Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin) & dilindungi oleh tulang yang paling keras yang dimiliki tubuh. Labirin secara umum : telinga dalam secara khusus : alat keseimbangan Labirin terdiri dari : 1. 3 kanalis semisirkularis (kss) 2. utrikulus 3. sakulus - Labirin membran letaknya di dalam labirin tulang, terdapat endolimfa - Labirin tulang * diantara keduanya terdapat perilimfa * berat jenis endolimfa > perilimfa Ujung saraf terletak dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa didalam labirin tulang Keseimbangan & orientasi tubuh tergantung oleh input sensorik Input sensorik : - Reseptor vestibuler di labirin - Organ visual - Propioseptif rangsang sensorik dari tendon & muskulus Input sensorik (informasi) SSP 1. Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila pasien jatuh. 2. Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpitan dan ke 2 lengan disisi tubuh. 3. Kedua mata pasien terbuka dan kemudian mintalah matanya dipejamkan. 4. Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang. PENILAIAN : Bila pasien jatuh kesamping karena hilangnya keseimbangan (test romberg positif). Tes Romberg yang dipertajam Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. PENILAIAN : Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. 1. Mintalah pasien berdiri pada satu kaki dengan mata tertutup. 2. Kedua lengan lurus dan tetap disisi tubuh. 3. Ulangi prosedur ini pada kaki satunya. 4. Normal keseimbangan berkisar 5 detik dengan sedikit goyangan tubuh. PENILAIAN : Penyimpangan apabila pasien menggerakan badan dan mengayunkan kakinya untuk mencegah agar tidak jatuh. Tes Melangkah ditempat Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah. PENILAIAN : Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat. Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram: kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Pasien kaki saling menyilang dan tangan menyilang didada. Pasien berjalan lurus, pada saat melangkah tumit kaki kiri djiletakkan pada ujung jari kaki kanan dan seterusnya. PENILAIAN : Adanya gangguan vestibuler akan menyebabkan arah jalanannya menyimpang. Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang selama setengah menit. Jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang. Pasien duduk di depan meja. Tubuh tidak menyentuh meja dan tangan yang satu berada diatas lutut. Penderita menulis selajur huruf dari atas ke bawah, mula-mula dengan mata terbuka lalu tertutup. Pada kelainan labirin satu sisi akan terjadi deviasi dari tulisan dari atas kebawah sebesar 10 derajad atau lebih. Sedangkan penderita kelainan serebelum maka tulisannya menjadi semakin besar (macrographia) atau tulisan menjadi kacau. Dengan mata terbuka pasien di minta untuk mengangkat lengannya lurus keatas dengan telunjuk ekstensi. Kemudian lengan tersebut di turunkan sampai menyentuh telunjuk pemeriksa. Selanjutnya dengan mata tertutup pasien di minta untuk mengulang gerakan tersebut. Adanya gangguan vestibuler menyebabkan penyimpangan tangan pasien sehingga telunjuknya tidak dapat menyentuh telunjuk pemeriksa. Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan. Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat, mata memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik. (1) Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu, dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama. (2) Berdiri di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual diganggu. (3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu. (4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu, jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja. Perifer Sentral Awitan Mendadak Bervariasi Lamanya Episodik, terkait gerakan, Konstan, bervariasi <2-3 hari Derajat Vertigo Berat Ringan Efek Visual Tutup mata perburuk gejala Tutup mata tdk mengubah gejala Arah nistagmus Satu arah Bervariasi Aksis Nistagmus Horizontal atau rotatorik Horizontal, vertikal, oblik, atau rotatorik Tipe nistagmus Fase lambat / cepat Fase ireguler / seimbang Gejala Visual Penglihatan kabur Diplopia, bintik buta Gejala telinga Ada Tidak ada Nyeri kepala Tak ada (mgkn hny rasa Ada penuh dlm telinga) Efek sistemik Mual, muntah Tak ada Hasil Elektronistamografi Uji kalori unilateral menurun Sakade abnormal, kesulitan mengikuti sasaran Benign Paroxysmal Positional Vertigo Neuritis Vestibularis Labirinitis Penyakit Meniere Dix-hallpike maneuver Sidelying 45o ke lateral
20-30o dari meja
pemeriksaan Perasat ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike kanan yang menimbulkan respon abnormal dengan cara kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2 menit, Kemudian kepala direndahkan dan diputar secara perlahan ke kiri dan dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap ke kiri dengan sudut 450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat ke lantai. Akhirnya pasien kembali ke posisi duduk, dengan kepala menghadap ke depan. Setelah terapi ini pasien di lengkapi dengan menahan leher dan disarankan untuk tidak menunduk, berbaring, dan membungkukkan badan selama satu hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari. Nistagmus Nistagmus hilang <1 menit (kanalitiasis) : otolith bergerak bebas di dlm KSS Nistagmus hilang >1 menit (kupolitiasis) : otolith lepas dari makula utrikulus & menempel pada permukaan kupula. Serangan vertigo berat timbul bersamaan dengan nistagmus. Tes Kobrak Posisi : tidur terlentang dgn kepala fleksi 30o / duduk dgn kepala ekstensi 60o. Alat : spuit 5 / 10 cc, ujung jarum disambung dgn kateter, air es 0oC 5ml. Cara : 1. Alirkan air es 5ml selama 20s ke dlm liang telinga. 2. Hitung lama nistagmus. Normal 120-150s < 120s paresis kanal Tes kalori bitermal 2 macam air : dingin (30oC) & panas (44oC) 1. Masukan air dingin 250ml dlm wkt 40s ke liang telinga kiri. 2. Catat lama nistagmus 3. Istirahat 5 menit 4. Lakukan juga di telinga kanan dengan air dingin. 5. Setelah itu lakukan dengan air panas. Yang dilaporkan : delta t nistagmus kiri & kanan < 40s kedua fx vestibuler seimbang > 40s paresis kanal pada t nistagmus yg lbh kecil CRT (canalith repositioning treatment) – Epley manuever, Semont liberatory segera setelah Dix-hallpike Brandt-daroff Pertama posisi duduk , bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, untuk, kepala menoleh ke kiri. Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap ke kiri 45° Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur, dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-60 detik) Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri tunggu 30-60detik, baru kembali ke posisi semula. Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama dengan pasien yang diterapi dengan CRT. Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang dilakukan sama, namun kepala diputar menghadap ke kanan. SEMONT Pasien melakukan gerakan-gerakan dari duduk ke samping yang dapat mencetuskan vertigo (dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu kembali ke posisi duduk dan tahan selama 30 detik, lalu dengan cepat berbaring ke sisi yang berlawanan (dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu secara cepat duduk kembali. Pasien melakukan latihan secara rutin 10-20 kali, 3 kali sehari sampai vertigo hilang paling sedikit 2 hari. Lesi vestibular perifer (vertigo posisi Lesi sentral (Lesi batang otak, sklerosis paroksismal jinak) multipel, tumor infratentorial)
1. Vertigo dan nistagmus yang telah 1.Vertigo dan nistagmus yang
dibangkitkan cepat berhenti dan dibangkitkan berlangsung lama sekali intensitas yang tidak biasa 2. Hanya timbul bila kepala berputar kea 2.Timbul pada setiap perubahan sikap rah tertentu saja. kepala 3. Bangkitnya sejenak setelah kepala 3.Timbulnya sesaat setelah posisi kepala menoleh ke samping tertentu dirubah. 4. Pada tes nistagmus posisi terdapat 4.Pada tes nistagmus posisi tidak terdapat kelelahan, vertigo berat kelelahan, vertigo ringan 5. Nistagmus kalori paresis 5.Nistagmus kalori normal Tujuan evaluasi: Untuk diagnosis lokasi dan jenis penyakit Untuk menilai dampak gangguan pendengaran terhadap proses belajar, interaksi sosial, dan pekerjaan. Audiometer nada murni: alat elektronik yang menghasilkan bunyi yang relatif bebas bising. Pilihan nada oktaf skala C: 125,250,500,1000,2000, 4000 dan 8000 Hz. Tiga bagian penting: osilator, peredam, dan transducer. Sumber bunyi: dari earphone (AC) dan dari vibrator (BC). Pasien duduk di dalam chamber sedemikian rupa sehingga tidak dapat melihat panel kontrol. Benda-benda yang dapat mengganggu pemasangan earphone dan vibrator harus disingkirkan. Instruksi harus jelas dan tepat. Pemasangan earphone dan vibrator harus tepat pada tempatnya. Periksa telinga yang lebih baik terlebih dahulu, dengan rangkaian frekuensi berikut: 1000, 2000, 4000, 8000, (diulang), 500, 250 Hz. Mulai dengan intensitas 0 dB, ditingkatkan 5 dB dengan durasi 1-2 detik hingga pasien memberi jawaban. Cantumkan simbol yang sesuai pada audiogram. Lanjutkan dengan frekuensi berikutnya. Grafik AC dibuat dengan garis lurus penuh (Intensitas yang diperiksa antara 125-8000 Hz) Grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250-4000 Hz) Ambang dengar (AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz ) / 4 Derajat ketulian ISO: 0-25 dB : normal 25-40 dB : tuli ringan 40-55 dB : tuli sedang 55-70 dB : tuli sedang berat 70-90 dB : tuli berat >90 dB : tuli sangat berat Pemeriksaan untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani. Alat pengukur indirek dari kelenturan membran timpani dan sistem osikular dalam berbagai tekanan (positif, normal atau negatif). Terdapat 5 jenis timpanogram : Tipe A (normal) Tipe AD (diskontinuitas tulang-tulang pendengaran) Tipe AS (kekakuan rangkaian tulang pendengaran) Tipe B (cairan di dalam telinga tengah, MT menebal) Tipe C (Gangguan fungsi tuba Eustachius) Emisi otoakustik : respons koklea yang dihasilkan oleh sel rambut luar, yang dipancarkan dalam bentuk energi akustik. Dilakukan dengan cara memasukkan ear probe (sumbat telinga) ke dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut terdapat mikrofon (menangkap suara yang dihasilkan oleh koklea) dan loudspeaker yang memberi stimulus. Probe dihubungkan dengan komputer untuk mencatat respon yang timbul dari koklea. Pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N VIII Merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti tertentu di batang otak. Prinsip pemeriksaan: menilai perubahan potensial listrik otak setelah pemberian stimulus bunyi. Sangat bermanfaat untuk pemeriksaan biasa, bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensia rendah, cacat ganda, kesadaran menurun, malingering. Rangsang bunyi akan menempuh perjalanan melalui saraf VIII di: Koklea (gelombang I) Nukleus koklearis (gelombang II) Nukleus olivarius superior (gelombang III) Lemnikus lateralis (gelombang IV) Konikulus inferior (gelombang V) TERIMA KASIH