Anestesi Umum Laryngeal Mask Airway (LMA) Willy Maun 2013-83-038
Pembimbing: dr. Ony W. Angkejaya, Sp. An
ILMU ANESTESI & REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA 2019 PERSIAPAN PRA-ANESTESI Identifikasi Pasien • No. Catatan Medik : 11-72-40 • Nama : Nn. FT • Usia : 18 tahun • Jenis Kelamin : Perempuan • Status : Belum menikah • Suku : Maluku • Alamat : Benteng • Pekerjaan : Mahasiswi • Pendidikan Terakhir : SMA • Tanggal Masuk RS : 24 Maret 2019 Anamnesis • KU: benjolan pada payudara kanan • Pasien perempuan usia 18 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan di payudara kanan sejak ± 4 hari yang lalu. Keluhan diawali dengan adanya nyeri di payudara sebelah kanan terutama saat menjelang haid dan saat dilakukan penekanan pada benjolan. Pasien merasa benjolaan semakin lama semakin membesar sehingga ia memutuskan untuk memeriksakannya ke RSUD dr. M. Haulussy, Ambon, Poliklinik Bedah. Ukuran awal diakui pasien hanya sebesar kacang hijau namun sekarang sudah sebesar kira-kira seukuran kelereng, tidak disertai bengkak di sekitar benjolan. Empat minggu terakhir demam disangkal, batuk disangkal, pilek disangkal. Pemeriksaan Fisik (Pre-operatif) • B1: RR: 18x/menit, SpO2:100%, Rhonki -/-, wheezing -/- • B2: TD 120/80 mmHg, N 78x/menit, BJ I/II regular, murmur -, gallop – • B3: GCS E4V5M6, pupil isokor, suhu 36,60C • B4: miksi spontan • B5: supel, bising usus (+) normal • B6: deformitas (-), edema (-) Post-operatif • B1: RR: 22x/menit, SpO2:99%, Rhonki -/-, wheezing -/- • B2: TD 129/90 mmHg, N 112x/menit, BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-) • B3: GCS E4V5M6, pupil isokor, suhu 36,60C • B4: miksi spontan • B5: supel, bising usus (+) normal • B6: deformitas (-), edema (-) Cont’d… Anatomi traktus respiratorius Inervasi laringeal Jenis LMA: LMA dapat dibagi menjadi 4: 1. Classic LMA 2. Fastrach LMA 3. Proseal LMA 4. Flexible LMA Cont’d.. Teknik Anestesi LMA Indikasi: • Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ETT untuk airway management. LMA bukanlah suatu penggantian ETT, ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi. • Pada penatalaksanaan difficult airway yang diketahui atau yang tidak diperkirakan. • Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang tidak sadarkan diri. Cont’d… Kontraindikasi: • Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung (penggunaan pada keadaan gawat darurat adalah pengecualian). • Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem pernafasan, karena seal yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan mengalami kebocoran pada tekanan inspirasi tinggi dan akan terjadi pengembangan lambung. Tekanan inspirasi puncak harus dijaga kurang dari 20 cmH2O untuk meminimalisir kebocoron cuff dan pengembangan lambung. • Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik jangka waktu lama. • Pasien-pasien dengan refleks jalan nafas atas yang intak karena insersi dapat memicu terjadinya laringospasme. Mandibula Propofol Dipasang relaksasi & Kedalaman induksi perekat agar tidak berespon Cuff dideflasi anestesi insersi LMA ke LMA tidak dengan jaw supraglottis bergeser thrust Test untuk pastikan LMA tepat posisi: • ”End point” yang jelas dirasakan selama insersi. • Posisi cLMA menjadi naik keluar sedikit dari mulut saat cuff di inflasi. • Leher bagian depan tampak menggelembung sedikit selama cuff di inflasi. • Garis hitam di belakang cLMA tetap digaris tengah. • Cuff cLMA tidak tampak dimulut. Tekanan Inflasi >> N20
• Isofluran: cairan tidak berwarna, bau tidak enak, tidak menyebabkan
perubahan aliran darah ke otak • Sevofluran: tidak berbau, sedikit menyebabkan iritasi jalan nafas. Sifat mudah larut waktu induksi lebih pendek dan pulih-sadar segera DAFTAR PUSTAKA • Baldini G, Butterworth JF, Carli F, et al. Spinal, Epidural, and Caudal Block. Dalam :Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, editor. Clinical Anesthesiology 5th Edition. United States of America : Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal. 937-74. • Barash, Paul G., Bruce F. Cullen, Robert K. Stoelting, Mikhael K.Cahalanand, dan M. Christine Stock. Clinical Anestesia Sixth Edition.Wolters Kluwer: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. • Finucane, T. Brendan. Complications of Regional Anesthesia Second Edition. New York : Springer Science. 2007. Hal. 149. • Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Buku Petunjuk Praktis Anestesiologi Jilid II. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. Hal 112-16 • Syarif A, Sunaryo. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. Hal 206 & 271. • Hadzic A. Textbook of Regional Anesthesia and Acute Pain Management. United States of America : Mc Graw Hill. 2007. Hal. 245 • Anonim. (2008). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 8. Jakarta: PT. Info Master. • Sukmono RB. Anestesia Regional. Dalam : Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta : Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. 2012. Hal 451-67.