Anda di halaman 1dari 29

Kegiatan Belajar 4

Motivasi, Arousal , Stres, dan


Kecemasan Dalam Pendidikan
Jasmani dan Olahraga
A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
• Menguasai aspek Psikologi Olahraga

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


• Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis Motivasi dalam
hubungan dengan aktivitas penjas dan olahraga.
• Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis Gugahan, Stres,
dan Kecemasan dalam hubungan dengan aktivitas penjas dan
olahraga.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata bahasa Latin “movere” yang artinya
bergerak. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu kekuatan atau
tenaga pendorong untuk melakukan sesuatu hal atau menampilkan
sesuatu perilaku tertentu (Gunarsa, 2004).
Pada proses pendidikan jasmani dan pembinaan olahraga ada beberapa
bentuk motivasi yang harus dibedakan (Satiadarma, 2000).

1. motivasi secara umum, artinya motivasi seseorang untuk melibatkan


diri di dalam suatu aktivitas tertentu dalam upaya memperoleh hasil
atau mencapai sasaran tertentu.
2. Motivasi untuk berprestasi (achievement motivation) yaitu orientasi
seseorang untuk tetap berusaha memperoleh hasil terbaik semaksimal
mungkin dengan dasar kemampuan untuk tetap bertahan
sekalipun gagal, dan tetap berupaya menyelesaikan tugas sebaik-
baiknya karena ia merasa bangga untuk mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Sumber motivasi:

Satiadarma (2000) mengemukakan adanya beberapa sumber


motivasi, yaitu:

• Orientasi Pelaku
Orientasi ini mengemukakan bahwa sumber motivasi
terletak pada diri individu yang bersangkutan. Jadi, motivasi
merupakan bentuk kecenderungan pribadi atau “trait”
seseorang.
• Orientasi Situasional/ Lingkungan
Pandangan ini mengemukakan bahwa kecenderungan pribadi
saja tidak cukup memotivasi individu. Sebaliknya lingkunganlah
yang memberikan peluang serta memupuk motivasi individu. Jika
lingkungan tidak cukup menunjang, betapapun besarnya intensitas
motivasi individu, ia tidak akan termotivasi untuk melakukan
tindakannya.

• Orientasi Interaksional
Pandangan interaksional berpendapat bahwa motivasi
terbentuk karena adanya kombinasi faktor pelaku (participant)
dan faktor lingkungan (situational).
Teori motif dan motivasi

“Motif adalah suatu rangsangan atau suatu dorongan yang


terdapat dalam diri manusia yang secara aktif mendorong
manusia untuk berbuat sesuatu dengan tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (Satiadarma, 2000)
Abraham Maslow menyusun tingkat kebutuhan manusia
didasarkan atas prinsip bahwa:

Kebutuhan manusia diorganisasikan dalam kebutuhan yang


bertingkat-tingkat.
Segera setelah salah satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain
akan muncul dan berkuasa.
Setelah terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak mempunyai
pengaruh dominan; akibatnya, kebutuhan lain mulai meningkat
dan mendominasi.
Maslow membagi kebutuhan manusia pada lima tingkat:
• Kebutuhan mempertahankan hidup (Psychological Needs).
• Kebutuhan rasa aman (Safety Needs)
• Kebutuhan Sosial (Social Needs)
• Kebutuhan akan penghargaan/harga diri (Esteem Needs)
• Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)
Klasifikasi motivasi

Klasifikasi yang paling populer membagi motivasi menjadi dua bentuk yaitu:
Motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri) merupakan dorongan
atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang, semakin kuat
motivasi intrinsik yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan ia
memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan (Gunarsa, 2004).

Motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar) merupakan segala sesuatu
yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran, anjuran atau
dorongan dari orang lain (Gunarsa, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
David Krech dan E.L. Ballachey (1962) menyatakan bahwa motivasi
dipengaruhi oleh: pengalaman akan pemenuhan kebutuhan, perasaan
dan pikiran dalam diri individu dan lingkungannya.
Perasaan dan pikiran individu dapat melibatkan persepsi individu
tentang dirinya. Persepsi siswa terhadap dirinya merupakan faktor
penting dalam motivasi belajar siswa. Schunk, Pintrich, dan Meece
(2008) mengungkapkan pentingnya persepsi diri dalam berprestasi.
Siswa yang memiliki persepsi diri positif terkait kemampuannya dalam
belajar cenderung berkinerja lebih baik, belajar lebih banyak, dan
melibatkan diri dalam tugas akademik secara lebih adaptif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Kondisi dan faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pendidikan
jasmani dan olahraga adalah:
 Sehat fisik dan mental.
 Lingkungan yang sehat dan menyenangkan.
 Fasilitas lapangan dan alat yang baik untuk latihan.
 Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
 Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
 Menggunakan audio-visual.
 Metode mengajar.
Menumbuhkan dan menanamkam motivasi kepada siswa/ atlet perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
 Diri individu atau atlet yang meliputi unsur-unsur kemampuan fisik,
kebiasaan, sikap, dan sistem nilai yang dianut, pengalaman sukses dan gagal,
latar belakang sosial-budaya, tingkat kedewasaan yang harus diperhitungkan
oleh guru/pelatih. Keadaan awal individu seharusnya menjadi dasar dalam
usaha menanamkan dan mengarahkan motivasi.
 Lingkungan belajar, latihan, pertandingan, hendaknya dapat menimbulkan
rangsangan-rangsangan terhadap persepsi siswa/ atlet, harapan dan cita-cita
dalam belajar, latihan dan pertandingan, serta rasa puas terhadap aktivitas
olahraga yang ditekuninya.
 Ketika belajar, latihan atau dalam pertandingan perlu diciptakan suasana
yang memungkinkan siswa/atlet menyesuaikan diri dengan ketentuan-
ketentuan belajar, latihan, penerimaan petunjuk pelatih, serta metode latihan
latihan yang menimbulkan gairah.
Teknik-teknik meningkatkan motivasi
Teknik untuk meningkatkan motivasi beberapa dikenal sebagai, (1) teknik
verbal, (2) tingkah laku, (3) insentif, (4) supertisi, (5) citra mental.
 Teknik verbal dapat dilakukan dengan cara:
 pembicaraan pembangkit semangat,
 pendekatan individu,
 diskusi.
 Teknik tingkah laku (behavioral). Keberhasilan siswa/ atlet dalam belajar/
latihan atau pertandingan menuntut sikap tertentu, seperti jujur, sportif,
tekun, kreatif, dinamis, dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas dan
latihan.
Teknik insentif. Teknik ini adalah dengan pemberian
hadiah berupa materi atau lainnya.
Supertisi. supertisi adalah kepercayaan akan sesuatu
yang secara logis atau ilmiah kurang diterima, namun
dianggap membawa keberuntungan dalam
berkompetisi
Citra mental. Citra mental dimaksudkan melatih siswa/
atlet membuat gerakan-gerakan yang benar melalui
imajinasi.
Stress, Arousal dan Kecemasan

Satiadarma dalam bukunya Dasar-Dasar Psikologi Olahraga (2000)


menyebutkan di dalam dunia olahraga, stres (stress), arousal (gugahan,) dan
kecemasan (anxiety), merupakan aspek yang memiliki kaitan yang sangat erat
satu sama lain sehingga sulit untuk dipisahkan.
Arousal

Satiadarma mengistilahkan arousal dengan gugahan, yaitu


suatu dorongan atau kesiapan fisiologis dan psikologis
seorang atlet yang dibutuhkan dalam kinerja olahraga.
Teory Dorongan (drive theory)
Teori ini mengemukakan bahwa penampilan adalah hasil
multiplikasi dorongan dan reaksi motorik.

Teori U-terbalik (inverted U-hypothesis)


Teori ini mengajukan pandangan tentang hubungan berbentuk U-
terbalik antara gugahan dan penampilan atau kinerja yang
ditampilkan. Jadi, dampak gugahan terhadap penampilan
didasarkan oleh derajat optimasi keterampilan tertentu.
Stress

Stres merupakan kondisi umum yang dihadapi seseorang dalam menghadapi


berbagai tantangan hidup. Siswa/ atlet pada umumnya mengalami stres
sampai pada taraf tertentu. Tuntutan dan tekanan untuk mengikuti
kebiatan belajar/ jadwal latihan yang ketat serta kalender acara
pertandingan yang sudah baku dapat menimbulkan stres.

