Anda di halaman 1dari 92

Khalid Saleh

Tim Penanggulangan Flu Burung / Flu Baru H1N1 (Swine Flu)


RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,Makassar

Dibawakan dalam rangka : Workshop Pandemic Respons, 20 Agustus 2009


RESPONS INFLUENZA H1N1 &H5N1
RESPONS MEDIK

PELAYANAN KESEHATAN

PENANGANAN MEDIK DI RS

UPAYA PEMBATASAN EPISENTER


PANDEMI INFLUENZA
Tujuan Pelaksanaan Respon Medik :

Terlaksananya :
 deteksi dini kasus suspek influenza jenis baru
(yang dapat menimbulkan pandemi)

 tatalaksana kasus di seluruh sarana kesehatan

 upaya penanggulangan episenter influenza


pandemi di sarana kesehatan
Ruang lingkup respon medik

Penatalaksanaan kasus dan upaya


penanggulangan episenter di seluruh
sarana pelayanan kesehatan
- Puskesmas
- Rumah Sakit non rujukan
- Rumah Sakit rujukan influenza
- Fasilitas kesehatan lainnya : laboratorium,
rontgen, Pelayanan kesehatan swasta
Langkah – langkah kegiatan Respon Medik
pada penanggulangan episenter PI

A. Pelayanan Kesehatan Pra Rumah Sakit


1. Puskesmas
2. Pos Lapangan
3. Praktek dokter umum dan spesialis, klinik
pengobatan, balai pengobatan umum
maupun khusus
B. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
C. Penutupan Sementara RS
D. Laboratorium
E. Sistem Rujukan
SITUASI SAAT INI di INDONESIA
KASUS AI (FLU H5N1)
 Kasus AI pada manusia sampai 11 Agustus 2009
sebanyak 141 kasus konfirmasi dengan 115
kematian (CFR 81,56) .

 Terdapat 10 klaster, Klaster Karo terbesar &


menarik perhatian dunia, dengan 7 penderita yg
mempunyai hubungan darah dan 6 diantaranya
meninggal. (2007)
Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1) Reported to WHO
11 August 2009

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Total


Country
case
deaths cases deaths cases deaths cases deaths cases deaths cases deaths cases deaths cases deaths
s

Azerbaij
0 0 0 0 0 0 8 5 0 0 0 0 0 0 8 5
an

Banglad
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
esh

Cambod
0 0 0 0 4 4 2 2 1 1 1 0 0 0 8 7
ia

China 1 1 0 0 8 5 13 8 5 3 4 4 7 4 38 25

Djibouti 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Egypt 0 0 0 0 0 0 18 10 25 9 8 4 32 4 83 27

Indon
0 0 0 0 20 13 55 45 42 37 24 20 0 0 141 115
esia
Iraq 0 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 3 2

Lao
People's
Democr
0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 2 2
atic
Republi
c

Myanm
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
ar

Nigeria 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1

Pakista
0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 3 1
n

Thailan
0 0 17 12 5 2 3 3 0 0 0 0 0 0 25 17
d

Turkey 0 0 0 0 0 0 12 4 0 0 0 0 0 0 12 4

Viet
3 3 29 20 61 19 0 0 8 5 6 5 4 4 111 56
Nam

Total 4 4 46 32 98 43 115 79 88 59 44 33 43 12 438 262

Total number of cases includes number of deaths.


WHO reports only laboratory-confirmed cases.
All dates refer to onset of illness.
FAKTOR PENENTU PANDEMI
 Timbulnya virus baru yang semua orang tidak
kebal
 Virus tersebut mampu berkembang biak pada
manusia dan menyebabkan penyakit
 Virus tersebut dapat ditularkan dari manusia ke
manusia secara efisien
INFLUENZA PANDEMIC IN 20TH CENTURY

1918 “SPANISH FLU” 1957 “Asian Flu” 1968 “Hongkong Flu”


40 t0 50 million deaths 2 million deaths 1 million deaths
A (H1N1) A (H2N2) A (H3N2)
PANDEMI
PERIODE 1918
PANDEMI
 FASE .6.
penularan yg meningkat dan berkesinambungan pada
masyarakat umum

PERIODE PASCAPANDEMI

kembali ke periode intrapandemi


SIAPKAH KITA
BAGAIMANA
KITA
BELAJAR
DARI KASUS
YANG
SUDAH
TERJADI

APAKAH AKAN BERULANG KEMBALI ?


FLU BURUNG (H5N1)
ETIOLOGI
 Virus influenza tipe A
 Famili Orthomyxoviridae, genus
orthomyxovirus
 RNA beramplop
 Permukaan virus ada 2 glikoprotein
 Hemaglutinin (H)
 Neuromidase (N)
 Subtipe : H1 H16 dan N1  N9
M2

Struktur Influenza Virus A


Subtipe Virus influensa A

 Banyak subtipe virus influensa (H & N )


 3 subtipe yang menyebabkan epidemi pada
manusia :
- H1N1
- H2N2
- H3 N2
SIFAT VIRUS INFLUENZA H5N1
- Dlm air sampai 4 hari pada suhu 220C , 35 hari pada
suhu 4 0C dan > 30 hari pada suhu O0 C
- Dlm tinja unggas dan dlm tubuh unggas sakit dapat
hidup lama
- Virus mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau
560C selama 3 jam atau 800C selama 1 menit. Pada
telur ayam mati pada suhu 640C selama 4,5 menit
- Virus mati dgn diterjen, disinfekta(formalin, cairan yg
mengandung iodin atau alkohol )
KELOMPOK RISIKO TINGGI
 Pekerja peternakan/ pemrosesan unggas
 Pekerja lab yang memproses sample
 Pengunjung peternakan/pemrosesan unggas dlm 7
hari terakhir
 Pernah kontak dgn unggas sakit atau mati mendadak
yg belum diketahui penyebabnya dan atau produk
mentahnya dlm 7 hari terakhir
 Pernah kontak dgn pasien AI konfirmasi
 Catatan : Di Indonesia sebagian besar kasus bukan
risti
MASA INKUBASI AI
 3 hari ( 1-7 ) hari . Masa penularan pada
manusia adalah 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
setelah gejala timbul  pada anak dapat
sampai 21 hari
CARA PENULARAN AI
 Penularan pada manusia melalui:
1. Binatang : kontak langsung dgn unggas atau produk
unggas yang sakit
2. Lingkungan : udara atau peralatan yang tercemar
virus tsb yang berasal dari tinja atau sekret unggas
yang terserang AI
3. Manusia: sangat terbatas dan tidak
effisien ( kasus dlm kelompok/cluster)
INFLUENZA A BARU (H1N1)
 Maret 2009 terjadi KLB Influenza Like
Illness(ILI) di Meksiko yang kemudian
dikonfirmasi sebagai Influenza A(H1N1)
genetik baru
 merupakan hasil percampuran materi genetik
(Reassortment) virus H1N1 Babi, virus H1N1
unggas dan virus H1N1 manusia
 menyebar ke Amerika Serikat, Kanada,
Spanyol, dan Inggris serta negara lain
 Pertama ditemukan di Indonesia tanggal 24 Juni
2009
 S/D Tanggal 12 Agustus 2009  Jumlah kasus
823 kematian 3 orang atau CFR  0,36 %
(angka global : 0,71%)
 Kasus Tersebar di 23 Propinsi seperti Bali, Banten,
Jogjakarta,DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa tengah,
Jatim, Kalsel, Kepri, Sulut, Sumsel, Sumut, Kaltim,
Sulsel, Jambi, Riau, Kalteng, lampung dll

Ditjen Bina Yanmed 20


SITUASI FLU BARU H1N1 DI
INDONESIA
 Secara Kumulatif Kasus Positif Influenza A
H1N1 Mencapai 872 Orang, 4 org yang
meninggal (17/08/2009 @ 22:47 )
 Sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO
11 Juni 2009, di seluruh dunia sampai 4
Agustus 2009 dari 168 negara yang
melaporkan kasus influenza A-H1N1 tercatat
162.380 kasus positif. Sebanyak 1.154 di
antaranya meninggal dunia (CFR = 0.71).
Pandemic (H1N1) 2009 - update 61
 Laboratory-confirmed cases of pandemic (H1N1)
2009 as officially reported to WHO by States
Parties to the IHR (2005) as of 6 August 2009
Cumulative total
Region as of 6 Aug 2009
Cases* Deaths
WHO Regional Office for Africa (AFRO) 591 1
WHO Regional Office for the Americas (AMRO) 102905 1274
WHO Regional Office for the Eastern Mediterranean
(EMRO) 2346 7
WHO Regional Office for Europe (EURO) over 32000 53
WHO Regional Office for South-East Asia (SEARO) 11432 83
WHO Regional Office for the Western Pacific (WPRO) 28120 43

Total 177457 1462


 Edgar Hernandez, bocah Meksiko
yang diyakini dokter sebagai awal
mula penyebar virus flu babi, duduk
bersama ibunya
ETIOLOGI FLU BARU H1N1

Penyebab Flu Meksiko ini adalah


virus Swine Influenza A H1N1.
Ini merupakan strain baru dari
virus Influenza A H1N1.
Virus tersusun atas komponen virus
influenza pd manusia, avian dan babi
 Kontak dengan hewan yang sakit

 Berada di daerah terkontaminasi


 Droplet infection dari penderita lain
 Penularan virus melalui kontak
dengan benda yang terkontaminasi
virus dapat terjadi, walaupun belum
ada dokumentasi tentang hal tersebut.
MASA INKUBASI & MASA PENULARAN
FLU BARU H1N1

• Masa Inkubasi berkisar antara 1-7 hari


sedangkan masa penularan berkisar antara
1 hari sebelum mulai sakit (onset) sampai
7 hari setelah onset.
• Namun puncak dari virus shedding
(pengeluaran virus) terjadi pada beberapa
hari pertama sakit.
ANGKA KEMATIAN

H1N1 angka case fatality rate-


nya hanya 0,4 %, tapi angka
case fatality rate H5N1
80-90%,"
• Menyiagakan seluruh RS Rujukan Flu Burung dan non
rujukan dengan mengirim Surat Antisipasi pandemi
Flu Baru (H1N1) ke seluruh Direktur Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (12 Juni 2009)
• SK Menkes No 522/Menkes/SK/VII/2009 tentang
Pembiayaan Penderita Influenza A Baru (H1N1)
(Kelas III)
• Meminta setiap RS agar Menyusun Perencanaan dalam
menghadapi bencana/Pandemi dalam dokumen
Hospital Disaster Plan masing-masing RS

Ditjen Bina Yanmed 30


JUMLAH
No KEPEMILIKAN
RS TT

1 Depkes RI 31 13.409

2 Pemda Prop 81 18.312

3 Pemda Kab / Kota 365 40.153

4 TNI / POLRI 112 10.871

5 BUMN 78 6.851

6 Swasta 652 53.111

Total 1.319 14.2707


Ditjen Bina Yanmed 31
• Mengirim Surat Edaran penanganan kasus Influenza A Baru
(H1N1) ke seluruh Direktur Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(Juli 2009) :
 Rumah Sakit Rujukan Nasional (RSPI Sulianti dan RS
Persahabatan) segera menyiapkan tempat tidur Perawatan kasus
Influenza A Baru (H1N1) yang terpisah dari Ruang perawatan
pasien H5N1 (mengingat kasus H5N1 masih ada).
 Rumah Sakit Rujukan Propinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan
dapat melaksanakan ketetapan sama seperti poin 1 bilamana kasus
Influenza A Baru (H1N1) telah sangat merebak seperti di
DKI/Metropolitan, sementara kasus H5N1 juga masih ditemukan.

Ditjen Bina Yanmed 32


 Rumah Sakit Non Rujukan (baik RS Pemerintah
Daerah, RS Swasta, RS Polri, RS TNI-AD, RS BUMN)
diharapkan agar menyediakan beberapa tempat tidur
perawatan bagi pasien/ kasus Influenza A Baru
(H1N1).

 Mengingat kasus Influenza A Baru (H1N1) mudah


menular dan cepat menyebar seperti penyakit Flu biasa
sementara Case Fatality Rate 0,45% (sekarang 0,71 %),
maka indikasi rawat inap Rumah Sakit diperuntukkan
pada kasus derajat sedang dan berat sesuai kriteria
PDPI.

Ditjen Bina Yanmed 33


ALUR TATALAKSANA H1N1 (PANDEMI)
 Rekomendasi PDPI
Datang sendiri
atau rujukan

Triase
suspek H1N1

Klinis Klinis
Klinis
ringan berat
sedang

Ruang isolasi Ruang


Dipulangkan:
isolasi ICU
pengobatan
simptomatis KIE
Influenza like illness (ILI) :
Demam > 380C, nyeri otot,
batuk dan nyeri tenggorok.
Memburuk Gejala lain adalah: pilek,
Membaik sakit kepala, diare,
gangguan saluran cerna

Ditjen Bina Yanmed 34


o Dalam pelaksanaan ketetapan diatas,
serta guna kelancaran penanggulangan
dan pelayanan kasus Influenza A Baru
H1N1 di daerah, diharapkan para
Direktur RS berkoordinasi dengan
Ka.Dinkes setempat.

Ditjen Bina Yanmed 35


Langkah-langkah RS
 Rapat Direksi RS, menyikapi surat Depkes RI tentang
Flu Burung (H5N1) & Flu Baru (H1N1)
 Pembentukan Tim Penanggulangan Flu Burung
sekaligus merupakan tim penanggulangan Flu Baru
H1N1
 Rapat Tim Penanggulangan Flu Burung / Flu Baru
H1N1
 Penyusunan penanganan medis (SPM) dan SOP
tentang Flu Burung & Flu baru H1N1 (sementara
dalam penyempurnaan)
Langkah-langkah RS
 Pelatihan SDM RS tentang Flu Baru H1N1 (oleh
karena prinsip penanganan sama Flu Burung,
sehingga tenaga RSWS tidak terlalu banyak kesulitan)
 Optimalisasi alur pasien
 Sosialisasi kepada staf RS (pertemuan / persuratan)
 Koordinasi/rapat pertemuan dengan instansi terkait
 Informasi ke Media cetak dan elektronik
 Tim sebagai nara sumber pada kegiatan sosialsiasi /
seminar/simposium
 Pengumpulan data / kepustakaan melalui internet
Langkah-langkah penanganan Flu
Burung (H5N1) & Flu Baru
H1N1(Swine flu)
 Pendaftaran
 Triage IRD (Instalasi Rawat

Darurat)
 Rawat inap (Rg. Isolasi)

 Pemulangan penderita/follow up
Pendaftaran
Tempat tertentu di RS (TPP)
TPP diladeni oleh petugas yang tahu gejala flu
burung (H5N1) & flu Baru H1N1
Penderita yg dicurigai Flu Burung / Flu Baru
H1N1 ke ruang Triage Instalasi Gawat Darurat
(IRD)  diperiksa
Triage Instalasi Rawat Darurat
Gawat darurat (emergency) tempat
pemeriksaan & tindakan medis segera bl
tidak bisa fatal
Triage : ruangan yg berfungsi untuk seleksi
pasien Flu Brung / Flu Baru H1N1, semua
petugasnya sdh melakukan Universal
Precaution (UP)
Seleksi I oleh perawat yg terlatih yg tahu
gejala Flu Burung / Flu Baru H1N1 & faktor
risikonya, melakukan pemeriksaan sebelum
dokter datang
TRIAGE INSTALASI RAWAT DARURAT :

 Seleksi kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter


Triage, yang melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
sesuai standar pelayanan medik mengenai Flu Burung / Flu
Baru H1N1 yang ada.
 Jika diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka
dokter segera melakukan (oleh petugas Khusus) pemeriksaan
laboratorium sederhana dan Foto Toraks pada penderita
tersebut.
 Dari hasil pemeriksaan diagnostik fisik dan penunjang
tersebut, dokter dapat memulangkan atau segera merawat
penderita tersebut sesuai indikasi.
 Untuk penderita yang akan dirawat, maka dokter Triage segera
melaporkan hal rencana perawatan penderita tersebut pada
dokter Konsulen jaga /Penyakit dalam pada hari itu
GEJALA FLU BURUNG :

 Demam > 38oC


 Nyeri tenggorokan
 Batuk, pilek, bersin, mialgia
 Pada keadaan yang berat timbul respiratory
distress akibat pneumonia virus.
 Adanya kontak dalam 7 hari terakhir dengan
unggas di peternakan terutama jika unggas
tersebut menderita sakit/mati.
GEJALA FLU BARU H1N1

 Demam > 38oC  Sakit tenggorokan sakit


 Sakit kepala  Hidung yang berlendir
 Muntah-muntah
 Batuk
 Diare.
 Pegal linu
 Nafsu makan kurang
 Terasa lelah
 Iritasi mata.
DIAGNOSIS H1N1
DASAR DIAGNOSIS: KLINIS (RINGAN,
SEDANG & BERAT)
 SUHU > 38°C

 GEJALA ILI:

 BATUK
 PILEK
 NYERI OTOT
 NYERI TENGGOROK

Ditjen Bina Yanmed 44


KRITERIA KLINIS RINGAN
 ILI
 Tanpa sesak
 Tanpa Pneumonia
 Tidak ada faktor risiko (misalnya asma, DM,
obesiti, kurang gizi, < 5 th atau > 65 th,
kehamilan)

Ditjen Bina Yanmed 45


KRITERIA KLINIS SEDANG
DEWASA ANAK
 ILI dengan faktor risiko,  Dugaan adanya
ditambah salah satu kriteria Pneumonia:
di bawah - suhu > 38°C
 Sesak Nafas - Batuk atau kesulitan
 Pneumonia ringan (bila ada bernafas
X-ray)  Frekuensi pernafasan:
 Keluhan mengganggu: - < 2 bln: > 60 kali/mnt
diare,muntah-muntah
(tergantung penilaian klinis - 2 – 11 bln: > 50 kali/mnt
dokter yang merawat) - > 11 bln: > 40 kali/mnt

