Kelompok 1
• Iip Miftah Fauzi
• Denny Anthony
• Febriani Eka Putri
• Nurhasanah
• Dinda Puspita Dewi
• Sartika BR Tanggang
Penggunaan obat secara rasional berasal dari akhir abad ke-19 dan erat
kaitannya dengan tiga perkembangan berbeda.
Acebutolol ± + + 1,87
Alprenolol - + + 2,61
Atenolol + - - 0,23
Metoprolol + - ± 2,15
Nadolol - - - 0,71
Oxprenolol - + + 2,18
Pindolol - ++ + 1,75
Practolol + + - 0,79
Propranolol - - + 3,65
Sotalol - - - 0,79
Timolol - - + 2,10
• Tabel 1 menunjukkan koefisien partisi dari serangkaian
agen penghambat adrenoseptor beta antara oktanol dan
air. Relevansi klinis ini terjadi karena beta blocker dengan
tingkat kelarutan lemak yang tinggi, misalnya propanolol
dan oksprenolol, cenderung diserap dengan baik di usus,
untuk menunjukkan efek awal yang tinggi di usus dan hati,
dan memiliki waktu paruh yang relatif singkat. Dan juga
mendapatkan akses mudah ke korteks serebral dan dengan
demikian memiliki kecenderungan untuk menghasilkan
efek samping sentral.
• Di sisi lain obat penghambat adrenoseptor beta yang
kurang larut dalam lemak seperti atenolol dan sotolol tidak
begitu bereaksi, tidak dimetabolisme secara luas di hati,
cenderung dikeluarkan dan tidak berubah melewati ginjal.
Selanjutnya, tidak mendapatkan akses yang mudah ke otak
karena lebih banyak lipid yang dapat terlarut.
• Obat penghambat beta-adrenoseptor dengan
tingkat kelarutan lemak yang tinggi, misalnya
propanolol dan oksprenolol, cenderung diserap
dengan baik di usus, untuk menunjukkan efek awal
yang tinggi di usus dan hati, dan memiliki waktu
paruh yang relatif singkat
• Obat penghambat beta-adrenoseptor yang kurang
larut dalam lemak seperti atenolol dan sotolol tidak
begitu bereaksi, tidak dimetabolisme secara luas di
hati, cenderung dikeluarkan dan tidak berubah
melewati ginjal
• Sejauh mana suatu obat terionisasi
tergantung pada pKa obat dan pH medium
di mana obat tersebut dilarutkan. pKa
didefinisikan sebagai pH di mana 50 persen
obat terionisasi.
HA H+ + A- ( 1)
{H+}+{A−}
• Maka Ka = dimana nilai Ka adalah konstan
{HA}
.nilai pKa adalah log negativ dari nilai Ka. `
Gambar 1. Distribusi obat asam lemah (warfarin) pada plasma dan cairan
lambung. Angka dalam kurung mengacu pada angka konsentrasi warfarin
pada unit
• Derajat ionisasi obat memiliki implikasi penyerapan
obat dari saluran pencernaan
• Di bawah kondisi asam seperti salisilat atau warfarin
dalam bentuk terlarut lipid yang tidak terionisasi.
• obat-obatan dasar seperti klorpromazin dan
antidepresan trisiklik akan terionisasi dan relatif tidak
larut lemak dalam lambung pada hipotesis partisi ph
dan pKa. Namun pada area yang lebih besar dari usus
kecil menentukan bahwa kedua jenis obat akan
cenderung diserap secara maksimal lebih rendah di
saluran gastrointestinal pada lambung.
• Ukuran molekul mungkin adalah yang
paling penting dari tiga sifat fisik obat,
ekskresi bilier sebagian besar ditentukan
dari ukuran molekulnya.
• Pada manusia senyawa dengan berat
molekul lebih dari 400 diekskresikan,
menunjukkan bahwa variasi spesies yang
besar dan berlaku untuk konjugat obat,
juga dapat digunakan untuk terapi.
Pertimbangan Farmakokinetik
• Farmakokinetik adalah proses absorbsi,
distribusi dan eliminasi obat didalam tubuh
dalam satu atau beberapa komparteman yang
saling berhubungan. Obat yang masuk pada
konsentrasi tertentu disebut serangkaian
tingkat konstanta.
• Gambar 2, menunjukkkan 1 komparteman didalam tubuh. V disebut vol distribusi
obat, Kab adalah tinggkat kontanta absorbsi, Kel adalah tingkat constatnta
eliminasi.
• Tahap pertama dalam proses kinetik, tingkat
obat yang masuk dan keluar dari sebuah
komparteman berbanding lurus dengan
konsentrasi didalammnya.
• Pada gambar 3 menjelaskan bahwa konsentrasi
plasma dari warfarin dengan waktu lebih 100 jam
setelah administrasi sebuah single dose 35 mg
• Konsentrasi warfarin adalah logaritmik, dengan
demikian perubahan ekspoensial slope aritmatika
berbentuk garis lurus. Slope dari tingkat kontanta
eliminasi (Kel). Obat didalam plasma adalah
waktu dimana konsentrasi sampai 50 %
Dua Model Komparteman
• Konsentrasi plasma (Cp) berbanding lurus
dengan waktu obat di dalam komparteman.
Pada gambar 3, kemiringan slope warfarin di
dalam plasma kembali ke waktu 0, konsentrasi
pada waktu 0 adalah 4 mcg/ml, eliminasi
plasma warfarin sekitar 50 jam.
• Secara umum untuk mengatur toral area dibawah
konsentrasi plasma dengan waktu didalam kurva
• Konsentrasi obat dengan waktu tidak sama
dengan gambar 3 tetapi menghasilkan 2 garis
linear (gambar 4) yang menunjukan penurunan
ethhynyloestradiol dalam plasma: pada fase
pertama obat menyebar kedalam jaringan tubuh
dan fase ke2 obat adalah obat keluar dari tubuh.
• Gambar 5 menunjukkkan absorbsi dan
elininasi dari setral kompartemen.
Volume Distribusi
• Terlepas dari model yang dipilih, vol distribusi
adalah proportinality konstan obat dalam tubuh
yaitu dalam plasma pada beberapa waktu. Total
obat didalam tubuh setara dengan vol distribusi
dikali konsentrasi plasma.
• Warfarin mempunyai vol distribusi yang sedikit
didalam plasma, berdasarkan afinitas dari
warfarin itu sendiri dengan plasma albumin. Obat
trisiklik anti depresan mempunyai vol distribusi
yang sedang. Konsentrasi di dalam jaringan
plasma tinggi.
Tabel 2 menunjukkan vol distribusi dari beberapa penggunaan obat. Ada terapi
implikasi yang dapat menghilangkan obat didalam tubuh yaitu dengan hemodialisa.
Sebuah obat mempunyai volume distribusi sedikit dalam plasma dan banyak dalam
jaringan. Begitu juga dengan aspirin mempunyai vol distribusi 0,15 l/kg,
nortriptyline mempunyai vol distribusi 20l/kg. Voluem distribusi dapat dihitung
dalam beberapa cara seperti pada warfarin.
Bioavaibility
• Bioavaibilitas dari obat setelah masuk
intravena adalah 100 %.