Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUN :


IMUNODEFISIENSI

By : Edi Ruhmadi
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Keperawatan Cirebon
 Patofisiologi (Sorensen) :

HIV termasuk gol lentivirus yg merupakan subfamily dari human


retrovirus.

Penyakit – penyakit yg disebabkan oleh lentivirus ditandai dg


“insidious onset” yg bersifat progresif mengenai CNS dapat
menyebabkan ggn system imun.

HIV menginfeksi sel T helper (T4 limfosit/CD 4+) makrofag, sel-


sel B dan sel-sel ttt diotak dan CNS.

Saat sel-sel tsb terinfeksi, sel-sel tsb akan mengalami ggn fungsi
atau menurun jumlahnya.
 Gambaran Klinik :

Kebanyakan klien yg terinfeksi HIV akan


membentuk antibody dlm waktu sekitar 6-12 minggu
(Sorensen).

Klien dg antibody positif bukan berarti kebal thd HIV,


tapi justru menunjukkan bahwa didalam tubuhnya
tdp Virus HIV.

HIV dpt ditemukan & diisolasikan dari cairan otak,


paru, kulit, plasma, semen, saliva, urine, air mata,
air susu, cairan serebrospinal, KGB,
sumsum tulang, dan cairan secret cervix serta
vagina.

Penemuan virus pd cairan-cairan tsb bukanlah


berarti bahwa HIV dpt ditularkan melalui cairan-
cairan tsb.

Sampai saat ini hanya darah dan semen yg jelas


terbukti sbg sumber penularan HIV ( Rustamaji,
1999).

Partikel virus HIV yg bergabung dg DNA sel pejamu


menyebabkan seseorang akan mengalami infeksi
HIV seumur hidup (Sorensen & Rustamaji, 1999).
Pemeriksaan u/ mengetahui adanya antibody dilakukan dg teknik
ELISA ( Enzyme Lingked Immunosorbent Assay) dan
pemeriksaan Western Blot sbg konfirmasi.

Selanjutnya seseorang yg didapati terinfeksi HIV disebut dg


seseorang dengan Seropositif HIV.

Sel target dari virus HIV adalah sel-sel T4 / CD4+.

Pada keadaan normal jumlah sel T4 pd orang yg tidak


mengalami defisiensi imunologi adalah antara 700 – 1300
sel/mm3.

Rasio antara T4 (sel – sel T helper) dan T8 (sel-sel T supresor)


adalah 2 : 1, akan tetapi pd orang yg mengalami infeksi HIV rasio
ini menjadi terbalik sehingga jumlah sel T supresor lebih banyak
dari pada sel T helper.
Jika jumlah & fungsi dari sel T helper ini berkurang ,
maka system kekebalan tubuh seseorang akan rusak
sehingga mudah terinfeksi.

 Sel-sel T4 mengalami perubahan fungsinya sbb :


Menurun kemampuannya u/ mengeluarkan limpokinase.
Menurun kemampuan u/ toksisitasnya.
Menurun kemampuannya dlm membantu sel-sel B dlm
mensintesis imunoglobulin.
Menurun kemampuannya dlm berproliferasi
Tidak responsive thd antigen ttt.

Infeksi oportunistik umumnya tjd saat jumlah sel-sel T4


kurang dari 200 sel/mm3.
Infeksi o/ HIV dpt juga menyebabkan Leukopenia (penurunan sel-sel
darah putih sampai kurang dari 3500 sel/mm3 dan Trombositopenia yg
menyebabkan ggn dalam proses pembekuan darah (Sorensen).

 Pengrusakan dari T4 terjadi dengan tahap-tahap sebagai berikut :

- HIV menempel pd membran sel target,


- Virus kemudian melepaskan mantelnya, & RNA nya memasuki sel,
- Suatu enzim “reverse transcripatse” dikeluarkan, sehingga RNA
virus bergabung dg DNA sel,
- DNA yg baru terbentuk ini bergerak memasuki nucleus dan DNA
sel,
- Suatu provirus dibentuk saat DNA virus menyatukan dirinya
dengan DNA sel,
- Sel menjadi kebingungan saat provirus ini terbentuk, dimana
materi genetic dari sel tsb
bukanlah murni dari sel tsb melainkan bagian dari virus,
Sel tsb dpt mengalami ggn fungsi,
Sel penjamu lama kelamaan mati dan virus yg baru ini
melanjutkan perjalanannya u/ menginfeksi sel-sel lain.

 Salah satu kemampuan HIV adalah kemampuan u/ mengubah


struktur genetic lapisan pelindung luar HIV sehingga sulit u/
dikenali o/ system kekebalan tubuh manusia, hal ini menjadi
salah satu hal yg mempersulit pembuatan vaksin.

 Dikenal dua jenis HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2, perbedaannya HIV-
2 mempunyai patoge-nesis yg lebih rendah, tidak seganas HIV-1
dan HIV-2 hanya tdp dibeberapa tempat ttt saja seperti di Afrika
Barat (Rustamaji, 1999).
Sifat istimewa dari HIV yg lain adalah merangsang replikasi HIV
sendiri didalam sel-sel pejamu (host cells).

 Tingkat Klinik Infeksi HIV :

 Tingkat Klinik 1 (Asimptomatik / LGP) :


 Tanpa gejala sama sekali ( waktu asimptomatik
bervariasi u/ setiap klien, umumnya rata-rata 7 – 10
tahun).
 Limfodenopati Generalisata Persisten (LGP) :
Pembesaran KGB di beberapa tempat yg menetap.
 Pada tahap ini klien belum mempunyai keluhan & dpt
melakukan aktivitas dg normal.
 Tingkat Klinik 2 (dini) :

 Penurunan BB kurang dari 10 %


 Kelainan mulut & kulit yg ringan, misalnya
dermatiris seboroika, prurigo, infeksi jamur pd
kuku, ulkus pd mulut berulang.
 Herpes zoster yg timbul pd lima tahun terakhir.
 Infeksi saluran napas berulang, misalnya
Sinusitis.

Pada tingkat ini gejala sudah terlihat tetapi klien


masih dpt melakukan aktivitas dg normal.
 Tingkat Klinik 3 (menengah) :

 Penurunan BB > 10%


 Diare kronik > 1 bulan, yg tidak diketahui penyebabnya.
 Panas, hilang timbul maupun terus menerus selama 1 bulan
tanpa diketahui penyebabnya.
 Kandidiasis mulut.
 Bercak putih berambut dimulut (hairy leukoplakia).
 Tuberkulosis paru setahun terakhir.
 Infeksi bakteri yg berat misalnya Penumonia.

Pada tingkat klinik 3 ini, klien biasanya berbaring di tempat tidur


lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan terakhir.
 Tingkat klinik 4 (lanjut) :

 Badan menjadi kurus (HIV wasting syndrome), yaitu BB yg


turun > 10% dan Diare kronik > satu bulan yg tidak
diketahui penyebabnya, kelemahan yg kronik dan panas >
satu bulan tanpa diketahui penyebabnya.
 Pneumonia Pneumositis Karinii
 Toksoplasmosis otak
 Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh, kecuali limpa,
hati atau KGB.
 Infeksi virus herpes simpleks dimukokutan > satu bulan
atau dibagian visceral (dalam).
 Leukoensephalopati multifokal progresif.
 Mikosis (infeksi jamur) apa saja, misalnya histoplasmosis,
kokkidioidomikosis yg ende-mic yg menyerang banyak
organ tubuh (disseminata).
 Kandidiasis oesophagus, trachea, bronchus, atau
paru.
 Mikobakteriosis atipik (mirip bakteri TBC)
disseminata.
 Septikemia Salmonella non Tifoid.
 Tuberkulosis diluar paru.
 Limfoma.
 Encefalopati HIV, yaitu ggn fungsi kognitif atau
disfungsi motorik yg mengganggu aktivitas sehari-
hari, progresif sesudah beberapa minggu atau bulan,
tanpa diketahui penyebabnya, selain HIV.
Infeksi Oportunistik :
 Pneumonia Pneumosistis Karinii (PPK),
 Infeksi ini disebabkan o/ jasad renik yg tergolong
dlm protozoa.
 PPK ditemukan pd sekitar 80% klien AIDS
(Rustamaji, 1999).
 Merupakan penyebab kematian utama pd klien
AIDS.
 Gejala awal PPK umumnya adalah penurunan BB,
keringat malam, pembesaran KGB, rasa lelah,
kehilangan nafsu makan, dan sariawan yg hilang
timbul.
 Infeksi ini ditandai o/ batuk yg tidak produktif /
batuk kering, dispnea, bunyi paru dapat
bersih atau ronkhi kering, pemeriksaan
Rontgen menunjukkan adanya infiltrat atau
normal.