Ditjen Bina Yanmed 46


KRITERIA KLINIS BERAT
DEWASA ANAK
 Pneumonia luas (bilateral,  Demam > 38°C dan
multilobar)  Batuk atau kesulitan bernafas
 Gagal nafas dan
 Sepsis  Ada bunyi nafas atau mengi
 Syok saat tidak beraktivitas atau
 Kesadaran menurun  Adanya gejala berbahaya /
 ARDS (sindroma sesak berat :
nafas akut) - Tidak bisa minum
 Gagal multi organ - Muntah terus menerus
- Kebiruan di sekeliling
bibir
- Kejang
- Tidak sadar
- Anak < 2 th dengan demam
atau suhu tubuh dingin
Ditjen Bina Yanmed 47
DEFINISI KASUS AI
1. Kasus suspek AI
Seseorang menderita demam/panas 380C disertai 1 atau
lebih gejala dibawah ini:
- batuk
- sakit tenggorokan
- pilek
- sesak napas
dan diikuti satu atau lebih
a. pernah kontak kontak dgn unggas sakit/ mati mendadak
atau produk mentahnya dlm 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala
b. pernah tinggal / berkunjung di daerah yang terdapat
kematian unggas yg tidak biasa dlm 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala
c. pernah kontak dgn pasien AI konfirmasi dlm 7 hari
terakhir sebelum timbul gejala
d. pernah kontak dgn pasien AI H5N1 dlm 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala ( kerja di lab )
e. Ditemukan leukopeni  5000/ul
f. Titer antibodi terhadap H5 dgn uji H1 menggunakan eritrosit
kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipe
g. Foto toraks pneumonia yg cepat memburuk pada serial foto

ATAU

Kematian akibat ARDS yg tak diketahui penyebabnya dgn salah


satu keadaan dibawah ini:
a. Leukopeni atau limfositopenia dgn atau tanpa
trombositopenia (< 150.000/l)
b. Foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infitrat
di kedua sisi paru yang meluas pada serial foto
2. Kasus Probabel AI
Kasus suspek ditambah satu atau lebih
keadaan dibawah ini:
a. Kenaikan titer antibodi terhadap H5
minimal 4 kali dgn uji H1
menggunakan eritrosit kuda atau uji
ELISA
b. Hasil lab terbatas untuk influenza H5
menggunakan uji netralisasi
3. Kasus konfirmasi Influenza A / H5N1
Kasus suspek atau probabel dgn satu atau
lebih keadaan ini :
a. Biakan virus influenza A/H5N1 positif
b. PCR influenza A/H5N1 positif
c. Uji IFA positif
d. Kenaikan titer antibodi spesifik
influenza A/H5N fase konvalesen dgn uji
netralisasi, 4 Kali nilai awal
(akut).
DEFINISI KASUS FLU BARU H1N1
(SWINE INFLUENZA)

Berdasarkan edaran kewaspadaan Swine Flu


(Flu Meksiko) oleh Ditjen PP & PL)
1. Suspek
 Seseorang dgn gejala infeksi pernapasan akut
(demam > 380c) mulai dari yg ringan (Influenza
like ilines) sampai dgn Pneumoni, ditambah salah
satu keadaan dibawah ini :
 Dalam 7 hr sebelum sakit, pernah kontak dgn kasus
konfirmasi swine influenza (H1N1)/Flu Meksiko
 Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area
yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi Swine
Influenza (H1N1)/Flu Meksiko
2. Probable

 Seorang dengan gejala diatas disertai dengan hasil


pemeriksaan laboratorium positif terhadap Influenza
A tetapi tidak dapat diketahui sub tipenya dgn
menggunakan reagen influenza musiman
Atau
 Seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi
saluran pernapasan akut yg tidak diketahui
penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi
(kontak dalam 7 hr sebelum onset) dgn kasus
probable atau konfirmasi
3. Konfirmasi

