menggunakan handuk yang sama dengan • Jangan gunakan es batu untuk minuman, karena bisa
seseorang yang diketahui menderita disentri. saja terbuat dari air yang terkontaminasi.
• Gunakan air panas untuk mencuci pakaian penderita • Gunakan air yang telah dimasak hingga mendidih atau
disentri. air yang telah diberi disinfektan dan disaring, untuk
• Hindari tertelan air saat berenang di fasilitas umum. berbagai keperluan, terutama untuk menggosok gigi.
• Bersihkan toilet dengan disinfektan setiap selesai
digunakan.
PROGNOSIS

• Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat
• Bentuk S. dysentriae biasanya lebih berat dan masa penyembuhan lama.
• Prognosis baik pada kasus tanpa komplikasi
STATUS GIZI NORMAL

Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).

• BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
• TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
• BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai.

Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO.
KESIMPULAN

Hipotesis di terima
Seorang anak 11 bulan, berdasarkan anamnesis, pemirksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didiagnosis disentri basiler
DAFTAR PUSTAKA
• http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/buku-sk-antropometri-2010.pdf
• Puzari M, Sharma M, Chetia P. Emergence of antibiotic resistant Shigella species: A matter of concern.
J Infect Public Health. 2017 Oct 20. [Medline]. [Full Text].
• Mellouk N, Enninga J. Cytosolic access of intracellular bacterial pathogens: the Shigella paradigm.
Front Cell Infect Microbiol. 2016. 6:35. [Medline].
• Killackey SA, Sorbara MT, Girardin SE. Cellular aspects of Shigella pathogenesis: focus on the
manipulation of host cell processes. Front Cell Infect Microbiol. 2016. 6:38. [Medline].
• Nuesch-Inderbinen M, Heini N, Zurfluh K, Althaus D, Hachler H, Stephan R. Shigella antimicrobial
drug resistance mechanisms, 2004-2014. Emerg Infect Dis...
• Departemen Kesehatan RI.2011.Buku Saku Petugas Kesehatan : Lintas Diare.
• Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2014
• Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit oleh DepKes RI. 2008

Anda mungkin juga menyukai