 Pemeriksaan diagnostik yg pasti dilakukan


adalah dengan pemeriksaan secret bronchial
atau jaringan paru.
Citomegalovirus (CMV),

 Infeksi ini sangat umum tjd pd klien dg AIDS.

 Virus ini mrpk famili dari Herpes virus.

 Pada klien AIDS, CMV dapat menyebabkan


Chorioretinitis, Pneumonitis, Esophagitis,
Enchepalitis, Adrenalitis, dan Hepatitis.
 Herpes Simplex Virus

Infeksi ini dpt tjd pada mulut, oesophagus dan area


genital perirektal.

 Toksoplasmosis,

Infeksi ini menyebabkan ggn neurologik, seperti


sakit kepala, kejang, hemipharese, dan encephalitis
local.
CT Scan dan biopsy otak dilakukan u/ menentukan
adanya infeksi ini.
 Kandidiasis,

Infeksi o/ jamur ini sering tjd di mukosa rongga


mulut dan tenggorokan.

 Tuberkulosis Paru,

Gambaran Rontgen pd klien tidak seperti pada


gambaran Tuberkulosis biasa, jarang ditemukan
kavitas dan gangguan pada apeks paru, test kulit
biasanya negatif dan sputum BTA sering klai
negatif.
Cara Penularan, (Rustamaji, 1999)
Penularan HIV terbukti dpt tjd dengan mudah melalui
semen dan darah melalui cara :

 Hubungan seksual :
- Laki-laki ke laki-laki
- Laki-laki ke wanita
- Wanita ke laki-laki

 Parenteral :
- Transfusi darah dan komponen – komponennya
- Jarum suntik yg terkontaminasi
 Perinatal dari ibu ke anak :
- Sewaktu melahirkan
- Air susu
- Transplasenta

 Cairan tubuh lain yg diketahui dpt menularkan HIV


adalah cairan pleura, cairan luka, cairan sendi,
cairan peritoneum dan amnion.

 Cairan-cairan yg mungkin u/ menularkan penyakit


lain ( dan HIV jika bercampur darah) adalah feces,
air liur, muntahan, keringat dan cairan hidung.
Petunjuk Pencegahan Penularan,
 Mencegah tertusuk jarum, pisau :

Jangan menutup kembali jarum suntik, jangan dibengkok –bengkokan,


buang dalam wadah yg tidak tembus jarum.
Pakai sarung tangan yg tebal saat mencuci pisau.

 Mencegah paparan ke luka / mukomembran :

Tutup kulit yg terbuka dg plester yg kedap air


Cuci tangan dg air sabun, segera setelah kena darah
Pakailah sarung tangan jika ada kemungkinan terciprat darah,
 Sprei yg terkena darah klien dimasukan kealam plastik
tertutup dan dicuci dg air detergen hangat,
 Pakailah pelindung mata bila ada kemungkinan
terciprat darah,
 Mouth to mouth dapat diganti dg alat,
 Jangan menyedot pipet dg mulut,
 Siapkan selalu tas resusitasi di ruang rawat.

HIV lebih mudah mati dibandingkan dg virus


hepatitis. Sehingga tindakan standar u/ mematikan
virus hepatitis telah dapat mematikan HIV.
Konseling :
 Orang yg terinfeksi HIV / ODHA
 Saudara kandung, orang tua, teman, pacar ODHA.
 Orang yg meminta pemeriksaan darah karena takut
terinfeksi,
 Orang yg baru saja test HIV yg hasilnya positif
ataupun negatif,
 Aktivis LSM peduli AIDS,
 Dokter, perawat, petugas laboratorium,
Pengobatan :
 Pengobatan khusus :

Pengobatan anti retroviral, obat penghambat Reverse


transcriptase nukleosida :

Zidovudin
Didanosine
Zalcitabine
Stavudine
Lamivudine

Obat penghambat Reverse transcriptase non nukleosida :


Nevirapine
Efavirenz
 Obat penghambat protease :
Indinavir
Saquinavir
Ritonavir
Nelfinavir
 Pengobatan infeksi jamur, TBC
 Pengobatan kanker
 Pengobatan Pendukung :
Nutrisi
Olah raga
Menjaga kebersihan
Dukungan agama
Dukungan psikososial.

Anda mungkin juga menyukai