 Seseorang dgn gejala diatas sudah


dikonfirmasi lab swine influenza (H1N1)/Flu
Meksiko dgn pemeriksaan satu atau lebih test
di bawah ini :
- Real time RT PCR
- Kultur Virus
- Peningkatan 4 kali antibody spesifik swine
influenza (H1N1)/Flu Meksiko dgn
netralisasi tes
Keterangan :
1. Yang dimaksud “kontak” adalah merawat,
tinggal serumah atau berhubungan langsung
dgn secret pernapasan atau cairan tubuh dari
kasus probable atau konfirmasi swine flu
H1N1/Flu Meksiko
2. Yang dimaksud “area” terjangkit adalah
area/negara yg mempunyai satu atau lebih
kasus konfirmasi yg ditetapkan oleh WHO.
Area/Negara ini setiap hari bisa bertambah,
sehingga harus selalu diikuti perkembangan
melalui website : www.who.int
RAWAT INAP
 Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit , dimana penderita menginap sedikitnya 1 (satu)
hari berdasarkan rujukan dari Triage Instalasi Rawat
Darurat.
 Petugas perawatan telah melakukan Standar
Universal Precaution.
 Semua penderita yang telah memenuhi kriteria Flu
Burung / Flu baru H1N1 dan telah dilakukan seleksi
pada Triage Instalasi Rawat Darurat.
 Perawatan dilakukan paling sedikit 1 minggu di ruang
isolasi
 Dalam perkembangan perawatan penderita bisa
dimasukkan ke ICU
PENANGANAN
 Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7
hari (masa penularan) karena ditakutkan
adanya transmisi melalui udara
 Oksigenasi, jika terdapat sesak napas dan
cenderung ke arah gagal napas dengan
mempertahankan saturasi O2 > 90 %
PENANGANAN
 Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral
(infus), atau minum yang banyak.
 Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti
analgetika/antipiretika, dekongestan, antitusif.
PENANGANAN
 Oseltamivir (obat penghambat neuraminidase)
diberikan untuk anak
 BB< 15 kg adalah 30 mg 2 kali sehari;
 BB >15--23 kg adalah 45 mg 2 kali
sehari;
 BB >23--40 kg adalah 60 mg 2 kali sehari;
 BB >40 kg adalah 75 mg 2 kali sehari.
 Dosis untuk penderita berusia > 13 tahun adalah
75 mg 2 kali sehari.
 Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah
onset influenza. Pemberian dilakukan selama 5
hari
 Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman
tipikal dan atipikal
 Metilprednisolon 1-2 mg/KgBB IV diberikan pada
pneumonia berat, ARDS atau pada syok sepsis yang
tidak respons terhadap obat-obat vasopresor
 Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin dan
makanan bergizi
PENANGANAN JENASAH PENDERITA FLU BURUNG

 Seluruh petugas pemulasaran jenasah harus mempersiapkan


standar universal precaution.
 Jika diperlukan untuk memandikan jenasah atau perlakuan
khusus terhadap jenasah maka hanya dapat dilakukan oleh
petugas khusus dengan tetap memperhatikan standar universal
precaution.
 Jenasah penderita flu burung ditutup dengan bahan yang
terbuat dari plastik (tidak dapat ditembus oleh air). Dapat juga
jenasah ditutup dengan bahan kayu atau bahan lainnya yang
tidak mudah tercemar
 Jenasah tidak boleh lebih dari 4 jam disemayamkan di dalam
pemulasaran jenasah.
Langkah – langkah pencegahan
 Sering cuci tangan
 Hindari mengusap mata, hidung dan mulut
 Hindari kontak erat dengan penderita:
jabat tangan, ciuman
 Menutup mulut dan hidung ketika batuk
dan bersin
 Jaga jarak (kurang lebih 2 m )
 Berperilaku hidup sehat
 Tinggal di rumah jika sakit
 Berobat ke dokter jika sakit
PENCEGAHAN
 Orang yang berisiko mendapat flu burung /flu baru H1N1atau
yang terpajan harus mendapat pencegahan dengan oseltamivir
75 mg dosis tunggal selama 1 minggu.
 Jika vaksin untuk flu burung /flu baru H1N1 ini telah tersedia,
dapat diberikan pada orang yang berisiko:
 Semua orang yang diduga kontak dengan unggas atau
peternakan unggas yang terinfeksi dengan avian influenza
(H5N1), terutama:
 orang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang terlibat
dalam pemusnahan unggas, dan
 orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah
dilaporkan terdapat/dugaan H5N1 atau di tempat pemisahan.
PENCEGAHAN
 Tenaga kesehatan yang menangani kasus
influenza H5N1 / influenza baru H1N1 pada
manusia.
 Tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana
pelayanan darurat di daerah terjadinya
influenza H5N1 dan flu baru H1N1
KEWASPADAAN UNIVERSAL STANDAR

 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan di bawah air mengalir dengan
menggunakan sabun dan sikat selama kurang lebih 5
menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan
telapak tangan maupun punggung tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
penderita.
 Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau
pakaian sekali pakai.
KEWASPADAAN UNIVERSAL STANDAR

 Memakai masker N95 atau minimal masker


bedah.
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata
goggle (bila diperlukan)
 Menggunakan apron/gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).
PEMULANGAN PENDERITA RAWAT INAP DAN
FOLLOW-UP
 PULANG KERUMAH (indikasi pulang perawatan)
 Penderita tidak demam selama 72 jam.
 Tidak batuk.
 Perbaikan foto toraks.
 Laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal
kembali.
 FOLLOW UP (TINDAK LANJUT) :
 Penderita rawat inap yang telah pulang ke rumah
diwajibkan untuk melakukan follow-up di Poliklinik
Penyakit Paru/Penyakit Dalam/Penyakit Anak/Instalasi
Rawat Darurat.
 Pemeriksaan ulang/kontrol dilakukan satu minggu setelah
pulang, pemeriksaan kontrol dilakukan foto toraks dan uji
lain yang abnormal (sesuai kondisi pasien)
KEP. MENKES RI NO : 414/MENKES/SK/IV/2007
TENTANG
PENETAPAN RS RUJUKAN FLU BURUNG
(avian influenza)

