Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 4

1) Cut mandasari 201651380


2) putu dewi wirayani giri 201451159
3) ni putu sukmadewi 201451234
4) nidya farhana 201451139
5) ni ketut sri utari 201451135
6) i gusti agung ayu wismantari 20145108
 Pada umumnya intensitas dan lama kerja obat
sebanding dengan konsentrasi obat pada
tempatnya bekerja dan jangka waktunya menetap
disana.
 Setiap faktor yg secara efektif mengubah
konsentrasi obat akan menghasilkan perubahan
respon farmakologis terhadap obat.
 Proses metabolisme obat menghasilkan
biotransformasi dari obat ke metabolit yang
secara kimiawi berbeda dengan obat induk.
 Setiap obat mempunyai afinitas berbeda terhadap
reseptor obat.
 Deaktivitas farmakologis
 Aktivitas farmakologis
 Perubahan jenis respon farmakologis
 Tidak berubahnya keaktifan farmakologis
 Perubahan dalam pengambilan obat
(absorpsi)
 Perubahan dalam distribusi obat
 Sikulasi enterohepatik
 Beberapa enzim dikenal berperan
dalam deaktivasi atau detoksifikasi
obat.
 Enzim konjugasi fase kedua
mempunyai peranan penting dalam
inaktivasi farmakologis dari obat dan
inaktivasi metabolit fase pertama.
 Berlawanan dengan deaktivasi,ada pula jenis obat yg
membutuhkan aktivasi metabolik sebelum
menunjukkan aksi farmakologisnya.
 Proses aktivasi metabolisme ini dihubungkan dengan
enzim fase pertama.
 Banyak diantara obat induk yang secara esensial tidak
memiliki aksi farmakologis hal inilah yang menuntun
pada perkembangan yang disebut pro drug.
 Proses metabolisme obat dapat
mengakibatkan perubahan dalam
farmakologi senyawa induk.
 Contohnya adalah iproniazid yang
sebelumnya digunakan sebagai anti –
depresan,kemudian ditarik dari pasaran
karena mengakibatkan keracunan liver.
 Beberapa obat dimetabolisme
menjadi senyawa yang mempunyai
keaktifan farmakologis yang sama
atau hampir sama.
 Perubahan ini terjadi secara metabolik
dapat dilihat setelah pemberian per
oral dan ditemukan adanya enzim-
enzim ditempat kerjanya,misalnya di
saluran gastroitestinal.
 Distribusi obat ke berbagai jaringan tubuh dan
tempat bekerjanya obat tergantung pada
beberapa faktor termasuk kelarutan dalam
lemak.
 Obat yang lipofilik akan dilokalkan dalam
konsentrasi tinggi dalam jaringan dengan
kandungan lemak yang tinggi seperti jaringan
adiposa dan otak.
 Dalam banyak hal metabolisme dapat
menyebabkan obat jadi kurang larut dalam
lemak dan mengubah distribusi obat dari
jaringan padat lemak ke jaringan padat air
seperti darah dan ginjal.
 Jalan yang ditempuh ekresi obat banyak
dipengaruhi bobot molekulnya. Obat yag
memiliki bobot molekul kurang dari 300 banyak
diekskresi dalam urine, sedangkan obat dengan
bobot molekul yang besar biasanya dieksreksi
dalam empedu selanjutnya ke usus

Pemberian obat oral

β - glukuronidase
Diabsorpsi di Obat Usus
usus

glukuronil Empedu
Darah Hati Obat glukuronida
transferase
 Dari sifat farmakologis obat dan
metabolitnya dapat menyebabkan
penurunan atau kenaikan toksisitas
senyawa induk.
 Enzim-enzim yang berperan dalam
toksifikasi metabolik kebanyakan adalah
enzim-enzim fase pertama.
 Meskipun ada pula yang membutuhkan
partisipasi reaksi fase kedua.
 KARSINOGENESIS
 TERATOGENESIS
 TOKSISITAS PARU-PARU
 TOKSISITAS LIVER
 TOKSISITAS GINJAL
 Hidrokarbon polisiklik aromatik merupakn
kumpulan bahan kimia lingkungan yang ada
dimana-mana dan dilaporkan menyebabkan
kanker pada banyak spesies mamalia.
 Senyawa ini relatif tidak berbahaya dan inert
secara kimiawi,tetapi metabolitnya secara
biologis aktif dan karsinogen kuat.
 Beberapa obat bahan kimia dapat
berinterferensi dengan proses
perkembangan embrio dan jika diberikan
pada tahap kritis erganogenesis dapat
mengakibatkan malformasi pada embrio.
 Dalam hal ini metabolisme adalah prasyarat
untuk mengekspresikan teratogenitas
siklofosfamida.
 Dalam hal ini penting untuk ditekankan
pentingnya metabolisme dalam
menghasilkan metabolit toksik.
 Serta kehadiran enzim fase pertama dan
fase kedua menentukan toksisitas organ
yang selektif dari obat dan bahan kimia.
 Banyak diantara obat dan bahan kimia yang
beracun terhadap hati dan mengakibatkan
nekrosis hepatik.
 Contoh hepatoksin adalah parasetamol
yang dalam dosis tinggi memicu nekrosis
hepatik. Aktivitas metabolik dibutuhkan
parasetamol untuk menunjukan
toksisitasnya..
 Banyak obat menunjukan toksisitas selektif
terhadap ginjal,seperti sulfonamida. Efek
beracun dari sulfonamida adalah
kristalluria,yaitu pengendapan metabolit
sulfonamida terasetilasi yang kurang larut
dalam saluran tubular urine,terutama urine
yang bersifat asam.

 Ginjal juga memiliki sejumlah enzim sistem


oksidase dan prostaglandin endoperoksida
sintetase yang penting. Dua sistem enzim
ini yang dapat mengaktifkan metabolit obat
dan bahan kimia yang tidak berbahaya
menjadi metabolit beracun.
 Bahwa proses metabolisme obat merupakan
jalur detoksifikasi yang sekarang harus
diperbaharui.
 Meskipun banyak contoh yang menunjukkan
hasil metabolisme dalam menurunkan respon
farmakologis dan toksikologis, harus
ditekankan bahwa reaksi pengaktifan juga
telah banyak diuji.
Calabrese, E. J. (1981) Nutrition and
environmental health. The influence of
nutritional status in pollutant toxicity and
carcinogenicity, Vols. I dan II, Wiley, London.

Parke, D. V. dan smith , L.V. (editor) (1971)


drug metabolism from microbe to man,
Taylor dan Francis, London

Anda mungkin juga menyukai