Karenanya, adalah penting untuk mengenali sejumlah gejala stres , karena


stres dalam derajat tertentu akan dapat menimbulkan kecemasan.
Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang
dipersepsi mengancam. Kecemasan merupakan keadaan
emosi negatif yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir,
was-was, dan disertai dengan peningkatan gugahan sistem
ketubuhan (Satiadarma, 2000).
Kecemasan dapat dibedakan ke dalam dua jenis.
1) Kecemasan bawaan (trait anxiety) merupakan faktor kepribadian
yang mempengaruhi seseorang untuk mempersepsi suatu keadaan
sebagai situasi yang mengandung ancaman, atau situasi yang
mengancam.
2) Kecemasan sesaat berfluktuasi, berubah-ubah dari suatu waktu ke
waktu yang lainnya, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
Situasi yang terjadi saat kini. Kecemasan sesaat ini dipicu oleh
situasi tertentu yang dihadapi seseorang.
Kecemasan sesaat terbagi lagi ke dalam dua dimensi yaitu:
a) kecemasan somatis (somatic anxiety), dan
b) kecemasan kognitif (cognitive anxiety).
d) Pengukuran tingkat kecemasan individu dalam dunia
olahraga
Pengukuran tingkat kecemasan atlet dalam olahraga secara umum
terdiri atas 3 (tiga) bentuk yaitu pengukuran fisik (psysiological
techique), pengukuran perilaku (behavioral techique) dan
pengukuran psikologis (psychological techique).

Pengukuran fisik
Sejumlah pakar mencoba menemukan teknik pengukuran kecemasan
melalui gejala-gejala fisik tertentu seperti tekanan darah, denyut
nadi, dan sebagainya.
 Pengukuran Perilaku
Pengukuran kecemasan melalui perilaku memiliki kelemahan antara lain:) tiap
siswa/ atlet memiliki ciri perilaku khusus yang terkait dengan kecemasan,
b) tiap guru/ pelatih memiliki persepsi individual akan perilaku kecemasan,
c) sekalipun dasar pertimbangan pengukuran adalah perubahan pola
komunikasi dan perilaku, setiap guru/ pelatih memiliki standar pribadi akan
perubahan tersebut yang dapat digolongkan sebagai indikator cemas.

 Pengukuran Psikologis
Pengukuran psikologis biasanya dilakukan melalui evaluasi psikologis yang
berisi sejumlah butir kuesioner yang harus dijawab oleh siswa/ atlet.
Hasil skor kuesioner tersebut diharapkan dapat menggambarkan derajat
kecemasan siswa/ atlet.
e) Sumber Kecemasan
Sumber kecemasan dapat dibedakan atas dua macam yaitu: (1) Sumber kecemasan dari dalam
diri, (2) sumber kecemasan dari luar diri.

• Sumber kecemasan dari dalam diri, ragam penyebabnya yaitu,


• 1) siswa menghadapi kesulitan mengikuti tugas-tugas gerak yang diberikan guru .
• 2) siswa merasa kemampuan geraknya baik sekali dan menjadi perhatian khusus bagi guru
sehingga timbul adanya sesuatu yang menekan pada dirinya. Demikian pula perasaan yang
sebaliknya, yang seakan-akan siswa tersebut telah memvonis dirinya sendiri bahwa ia tidak
akan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
• 3) siswa berpikiran negatif karena dimarahi atau adanya cemoohan.
• 4) Siswa berpikiran puas diri. Rasa puas diri yang ada didalam pikiran siswa merupakan
benih kecemasan yang ditanam oleh dirinya sendiri.
Sumber kecemasan dari luar diri, ragam penyebabnya yaitu:
1. Adanya rangsangan yang membingungkan.
2. Teman-teman sebaya dapat mempengaruhi kestabilan mental siswa
melalui kritik, cemooh terhadap kemampuan gerak yang dimiliki siswa.
3. Saingan yang bukan tandingan.
4. Kehadiran atau ketidak hadiran guru.
f) Gejala-gejala kecemasan
Gejala-gejala kecemasan perlu dikenali, gejala-gejala tersebut
dibedakan atas dua macam:

(1) Gejala fisik


(2) Gejala psikis.
1. Gejala fisik adanya perubahan yang dramatis pada tingkah
laku, gelisah atau tidak tenang dan sulit tidur. Terjadi
peregangan pada otot-otot pundak, leher, perut terlebih lagi
pada otot-otot ektermitas. Terjadi perubahan irama
pernafasan. Terjadi kontraksi otot setempat pada dagu,
sekitar mata dan rahang.
2. Gejala psikis, terganggunya perhatian dan konsentrasi,
terjadi perubahan emosi, menurunya rasa percaya diri, timbul
obsesi, hilangnya motivasi.
g) Cara Menanggulangi Kecemasan

 Pemusatan perhatian (Centering).


 Pengaturan pernapasan.
 Relaksasi otot secara progresif.
 Pencarian sumber kecemasan.
 Pembiasaan.
 Teknik penanganan individu.

Anda mungkin juga menyukai