menetapkan

100 RS RUJUKAN
PENANGGULANGAN FLU BURUNG
RS RUJUKAN FB (lanjutan)

24 Sulawesi Utara
84 RSU Prof.DR. RD Kandou
85 RSU Dr Sam Ratulangi

25 Gorontalo
86 RSU Prof.Dr.H.Aloei Saboe
26 Sulawesi Tengah 28 Sulawesi Tenggara

87 RSU Undata
88 RSU Luwuk 97 RSU Kendari
89 RS MokopidoToli-Toli
90 RSU Kolonedale 29 Maluku

27 Sulawesi Selatan 98 RSU Dr. M Haulussy Ambon

91 RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo 30 Maluku Utara


92 RSU Andi Makkasau 99 RSU Chasan Basoeri Ternate
93 RSU Lakipadada Tana Toraja
94 RS Islam Faisal 31 Papua
95 RS Akademis Jaury 100 RSU Jayapura
96 RSU Sinjai
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009

TENTANG

PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU


H1N1 (MEXICAN STRAIN)
SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT
MENIMBULKAN WABAH
 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 756/MENKES/SK/IX/2006

TENTANG

PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU


BURUNG

Tgl : 20 SEPTEMBER 2006

 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA
NOMOR 522/MENKES/SK/VII/2009

TENTANG

PEMBIAYAAN PENDERITA INFLUENZA BARU (H1N1)

Tgl : 7 Juli 2009


PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

Episenter pandemi influenza : adalah


- lokasi pertama penemuan sinyal epidemiologi dan
sinyal virologis pandemi influenza,
- dengan kriteria kasus adanya kasus influensa yg sudah
bertransmisi dari manusia ke manusia secara terbatas
di RS.

Ada 3 Jenis episenter Pandemi Influenza di RS :


1. Episenter pandemi terjadi diluar rumah sakit :

Rumah sakit rujukan


Daerah Episenter
influenza
2. Episenter pandemi influenza di dalam Rumah
sakit :

RS Rujukan
Influenza
episenter

3. Rumah sakit berada didalam daerah episenter


pandemi influenza

RS
episenter Rujukan
influenza
BAGAIMANA MENGETAHUI
SINYAL PANDEMI INFLUENZA

SINYAL EPIDEMIOLOGIS
( termasuk klinis)
SINYAL VIROLOGIS
Sinyal Epidemiologis
Sinyal epidemiologis paling sensitif dan yang penting
adalah:
1. Klaster penderita atau kematian karena
pneumonia yang tidak jelas penyebabnya dan terkait
erat dalam faktor waktu dan tempat dengan rantai
penularan yang berkelanjutan atau

2. Klaster penderita positif flu burung dengan generasi


penularan kedua atau lebih tanpa hubungan darah
antar generasi dan atau adanya penularan kepada
petugas kesehatan yang merawat penderita Flu Burung.
 Yang dimaksud dengan generasi penularan kedua
adalah :
- apabila kasus awal menularkan kepada orang
kedua, dan orang kedua menularkan ke orang
ketiga.
- Tidak ada sumber paparan lain yang dapat
dibuktikan atau
- waktu interval mulai sakit ( timbul gejala) antara
kontak dengan kasus berikutnya adalah 7 hari atau
kurang.

Index case Org tertular Org tertular

Generasi kedua
Sinyal Virologis
a. Adanya reassortment (virus yg mengandung
material genetik manusia dan hewan) atau
b. Adanya mutasi pada isolat virus dari
manusia dan atau hewan

Interpretasi tanda virologis hrs bersamaan


dengan hasil penyelidikan epidemiologis
Penanganan episenter pandemi di Rumah Sakit
di bagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Rumah Sakit Non Rujukan Influenza :


- RS Non rujukan tidak dapat merawat Pasien Influenza, oleh
karena tidak ada fasilitas perawatan influenza
- Tim disaster diaktifkan
- Komando keluar RS, dipimpin oleh Direktur RS
Alur komando :
Direktur

Medik Keuangan

Tim Disaster

kepegawaian logistik transportasi IGD Dan lain-lain


Alur Pasien ILI di Sarana Pelayanan Kesehatan Non-Rujukan
Penerimaan
pasien

Penatalaksanaan Tidak Triase


seperti biasa Bukan ILI ILI

Ya
Observasi

ILI + sesak ILI

Ya Ya
Risti Beri Oseltamivir Risti

Tidak Tidak
Non-Risti Non-Risti

Foto throax dan laboratorium


laboratorium

Ya Leukosit Rawat, terapi


Ro:Pneumoni Leukopeni Leukosit N/>
N sesuai dengan wd
Tidak
Bukan Pneumoni Leukosit Rawat 
N Foto throax
Leukosit diperiksa Indikasi rawat
tiap 12 jam inap (-) 
Leukopeni selama 3 hari pulang dengan
Tidak KIE
Ro:Pneumoni
Leukosit Bukan Pneumoni
Leukopeni Ya
N/>

