Anda di halaman 1dari 10

PERAN DAN FUNGSI PARALEGAL PASCA UNDANG-UNDANG

NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM


PENGERTIAN PARALEGAL
1. Bar American Association mendefinisikan paralegal sebagai seorang asisten
hukum atau orang yang memenuhi syarat oleh pendidikan, pelatihan atau
pengalaman kerja yang dipekerjakan ataupun ditahan oleh seorang pengacara,
kantor hukum, perusahaan, badan pemerintah, atau badan lain yang melakukan
pekerjaan khusus yang didelegasikan oleh pengacara yang bertanggung jawab
atasnya.
2. Paralegal di Australia menjadi salah satu studi perguruan tinggi, namun dalam
prakteknya paralegal hanya terbatas pada proses-proses monitoring/
pemantauan di pengadilan, dan penyusunan dokumen tertentu yang
berhubungan kerja-kerja advokasi sebagaimana dilakukan oleh pengacara.
3. Istilah Paralegal di Jepang di kenal dengan 司法书士 (shoshi Shiho) yang berperan
sebagaimana asisten pengacara, dan dapat melekat pada kantor pengacara atau
beroperasi secara independen. Seperti pengacara di Jepang, paralegal juga diatur
dan harus lulus ujian.
4. Di Indonesia, belum ada istilah baku yang diakui/seragam akan tetapi paralegal biasa
diartikan dan dipahami sebagai seseorang yang bukan pengacara atau advokat tetapi
mendapatkan pelatihan atau memiliki keterampilan hukum sehingga dapat membantu
kerja-kerja pengacara/advokat dalam memberikan bantuan hukum.
D.J. RAVINDRAN DALAM “GUIDANCE FOR PARALEGAL” MERUMUSKAN
PERAN PARALEGAL SEBAGAI BERIKUT:
1. Melaksanakan program-program pendidikan sehingga kelompok masyarakat yang
dirugikan menyadari hak-hak dasarnya;
2. Memfasilitasi terbentuknya organisasi rakyat sehingga mereka dapat menuntut dan
memperjuangkan hak-hak mereka;
3. Membantu melakukan mediasi dan rekonsiliasi bila terjadi konflik;
4. Melakukan penyelidikan awal terhadap kasus-kasus yang terjadi sebelum ditangani
pengacara;
5. Membantu pengacara dalam membuat pernyataan-pernyataan pengumpulan bukti
yang dibutuhkan dan informasi lain yang relevan dengan kasus yang dihadapi.
PASAL 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN
2011
1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara
cuma-Cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
2. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin.
3. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan
yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini.
4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum
dan hak asasi manusia.
5. Standar Bantuan Hukum adalah pedoman pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum yang
ditetapkan oleh Menteri.
6. Kode Etik Advokat adalah kode etik yang ditetapkan oleh organisasi profesi advokat yang
berlaku bagi Advokat.
Istilah Paralegal ditemukan di dalam fungsi dari Pemberi Bantuan Hukum (dalam hal ini
sebagai badan hukum) yang dapat melakukan perekrutan terhadap advokat, paralegal,
dosen, dan mahasiswa Fak Hukum Pasal 9, yang diuraikan kewenangannya untuk melakukan:
1. Pelayanan bantuan hukum
2. Menyelenggarakan penyuluhan hukum
3. konsultasi hukum
4. program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum
PERAN PARALEGAL SECARA EKSPLISIT DAPAT DITEMUKAN
PADA:
1. Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang memberikan hak kepada kelompok
masyarakat untuk mengajukan Gugatan Perwakilan (Class Action)
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
(PKDRT) dalam Pasal 10 dan Pasal 23 yang memberikan kewenangan kepada relawan
pendamping untuk memberikan pendampingan kepada korban dalam setiap tahapan
pemeriksaan dari penyidikan sampai persidangan termasuk meminta kepada pengadilan untuk
mendapatkan penetapan perlindungan
3. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indutrial dalam
Pasal 87 yang memberikan kewenangan kepada Serikat Pekerja/ Buruh untuk beracara mewakili
Buruh/ Pekerja di pengadilan hubungan industrial
4. Undang-Undang No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yangmemberikan hak kepada
Lembaga Pemberi Bantuan Hukum untuk merekrut Paralegal untuk menjalankan fungsi kebantuan
hukuman
5. Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 68 yaitu
memberikan kewenangan kepada Tenaga Kesejahteraan Sosial untuk mendampingi anak yang
berhadapan dengan system peradilan pidana baik sebagai korban, saksi, maupun tersangka/
terdakwa.
PERMASALAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR16 TAHUN 2011
 Pasal 1 ayat (3) Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi
kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini
 Pasal 9 Pemberi Bantuan Hukum berhak:
a. Melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum;
b. Melakukan pelayanan Bantuan Hukum;
c. Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum;
d. Menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-
Undang ini;
e. Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung
jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain, untuk kepentingan
pembelaan perkara; dan
g. Mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan selama menjalankan
pemberian Bantuan Hukum.
 Pasal 56 ayat (1) dan (2) KUHAP
(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun
atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima
tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
(2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.
“Istilah Penasehat Hukum dan Konsultan Hukum menjadi satu ‘Advokat’”

Anda mungkin juga menyukai