Revisi - Kegiatan Belajar 4
Revisi - Kegiatan Belajar 4
• Orientasi Pelaku
Orientasi ini mengemukakan bahwa sumber motivasi
terletak pada diri individu yang bersangkutan. Jadi, motivasi
merupakan bentuk kecenderungan pribadi atau “trait”
seseorang.
• Orientasi Situasional/ Lingkungan
Pandangan ini mengemukakan bahwa kecenderungan pribadi
saja tidak cukup memotivasi individu. Sebaliknya lingkunganlah
yang memberikan peluang serta memupuk motivasi individu. Jika
lingkungan tidak cukup menunjang, betapapun besarnya intensitas
motivasi individu, ia tidak akan termotivasi untuk melakukan
tindakannya.
• Orientasi Interaksional
Pandangan interaksional berpendapat bahwa motivasi
terbentuk karena adanya kombinasi faktor pelaku (participant)
dan faktor lingkungan (situational).
Teori motif dan motivasi
Klasifikasi yang paling populer membagi motivasi menjadi dua bentuk yaitu:
Motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri) merupakan dorongan
atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang, semakin kuat
motivasi intrinsik yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan ia
memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan (Gunarsa, 2004).
Motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar) merupakan segala sesuatu
yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran, anjuran atau
dorongan dari orang lain (Gunarsa, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
David Krech dan E.L. Ballachey (1962) menyatakan bahwa motivasi
dipengaruhi oleh: pengalaman akan pemenuhan kebutuhan, perasaan
dan pikiran dalam diri individu dan lingkungannya.
Perasaan dan pikiran individu dapat melibatkan persepsi individu
tentang dirinya. Persepsi siswa terhadap dirinya merupakan faktor
penting dalam motivasi belajar siswa. Schunk, Pintrich, dan Meece
(2008) mengungkapkan pentingnya persepsi diri dalam berprestasi.
Siswa yang memiliki persepsi diri positif terkait kemampuannya dalam
belajar cenderung berkinerja lebih baik, belajar lebih banyak, dan
melibatkan diri dalam tugas akademik secara lebih adaptif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Kondisi dan faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pendidikan
jasmani dan olahraga adalah:
Sehat fisik dan mental.
Lingkungan yang sehat dan menyenangkan.
Fasilitas lapangan dan alat yang baik untuk latihan.
Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
Menggunakan audio-visual.
Metode mengajar.
Menumbuhkan dan menanamkam motivasi kepada siswa/ atlet perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
Diri individu atau atlet yang meliputi unsur-unsur kemampuan fisik,
kebiasaan, sikap, dan sistem nilai yang dianut, pengalaman sukses dan gagal,
latar belakang sosial-budaya, tingkat kedewasaan yang harus diperhitungkan
oleh guru/pelatih. Keadaan awal individu seharusnya menjadi dasar dalam
usaha menanamkan dan mengarahkan motivasi.
Lingkungan belajar, latihan, pertandingan, hendaknya dapat menimbulkan
rangsangan-rangsangan terhadap persepsi siswa/ atlet, harapan dan cita-cita
dalam belajar, latihan dan pertandingan, serta rasa puas terhadap aktivitas
olahraga yang ditekuninya.
Ketika belajar, latihan atau dalam pertandingan perlu diciptakan suasana
yang memungkinkan siswa/atlet menyesuaikan diri dengan ketentuan-
ketentuan belajar, latihan, penerimaan petunjuk pelatih, serta metode latihan
latihan yang menimbulkan gairah.
Teknik-teknik meningkatkan motivasi
Teknik untuk meningkatkan motivasi beberapa dikenal sebagai, (1) teknik
verbal, (2) tingkah laku, (3) insentif, (4) supertisi, (5) citra mental.
Teknik verbal dapat dilakukan dengan cara:
pembicaraan pembangkit semangat,
pendekatan individu,
diskusi.
Teknik tingkah laku (behavioral). Keberhasilan siswa/ atlet dalam belajar/
latihan atau pertandingan menuntut sikap tertentu, seperti jujur, sportif,
tekun, kreatif, dinamis, dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas dan
latihan.
Teknik insentif. Teknik ini adalah dengan pemberian
hadiah berupa materi atau lainnya.
Supertisi. supertisi adalah kepercayaan akan sesuatu
yang secara logis atau ilmiah kurang diterima, namun
dianggap membawa keberuntungan dalam
berkompetisi
Citra mental. Citra mental dimaksudkan melatih siswa/
atlet membuat gerakan-gerakan yang benar melalui
imajinasi.
Stress, Arousal dan Kecemasan
Pengukuran fisik
Sejumlah pakar mencoba menemukan teknik pengukuran kecemasan
melalui gejala-gejala fisik tertentu seperti tekanan darah, denyut
nadi, dan sebagainya.
Pengukuran Perilaku
Pengukuran kecemasan melalui perilaku memiliki kelemahan antara lain:) tiap
siswa/ atlet memiliki ciri perilaku khusus yang terkait dengan kecemasan,
b) tiap guru/ pelatih memiliki persepsi individual akan perilaku kecemasan,
c) sekalipun dasar pertimbangan pengukuran adalah perubahan pola
komunikasi dan perilaku, setiap guru/ pelatih memiliki standar pribadi akan
perubahan tersebut yang dapat digolongkan sebagai indikator cemas.
Pengukuran Psikologis
Pengukuran psikologis biasanya dilakukan melalui evaluasi psikologis yang
berisi sejumlah butir kuesioner yang harus dijawab oleh siswa/ atlet.
Hasil skor kuesioner tersebut diharapkan dapat menggambarkan derajat
kecemasan siswa/ atlet.
e) Sumber Kecemasan
Sumber kecemasan dapat dibedakan atas dua macam yaitu: (1) Sumber kecemasan dari dalam
diri, (2) sumber kecemasan dari luar diri.