Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN CAIRAN PADA

TONSILEKTOMI

Nama : Sy. Rugaiyah Alkaff

NIM : 09 777 037

Pembimbing : dr. Salsiah, Sp.An


PENDAHULUAN

 Pemahaman tentang keseimbangan cairan dan elektrolit


sangat penting dalam menangani penderita yang akan,
sedang atau selesai menjalani pembedahan.

 Tujuan umum pemberian cairan dan elektrolit adalah


mengganti atau mempertahankan volume cairan
intravaskular, interstisiel dan intraseluler;
mempertahankan keseimbangan air, elektrolit, dan
komponen darah; atau mempertahankan kadar protein
darah.
LAPORAN KASUS

IDENTITAS

 Nama : Nn. IF

 Umur : 17 Tahun

 Jenis Kelamin : Perempuan

 BB : 50 kg

 Agama : Islam

 Alamat : Jl. Ketimun No.9


ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Sering nyeri menelan.

 Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSU

Anutapura dengan keluhan sering nyeri menelan. Hal

ini dialami sudah cukup lama namun nyeri menelan

sering timbul dalam 1 bulan terakhir. Pasien juga sering

demam dan merasa tenggorokannya berlendir. Tidak

ada sakit perut, tetapi pasien ada muntah beberapa kali.

BAK lancar, BAB biasa.


 Riwayat penyakit dahulu : Pasien memiliki
riwayat batuk pilek yang cukup lama dan hilang
timbul sejak 1 bulan terakhir. Pasien telah
berobat ke dokter 1 minggu yang lalu, dan
setelah diperiksa pasien diberitahukan bahwa
amandelnya membesar dan disarankan untuk
dilakukan operasi pengangkatan amandel.
Riwayat penyakit jatung (-), asma (-), penyakit
hati (-).
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis

 Keadaan Umum : Sakit sedang

 Kesadaran : Composmentis, GCS: E4V5M6

Vital Sign

 TD : 110/70 mmHg

 Nadi : 78 x/menit

 RR : 20 x/menit

 Suhu : 36,5 ºC
2. Pemeriksaan Kepala

 Mata: Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,

 refleks cahaya +/+, pupil isokor ± 2 mm

 Telinga : Discharge (-)

 Hidung : Discharge (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)

3. Pemeriksaan Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (+),


pembesaran tonsil (+), hiperemis dan dengan ukuran T4-T3.

4. Pemeriksaan leher : simetris, tidak ada deviasi trakea, dan


tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

 Tiroid : Tidak ada kelainan


5. Pemeriksaan Dada
Dinding dada/paru :
 Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi IC (-)
 Palpasi : Vokal Fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor kiri dan kanan
 Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : S1 dan S2 murni, regular
6. Abdomen :

 Inspeksi : Bentuk Datar

 Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

 Perkusi : Timpani

 Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)

Hati : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

7. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada, turgor


melambat.

8. Genitalia : tidak tampak kelainan.


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,2 L: 14-18, P: 12-16 g/dl
Leukosit 14,6 4.000-12.000 /mm3
Eritrosit 5.0 L: 4.5-6.5 P: 3.9-5.6 Juta/ul
Hematokrit 41,1 L: 40-46 P: 35-47 %
Trombosit 383.000 150.000-450.000 /mm3
Waktu
3 1-4 menit m.det
perdarahan/CT
Waktu
8 4-12 menit m.det
perdarahan/BT
DIAGNOSIS

 Tonsilitis Kronis

PENATALAKSANAAN

 IVFD Ringer Laktat

 Drips Adona 1 ampul dalam 500 cc RL

 Inj. Ranitidin 1A/12J/IV

 Inj. Ceftriaxone 1A/12J/IV

 Konsul ke bagian anestesi

 Informed consent pembiusan


LAPORAN ANESTESI PASIEN
 Diagnosis pra-bedah : Tonsilitis kronis
 Diagnosis post-bedah : Post tonsilektomi
 Jenis pembedahan : Tonsilektomi
 Persiapan anestesi : Informed consent,
Puasa ± 8 jam sebelum operasi
 Jenis anestesi : General Anestesi
 Teknik anestesi : Intubasi dengan ETT
no. 6,5
 Premedikasi anestesi : Petidine 50 mg,
Sedacum 3 mg, Ondansentron 4 mg
 Medikasi : Propofol 100 mg, Atracurium 20 mg, Ketorolac 30 mg

 Pemeliharaan anestesi : O2 5 L/menit, Sevoflurane

 Respirasi : Spontan

 Status Fisik : ASA II

 Induksi mulai : 09.40 WITA

 Operasi mulai : 09. 50 WITA

 Lama operasi : 45 menit

 Lama puasa : 8 jam

 Input durante operasi (RL) : 1000 cc


TABEL. TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI
NADI SELAMA OPERASI

Pukul (WITA) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (kali/menit)


09.40 158/108 110
09.45 150/100 106
09.50 148/106 102
09.55 130/94 100
10.00 138/100 96
10.05 120/74 82
10.10 130/76 100
10.15 118/70 80
10.20 110/60 84
10.25 98/60 92
10.30 102/64 86
PENATALAKSANAAN PASCA
PEMBEDAHAN

 Perawatan bangsal

 Masuk Tanggal : 18 April 2015

 Jam : 11.30 WITA

 Airway : clear

 Breathing : Spontan, vesikuler

 Circulation : S1/S2 reguler murmur -/-, gallop -/-

 Disability : GCS: E4V5M6


Instruksi post operasi : observasi selama 24 jam

 Monitoring kesadaran, tanda vital, dan keseimbangan


cairan

 Ukur TD dan N setiap 15 menit selama 1 jam. Bila TDS


< 90 mmHg beri efedrin dengan dosis bertahap mulai
dari 5 mg sehingga menimbulkan efek.

 Berikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2 reseptor


bloker dan analgetik.

 Bila tidak ada mual dan muntah serta peristaltik (+)


boleh minum sedikit-sedikit.

Prognosis: Dubia ad bonam


PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan operasi pada pasien ini


telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, sehingga pasien
digolongkan sebagai ASA II karena pada ini
dijumpai adanya leukositosis (14,6), tetapi pasien
tidak memiliki penyakit lain selain penyakit yang
akan dioperasi dan tidak ada keterbatasan
fungsional.
 Pada kasus ini jenis anestesi yang dipilih adalah
general anestesi (intubasi dengan ETT)

 Premedikasi : Petidine 50 mg, Sedacum 3 mg,


Ondansentron 4 mg

 Medikasi :
 Propofol 100 mg

 Atracurium 20 mg

 Ketorolac 30 mg
TERAPI CAIRAN
 Penatalaksanaan Pra-Bedah:
Pasien diresusitasi dengan cairan 2000 cc
didapatkan dari perhitungan :

•Pemberian cairan dehidrasi diberikan dalam 2 waktu:


8 jam pertama : Rehidrasi (1000) + Maintenance (90)
= 1090 cc
16 jam berikutnya : 1090 cc
DURANTE OPERATIF

Berikut merupakan Jadi kebutuhan cairan pada


perhitungan pada jam I:
saat operasi:  M + SO + 50% (PP)
 Maintenance : 90 cc  90 + 300 + 50% (720) = 750

 Pengganti Puasa: cc
lama jam puasa (8 Kebutuhan cairan pada jam II:
jam) x Maintenance  M + SO + 25% (PP)
(90cc) = 720cc  90 + 300 + 25% (720) = 570 cc
 Stress operasi: Kebutuhan cairan pada jam III:
Jenis operasi  M + 25% (PP)
sedang/kgBB: 6% x  90 + 25% (720) = 270 cc
50 kg = 300 cc
Operasi berlangsung selama 45 menit, cairan
yang masuk pada saat operasi sebanyak 1000 cc,
sehingga sisa kebutuhan cairan yang harus diberikan
pada jam II ditambahkan pada jam III, dan karena
hal tersebut, pemberian cairan operasi tidak
diberikan lagi. Sehingga jumlah cairan yang tersisa
pada jam II adalah 320 cc, kemudian ditambahkan
dengan jumlah cairan jam III sebanyak 270 cc,
hasilnya ialah sebanyak 590 cc.
Kemudian setelah dilakukan operasi didapatkan

jumlah perdarahan yaitu 300 cc. Menurut perhitungan,

perdarahan yang lebih dari 20% EBV harus dilakukan

tindakan transfusi darah. Pada pasien ini, perkiraan

perdahan adalah 300 cc, maka EBV-nya adalah:

 EBV perempuan dewasa: 70 cc/kgBB = 70 x 50 = 3500 cc

Sehingga didapatkan jumlah perdarahan (%EBV) :

% EBV = 300/3500 x 100% = 8 %


Dari perhitungan diatas didapatkan nilai
EBV adalah 3500 cc, jumlah perdarahan (%EBV)
adalah 8% yang < 20% EBV maka tidak
diperlukan transfusi darah. Dengan pemberian
cairan rumatan kristaloid sudah cukup untuk
menangani perdarahan.
PASCA BEDAH

o Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis


dalam keadaan basal sekitar ± 50 ml/kgBB/24 jam,
sehingga kebutuhan air untuk pasien ini adalah:
50cc/kgBB/24jam = 2500 cc/24 jam

o Sehingga, kebutuhan cairan untuk ±24 jam kedepan


ialah kebutuhan cairan pasca operasi + sisa cairan
rehidrasi + sisa cairan perioperatif, jadi didapatkan:

2500 cc + 1180 cc + 590 cc = 4270 cc atau 177 cc/jam


 Untuk mengetahui jumlah tetesan yang diperlukan
jika menggunakan infus 1 cc = 20 tetes adalah 177/60
x 20 tetes = 60 tetes/menit.
 Pada pasien ini diberikan larutan Ringer Laktat.
Kebanyakan jenis kehilangan cairan perioperative
adalah isotonik, maka yang biasa digunakan adalah
replacement type solution, tersering adalah Ringer
Laktat. Ringer Laktat mempunyai komposisi yang
mirip dengan cairan ekstraselular dan paling sering
dipakai sebagai larutan fisiologis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai