PENGERTIAN PARALEGAL 1. Bar American Association mendefinisikan paralegal sebagai seorang asisten hukum atau orang yang memenuhi syarat oleh pendidikan, pelatihan atau pengalaman kerja yang dipekerjakan ataupun ditahan oleh seorang pengacara, kantor hukum, perusahaan, badan pemerintah, atau badan lain yang melakukan pekerjaan khusus yang didelegasikan oleh pengacara yang bertanggung jawab atasnya. 2. Paralegal di Australia menjadi salah satu studi perguruan tinggi, namun dalam prakteknya paralegal hanya terbatas pada proses-proses monitoring/ pemantauan di pengadilan, dan penyusunan dokumen tertentu yang berhubungan kerja-kerja advokasi sebagaimana dilakukan oleh pengacara. 3. Istilah Paralegal di Jepang di kenal dengan 司法书士 (shoshi Shiho) yang berperan sebagaimana asisten pengacara, dan dapat melekat pada kantor pengacara atau beroperasi secara independen. Seperti pengacara di Jepang, paralegal juga diatur dan harus lulus ujian. 4. Di Indonesia, belum ada istilah baku yang diakui/seragam akan tetapi paralegal biasa diartikan dan dipahami sebagai seseorang yang bukan pengacara atau advokat tetapi mendapatkan pelatihan atau memiliki keterampilan hukum sehingga dapat membantu kerja-kerja pengacara/advokat dalam memberikan bantuan hukum. D.J. RAVINDRAN DALAM “GUIDANCE FOR PARALEGAL” MERUMUSKAN PERAN PARALEGAL SEBAGAI BERIKUT: 1. Melaksanakan program-program pendidikan sehingga kelompok masyarakat yang dirugikan menyadari hak-hak dasarnya; 2. Memfasilitasi terbentuknya organisasi rakyat sehingga mereka dapat menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka; 3. Membantu melakukan mediasi dan rekonsiliasi bila terjadi konflik; 4. Melakukan penyelidikan awal terhadap kasus-kasus yang terjadi sebelum ditangani pengacara; 5. Membantu pengacara dalam membuat pernyataan-pernyataan pengumpulan bukti yang dibutuhkan dan informasi lain yang relevan dengan kasus yang dihadapi. PASAL 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-Cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. 2. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. 3. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini. 4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. 5. Standar Bantuan Hukum adalah pedoman pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum yang ditetapkan oleh Menteri. 6. Kode Etik Advokat adalah kode etik yang ditetapkan oleh organisasi profesi advokat yang berlaku bagi Advokat. Istilah Paralegal ditemukan di dalam fungsi dari Pemberi Bantuan Hukum (dalam hal ini sebagai badan hukum) yang dapat melakukan perekrutan terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa Fak Hukum Pasal 9, yang diuraikan kewenangannya untuk melakukan: 1. Pelayanan bantuan hukum 2. Menyelenggarakan penyuluhan hukum 3. konsultasi hukum 4. program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum PERAN PARALEGAL SECARA EKSPLISIT DAPAT DITEMUKAN PADA: 1. Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang memberikan hak kepada kelompok masyarakat untuk mengajukan Gugatan Perwakilan (Class Action) 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) dalam Pasal 10 dan Pasal 23 yang memberikan kewenangan kepada relawan pendamping untuk memberikan pendampingan kepada korban dalam setiap tahapan pemeriksaan dari penyidikan sampai persidangan termasuk meminta kepada pengadilan untuk mendapatkan penetapan perlindungan 3. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indutrial dalam Pasal 87 yang memberikan kewenangan kepada Serikat Pekerja/ Buruh untuk beracara mewakili Buruh/ Pekerja di pengadilan hubungan industrial 4. Undang-Undang No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yangmemberikan hak kepada Lembaga Pemberi Bantuan Hukum untuk merekrut Paralegal untuk menjalankan fungsi kebantuan hukuman 5. Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 68 yaitu memberikan kewenangan kepada Tenaga Kesejahteraan Sosial untuk mendampingi anak yang berhadapan dengan system peradilan pidana baik sebagai korban, saksi, maupun tersangka/ terdakwa. PERMASALAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR16 TAHUN 2011 Pasal 1 ayat (3) Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini Pasal 9 Pemberi Bantuan Hukum berhak: a. Melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum; b. Melakukan pelayanan Bantuan Hukum; c. Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum; d. Menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan Bantuan Hukum berdasarkan Undang- Undang ini; e. Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; f. Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan g. Mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum. Pasal 56 ayat (1) dan (2) KUHAP (1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka. (2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma. “Istilah Penasehat Hukum dan Konsultan Hukum menjadi satu ‘Advokat’”