Terapi sesuai R-Rawat biasa di Rujuk ke Rumah Sakit


dengan wd RS setempat  rujukan
Ro tiap 3 hari

Tidak Ya
Ro:Pneumoni
2. Rumah Sakit Rujukan Influenza :
- Wajib menerima pasien influenza ( di Indonesia ada 100 RS
pemerintah )
- Alur Komando :

Direktur

Medik Keuangan

Tim Disaster

IGD &
kepegawaian logistik Tim influenza triase
Dalin

Penunjang Sarana &


humas Keamanan Transportasi
medik prasarana
Alur Pasien ILI di Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan

Datang sendiri Datang sendiri


Rujukan
tanpa Risti dengan Risti

Triase
IGD

ILI

Bukan Suspek Suspek

Rawat jalan / Inap Rawat inap Isolasi

Alur Pelaksanaan
Medis
Alur Pelaporan Kasus
MENKES

DITJEN PP&PL
(Posko KLB)

RS Rujukan DINKES
PROPINSI

RS Non Rujukan DINKES KAB/ KKP


KOTA INDUK

Masyarakat PUSKESMAS WILKER KKP


Alur Laporan
Garis Koordinasi
TINDAKAN PENANGGULANGAN EPISENTER
PANDEMI INFLUENZA

TGC Kab. lapor


Ditemukan ke Propinsi dan TGC Pusat
Sinyal Laporan ke Informasi ke
Pusat (POSKO) melakukan verifikasi
Epidemiolo Menkes dan WHO
tentang adanya epidemiologi dan
gi oleh TGC Dirjen PP&PL)
dugaan virology.
Kab./Kota episenter

Pernyataan
Menkes
(stlh Instruksi Presiden
Epidemiologi Virologi berkonsulta kepada Gubernur
TGC Kab dan Propinsi Positif:
Positif: si dgn dan Bupati untuk
melakukan: - Surveilans aktif Adanya virus
Presiden), melakukan
- Deteksi dini kasus influenza
- Manajemen ada tindakan
manusia baru yang Penanggulangan
kasus penularan
- Investigasi lapangan dapat (containment)
- Karantina antar
- Tindakan menular
rumah dan manusia
penanggulangan antar
(KLB atau
pemberian manusia Wabah)
profilaksis untuk
kontak
- Mobilisasi
sumber daya
Prinsip area penanggulangan

Klaster
indeks

xxx

Area
penanggula
ngan
episenter

Area
penyangga
TINDAKAN PENANGGULANGAN EPISENTER
PANDEMI INFLUENZA
Wilayah Penanggulangan
episenter (Containment Presiden
zone):
- Isolasi
- Pengobatan kasus
- Karantina (ijin keluar
Komnas FBPI
– masuk) Menteri Kesehatan
- Profilaksis massal
- Pembatasan
kegiatan sosial
- Mobilisasi
sumberdaya Surveilans Laporan Ke Kepala Daerah
- Pemulasaraan selama 8 (Gubernur/Bupati)
jenazah minggu
Instruksi Presiden
kepada Gubernur - Pengendalian infeksi
dan Bupati untuk - Surveilans
melakukan tindakan - Komunikasi risiko
Penanggulangan
(containment)

Wilayah Penyangga
(Buffer zone):
- Surveilans aktif dan - Bila dalam minggu pertama di
intensif wilayah penyangga ditemukan
- Pelacakan kontak kasus maka wilayah
- Isolasi dan pembatasan dan penyangga
pengobatan kasus diperluas.
suspek - Pengamatan kasus dilakukan
- Profilaksis kontak terus menerus untuk menilai
- Pengendalian infeksi kembali keberhasilan
- Pembatasan (reassessment) upaya
mobilisasi pembatasan.
- Komunikasi risiko
ALAMAT TIM PENANGGULANGAN FLU
BURUNG /FLU BARU H1N1 RS. Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 Tamalanrea, Makassar ,


Kode Pos 90245.
Hot Line IRD : (0411) 5014273
Telpon: (0411) 583333 -584677 , Psw. 155, 204
Ruang Perawatan Pakis (Rg. Isolasi)
Telpon: (0411) 583333 -584677 , Psw. 208

Kontak Person :
Dr. Khalid Saleh, SpPD : HP. 081524056815
Hot Line POSKO : (0411) 9114114 / 9247636
Fax.(0411) 581808
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai