Anda di halaman 1dari 53

THT RSUD Tarakan

Pembimbing : dr. Daneswarry, Sp. THT - KL


 Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam
(labirin) & dilindungi oleh tulang yang paling keras yang dimiliki
tubuh.
 Labirin
secara umum : telinga dalam
secara khusus : alat keseimbangan
 Labirin terdiri dari :
1. 3 kanalis semisirkularis (kss)
2. utrikulus
3. sakulus
- Labirin membran  letaknya di dalam labirin tulang, terdapat
endolimfa
- Labirin tulang
* diantara keduanya terdapat perilimfa
* berat jenis endolimfa > perilimfa
 Ujung saraf  terletak dalam labirin membran yang terapung
dalam perilimfa didalam labirin tulang
 Keseimbangan & orientasi tubuh tergantung
oleh input sensorik
 Input sensorik :
- Reseptor vestibuler di labirin
- Organ visual
- Propioseptif  rangsang sensorik dari
tendon & muskulus
 Input sensorik (informasi)  SSP
1. Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk
menjaga bila pasien jatuh.
2. Mintalah pasien berdiri dengan kaki
berhimpitan dan ke 2 lengan disisi tubuh.
3. Kedua mata pasien terbuka dan kemudian
mintalah matanya dipejamkan.
4. Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit
bergoyang.
PENILAIAN : Bila pasien jatuh kesamping karena
hilangnya keseimbangan (test romberg positif).
 Tes Romberg yang dipertajam
 Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat
pada dada dan mata kemudian ditutup.
PENILAIAN : Orang yang normal mampu berdiri
dengan sikap romberg yang dipertajam selama
30 detik atau lebih.
1. Mintalah pasien berdiri pada satu kaki
dengan mata tertutup.
2. Kedua lengan lurus dan tetap disisi tubuh.
3. Ulangi prosedur ini pada kaki satunya.
4. Normal keseimbangan berkisar 5 detik
dengan sedikit goyangan tubuh.
PENILAIAN : Penyimpangan apabila pasien
menggerakan badan dan mengayunkan kakinya
untuk mencegah agar tidak jatuh.
 Tes Melangkah ditempat
 Penderita disuruh berjalan ditempat dengan
mata tertutup sebanyak 50 langkah.
PENILAIAN : Kedudukan akhir dianggap
abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu
meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
 Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke
depan dan jalan di tempat dengan mengangkat
lutut setinggi mungkin selama satu menit.
 Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan
gerakan seperti orang melempar cakram: kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi
lesi turun dan yang lainnya naik.
 Pasien kaki saling menyilang dan tangan
menyilang didada.
 Pasien berjalan lurus, pada saat melangkah
tumit kaki kiri djiletakkan pada ujung jari kaki
kanan dan seterusnya.
 PENILAIAN : Adanya gangguan vestibuler
akan menyebabkan arah jalanannya
menyimpang.
 Pasien dengan mata tertutup berulang kali
berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang selama setengah menit.
 Jika ada gangguan vestibuler unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk
bintang.
 Pasien duduk di depan meja.
 Tubuh tidak menyentuh meja dan tangan yang
satu berada diatas lutut.
 Penderita menulis selajur huruf dari atas
ke bawah, mula-mula dengan mata terbuka lalu
tertutup.
 Pada kelainan labirin satu sisi akan terjadi
deviasi dari tulisan dari atas kebawah sebesar 10
derajad atau lebih.
 Sedangkan penderita kelainan serebelum maka
tulisannya menjadi semakin besar
(macrographia) atau tulisan menjadi kacau.
 Dengan mata terbuka pasien di minta untuk
mengangkat lengannya lurus keatas dengan
telunjuk ekstensi.
 Kemudian lengan tersebut di turunkan sampai
menyentuh telunjuk pemeriksa. Selanjutnya
dengan mata tertutup pasien di minta untuk
mengulang gerakan tersebut.
 Adanya gangguan vestibuler menyebabkan
penyimpangan tangan pasien sehingga
telunjuknya tidak dapat menyentuh telunjuk
pemeriksa.
 Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang
dapat menilai secara obyektif dan kuantitatif
kemampuan keseimbangan postural seseorang.
 Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang
gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler,
maka input visual diganggu dengan menutup mata
dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri
diatas alas tumpuan yang tidak stabil.
 Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila
terlihat ayun tubuh berlebihan, melangkah atau
sampai jatuh sehingga perlu berpegangan.
 Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat,
mata memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan
perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik.
(1) Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik
tertentu, dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja
sama.
(2) Berdiri di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input
visual diganggu.
(3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang
titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu.
(4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup,
dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu, jadi
hanya organ vestibuler saja yang bekerja.
Perifer Sentral
Awitan Mendadak Bervariasi
Lamanya Episodik, terkait gerakan, Konstan, bervariasi
<2-3 hari
Derajat Vertigo Berat Ringan
Efek Visual Tutup mata perburuk gejala Tutup mata tdk mengubah
gejala
Arah nistagmus Satu arah Bervariasi
Aksis Nistagmus Horizontal atau rotatorik Horizontal, vertikal, oblik,
atau rotatorik
Tipe nistagmus Fase lambat / cepat Fase ireguler / seimbang
Gejala Visual Penglihatan kabur Diplopia, bintik buta
Gejala telinga Ada Tidak ada
Nyeri kepala Tak ada (mgkn hny rasa Ada
penuh dlm telinga)
Efek sistemik Mual, muntah Tak ada
Hasil Elektronistamografi Uji kalori unilateral menurun Sakade abnormal, kesulitan
mengikuti sasaran
 Benign Paroxysmal Positional Vertigo
 Neuritis Vestibularis
 Labirinitis
 Penyakit Meniere
 Dix-hallpike maneuver
 Sidelying
45o ke lateral

20-30o dari meja


pemeriksaan
 Perasat ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike kanan yang
menimbulkan respon abnormal dengan cara kepala ditahan
pada posisi tersebut selama 1-2 menit,
 Kemudian kepala direndahkan dan diputar secara perlahan
ke kiri dan dipertahankan selama beberapa saat.
 Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap
dipertahankan pada posisi menghadap ke kiri dengan sudut
450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat ke lantai.
 Akhirnya pasien kembali ke posisi duduk, dengan kepala
menghadap ke depan.
 Setelah terapi ini pasien di lengkapi dengan menahan leher
dan disarankan untuk tidak menunduk, berbaring,
dan membungkukkan badan selama satu hari.
 Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus tidur pada
posisi yang sehat untuk 5 hari.
 Nistagmus
 Nistagmus hilang <1 menit (kanalitiasis) :
otolith bergerak bebas di dlm KSS
 Nistagmus hilang >1 menit (kupolitiasis) :
otolith lepas dari makula utrikulus &
menempel pada permukaan kupula.
 Serangan vertigo berat timbul bersamaan
dengan nistagmus.
 Tes Kobrak
Posisi : tidur terlentang dgn kepala fleksi 30o /
duduk dgn kepala ekstensi 60o.
Alat : spuit 5 / 10 cc, ujung jarum disambung
dgn kateter, air es 0oC 5ml.
Cara :
1. Alirkan air es 5ml selama 20s ke dlm liang
telinga. 2. Hitung lama nistagmus.
Normal 120-150s
< 120s  paresis kanal
 Tes kalori bitermal
2 macam air : dingin (30oC) & panas (44oC)
1. Masukan air dingin 250ml dlm wkt 40s ke liang
telinga kiri.
2. Catat lama nistagmus
3. Istirahat 5 menit
4. Lakukan juga di telinga kanan dengan air dingin.
5. Setelah itu lakukan dengan air panas.
Yang dilaporkan : delta t nistagmus kiri & kanan
< 40s  kedua fx vestibuler seimbang
> 40s  paresis kanal pada t nistagmus yg lbh kecil
 CRT (canalith repositioning treatment) –
Epley manuever, Semont liberatory  segera
setelah Dix-hallpike
 Brandt-daroff
 Pertama posisi duduk , bila terdapat keterlibatan kanal
posterior kanan, untuk, kepala menoleh ke kiri. Perasat
dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada
meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap ke
kiri 45°
 Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai
menyentuh tempat tidur, dengan posisi kepala tetap,
tunggu sampai vertigo hilang (30-60 detik)
 Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke
sisi kiri tunggu 30-60detik, baru kembali ke posisi semula.
 Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi
yang sama dengan pasien yang diterapi dengan CRT.
 Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang
dilakukan sama, namun kepala diputar menghadap ke
kanan.
SEMONT
Pasien melakukan gerakan-gerakan dari duduk
ke samping yang dapat mencetuskan vertigo
(dengan kepala menoleh ke arah yang
berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu
kembali ke posisi duduk dan tahan selama 30
detik, lalu dengan cepat berbaring ke sisi yang
berlawanan (dengan kepala menoleh ke arah
yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik,
lalu secara cepat duduk kembali. Pasien
melakukan latihan secara rutin 10-20 kali, 3 kali
sehari sampai vertigo hilang paling sedikit 2 hari.
Lesi vestibular perifer (vertigo posisi Lesi sentral (Lesi batang otak, sklerosis
paroksismal jinak) multipel, tumor infratentorial)

1. Vertigo dan nistagmus yang telah 1.Vertigo dan nistagmus yang


dibangkitkan cepat berhenti dan dibangkitkan berlangsung lama sekali
intensitas yang tidak biasa
2. Hanya timbul bila kepala berputar kea 2.Timbul pada setiap perubahan sikap
rah tertentu saja. kepala
3. Bangkitnya sejenak setelah kepala 3.Timbulnya sesaat setelah posisi kepala
menoleh ke samping tertentu dirubah.
4. Pada tes nistagmus posisi terdapat 4.Pada tes nistagmus posisi tidak terdapat
kelelahan, vertigo berat kelelahan, vertigo ringan
5. Nistagmus kalori paresis 5.Nistagmus kalori normal
Tujuan evaluasi:
 Untuk diagnosis lokasi dan jenis penyakit
 Untuk menilai dampak gangguan
pendengaran terhadap proses belajar,
interaksi sosial, dan pekerjaan.
 Audiometer nada murni: alat elektronik yang
menghasilkan bunyi yang relatif bebas bising.
 Pilihan nada oktaf skala C:
125,250,500,1000,2000, 4000 dan 8000 Hz.
 Tiga bagian penting: osilator, peredam, dan
transducer.
 Sumber bunyi: dari earphone (AC) dan dari
vibrator (BC).
 Pasien duduk di dalam chamber sedemikian
rupa sehingga tidak dapat melihat panel
kontrol.
 Benda-benda yang dapat mengganggu
pemasangan earphone dan vibrator harus
disingkirkan.
 Instruksi harus jelas dan tepat.
 Pemasangan earphone dan vibrator harus
tepat pada tempatnya.
 Periksa telinga yang lebih baik terlebih
dahulu, dengan rangkaian frekuensi berikut:
1000, 2000, 4000, 8000, (diulang), 500, 250
Hz.
 Mulai dengan intensitas 0 dB, ditingkatkan 5
dB dengan durasi 1-2 detik hingga pasien
memberi jawaban.
 Cantumkan simbol yang sesuai pada
audiogram.
 Lanjutkan dengan frekuensi berikutnya.
 Grafik AC dibuat dengan garis lurus penuh (Intensitas yang
diperiksa antara 125-8000 Hz)
 Grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus
(intensitas yang diperiksa 250-4000 Hz)
 Ambang dengar
(AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz ) / 4
 Derajat ketulian ISO:
 0-25 dB : normal
 25-40 dB : tuli ringan
 40-55 dB : tuli sedang
 55-70 dB : tuli sedang berat
 70-90 dB : tuli berat
 >90 dB : tuli sangat berat
 Pemeriksaan untuk mengetahui keadaan dalam
kavum timpani.
 Alat pengukur indirek dari kelenturan membran
timpani dan sistem osikular dalam berbagai
tekanan (positif, normal atau negatif).
 Terdapat 5 jenis timpanogram :
 Tipe A (normal)
 Tipe AD (diskontinuitas tulang-tulang pendengaran)
 Tipe AS (kekakuan rangkaian tulang pendengaran)
 Tipe B (cairan di dalam telinga tengah, MT menebal)
 Tipe C (Gangguan fungsi tuba Eustachius)
 Emisi otoakustik : respons koklea yang
dihasilkan oleh sel rambut luar, yang
dipancarkan dalam bentuk energi akustik.
 Dilakukan dengan cara memasukkan ear
probe (sumbat telinga) ke dalam liang telinga
luar.
 Dalam probe tersebut terdapat mikrofon
(menangkap suara yang dihasilkan oleh
koklea) dan loudspeaker yang memberi
stimulus.
 Probe dihubungkan dengan komputer untuk
mencatat respon yang timbul dari koklea.
 Pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N VIII
 Merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama
menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti
tertentu di batang otak.
 Prinsip pemeriksaan: menilai perubahan potensial listrik otak
setelah pemberian stimulus bunyi.
 Sangat bermanfaat untuk pemeriksaan biasa, bayi, anak dengan
gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensia rendah, cacat
ganda, kesadaran menurun, malingering.
Rangsang bunyi akan menempuh perjalanan
melalui saraf VIII di:
 Koklea (gelombang I)
 Nukleus koklearis (gelombang II)
 Nukleus olivarius superior (gelombang III)
 Lemnikus lateralis (gelombang IV)
 Konikulus inferior (gelombang V)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai