Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP PERAWATAN PADA BAYI DAN

ANAK PENDERITA HIV AIDS ATAU


DENGAN ORANG TUA HIV AIDS
OLEH
KELOMPOK X PRODI PROFESI NERS

NI KOMANG AYU ARISTA (75)


LUH GDE DWIRINI NOVITHA PUTRI (76)
NI KETUT SINTA DEWI (77)
PUTU NABILA EKA SHANTI DIAH P.P (78)
NI WAYAN LINSA MIRAWATI GALUH (79)
NI PUTU AYU SANDRIANI (80)
NI MADE RISTYA KUSUMA DEWI (81)
BAIQ CICI KAMALIANI (82)
• AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske,
Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika
serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di
Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan
Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada
anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV
dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah
ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988
terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV
terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak
tertinggi didunia adalah di Afrika.
• AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh.

• HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus


pada manusia yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS.
PROSES PENULARAN PADA BAYI DAN ANAK YANG
TERINFEKSI HIV

• Penularan dari ibu kepada anak: dari ibu ke anak kandung,


selama persalinan, bayi baru lahir terpajan cairan tubuh ibu
yang terinfeksi, bayi tertular melalui ASI.
• Penularan melalui darah: transfusi darah yang tercemar HIV,
penggunaan alat yang tidak steril di sarana pelayanan
kesehatan, penggunaan alat yang tidak steril di sarana
pelayanan kesehatan tradisional.
• Penularan melalui hubungan seksual: pelecehan seksual pada
anak, pelacuran anak
TANDA DAN GEJALA HIV PADA ANAK

• Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis sampai terjadi
penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare, gagal
tumbuh, atau kandidiasis oral memberi kesan imunodefisiensi yang
mendasari. Kebanyakan anak dengan infeksi HIV-1 terdiagnosis
antara umur 2 bulan dan 3 tahun. Manifestasi klinisnya antara lain :
berat badan lahir rendah, gagal tumbuh, limfadenopati umum,
hepatosplenomegali, sinusitis, infeksi saluran pernafasan atas
berulang, parotitis, diare kronik atau kambuhan, infeksi bakteri dan
virus kambuhan, infeksi virus epstein-barr persisten, sariawan
orofaring, trombositopenia, infeksi bakteri seperti meningitis,
pneumonia interstisial kronik.

• 50% anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang


memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif,
perkembangan yang terhambat, atau hilangnya perkembangan
motoris.
CARA MENCEGAH HIV PADA ANAK

Pencegahan primer
• Pendekatan yang paling efektif untuk mencegah transmisi
vertikal adalah pencegahan pada wanita usia subur.

Pencegahan sekunder
• Pemberian antiretrovirus secara profilaksis
• Pertolongan persalinan oleh petugas terampil Pertolongan
persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan
• Pembersihan jalan lahir Pembersihan jalan lahir dengan
menggunakan chlorhexidine dengan konsentrasi cukup pada
saat intrapartum
• Persalinan dengan seksio sesaria
• Menjaga kesehatan ibu
PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL

• Bayi dan anak memerlukan tes HIV bila:


• Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV
seperti TB berat atau mendapat OAT berulang, malnutrisi, atau
pneumonia berulang dan diare kronis atau berulang)
• Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah
mendapatkan perlakuan pencegahan penularan dari ibu ke anak
• Untuk mengetahui status bayi/anak kandung dari ibu yang
didiagnosis terinfeksi HIV (pada umur berapa saja)
• Untuk mengetahui status seorang anak setelah salah satu
saudara kandungnya didiagnosis HIV; atau salah satu atau
kedua orangtua meninggal oleh sebab yang tidak diketahui
tetapi masih mungkin karena HIV
• Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum
suntik yang terkontaminasi, menerima transfusi berulang dan
sebab lain
• Anak yang mengalami kekerasan seksual
• PENDEKATAN DIAGNOSA HIV PADA ANAK
• Pada umumnya diagnosa infeksi HIV pada anak
ditegakkan atas dasar :
• Tergolong dalam kelompok resiko tinggi.
• Adanya infeksi oportunistik dengan atau tanpa keganasan
• Adanya tanda-tanda defisiensi imun, seperti menurunnya T4 (ratio
T4:T8)
• Tidak didapatkan adanya penyebab lain dari defisiensi imun.
• Terbukti adanya HIV baik secara serologi maupun kultur.

WHO telah menetapkan kriteria diagnosa AIDS pada anak sebagai berikut
Seorang anak (<12 tahun) dianggap menderita AIDS bila :
A. Lebih dari 18 bulan, menunjukkan tes HIV positif, dan sekurang-kurangnya didapatkan 2
gejala mayor dengan 2 gejala minor. Gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan
lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
B. Kurang dari 18 bulan, ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor dengan ibu yang HIV
positif. Gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan
dengan infeksi HIV.
Gejala Mayor :
a. Penurunan berat badan atau kegagalan pertumbuhan.
b. Diare kronik (lebih dari 1 bulan)
c. Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
d. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang parah
dan menetap
Gejala Minor :
a. Limfadenopati yang menyeluruh atau
hepatosplenomegali
b. Kandidiasis mulut dan faring
c. Infeksi ringan yang berulang (otitis media, faringitis
d. Batuk kronik (lebih dari 1 bulan)
e. Dermatitis yang menyelurh
f. Ensefalitis
• Klasifikasi infeksi HIV pada anak di bawah umur 18 tahun menurut Center for
Disease Control (CDC)
• Klas Subklas / kategori
• P-0 Infeksi yang tak dapat dipastikan (indeterminate infection)
• P1 Infeksi yang asimtomatik
• Subklas A : Fungsi immun normal
• Subklas B : Fungsi immun tak normal
• Subklas C : Fungsi immun tidak diperiksa
• P-2 Infeksi yang simtomatik
• Subklas A : Hasil pemeriksaan tidak spesifik (2/lebih gejala menetap lebih 2
bulan)
• Subklas B : Gejala neurologis yang progressip
• Subklas C : Lymphoid interstitial pneumonitis
• Subklas D : Penyakit infeksi sekunder
• Kategori D-1 Infeksi sekunder yang spesifik, sebagaimana tercantum dalam
daftar definisi surveillance CDC untuk AIDS
• Kategori D-2 Infeksi bakteri serius berulang
• Kategori D-3 Penyakit infeksi sekunder yang lain
• Subklas E : Kanker sekunder
• Kategori E-1 Kanker sekunder sebagaimana tercantum dalam daftar definisi
surveillance CDC untuk AIDS
• Kategori E-2 Kanker lain yang mungkin juga disebabkan karena infeksi AIDS
• Subklas F : Penyakit-penyakit lain yang mungkin juga disebabkan oleh infeksi
H HIV
• Kriteria AIDS Related Complex (ARC) pada anak (CDC)
• Kriteria Mayor :
• Pneumonitis interstitialis
• “Oral Thrush” yang menetap / berulang
• Pembesaran kelenjar parotis
• Kriteria Minor :
• Limfadenopati pada 2 tempat atau lebih (bilateral dihitung 1)
• Pembesaran hepar dan lien
• Diare menahun / berulang
• Kegagalan pertumbuhan (“failure to thrive”)
• Ensefalopati idiopatik progresip
• Kriteria Laboratorium :
• Peningkatan IgA / IgM dalam serum
• Perbandingan T4/T8 terbalik
• IVAP rendah
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK HIV

• 1. Uji Virologis
• Uji virologis digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik (biasanya
setelah umur 6 minggu), dan harus memiliki sensitivitas minimal 98% dan
spesifisitas 98% dengan cara yang sama seperti uji serologis.
• Uji virologis direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur <18
bulan.
• Uji virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif menggunakan darah
plasma EDTA atau Dried Blood Spot (DBS), bila tidak tersedia HIV DNA
dapat digunakan HIV RNA kuantitatif (viral load, VL) mengunakan plasma
EDTA.
• Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk diperiksa
dengan uji virologis pada umur 4 – 6 minggu atau waktu tercepat yang
mampu laksana sesudahnya.
• Pada kasus bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif maka
terapi ARV harus segera dimulai; pada saat yang sama dilakukan
pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan uji virologis kedua.
• Hasil pemeriksaan virologis harus segera diberikan pada tempat pelayanan,
maksimal 4 minggu sejak sampel darah diambil. Hasil positif harus segera
diikuti dengan inisiasi ARV.
• Uji Serologis
• Uji serologis yang digunakan harus memenuhi sensitivitas minimal 99%dan
spesifisitas minimal 98% dengan pengawasan kualitas prosedur dan standardisasi
kondisi laboratorium dengan strategi seperti pada pemeriksaan serologis dewasa.
• Umur <18 bulan – digunakan sebagai uji untuk menentukan ada tidaknya pajanan HIV
• Umur >18 bulan – digunakan sebagai uji diagnostik konfirmasi
• Anak umur < 18 bulan terpajan HIV yang tampak sehat dan belum dilakukan uji
virologis, dianjurkan untuk dilakukan uji serologis pada umur 9 bulan. Bila hasil uji
tersebut positif harus segera diikuti dengan pemeriksaan uji virologis untuk
mengidentifikasi kasus yang memerlukan terapi ARV.
• Jika uji serologis positif dan uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan
klinis ketat dan uji serologis ulang pada usia 18 bulan.
• Anak umur < 18 bulan dengan gejala dan tanda diduga disebabkan oleh infeksi HIV
harus menjalani uji serologis dan jika positif diikuti dengan uji virologis.
• Pada anak umur < 18 bulan yang sakit dan diduga disebabkan oleh infeksi HIV tetapi
uji virologis tidak dapat dilakukan, diagnosis ditegakkan menggunakan diagnosis
presumtif.
• Pada anak umur < 18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur diagnostik dilakukan
tanpa perlu menghentikan pemberian ASI.
• Anak yang berumur > 18 bulan menjalani tes HIV sebagaimana yang dilakukan pada
orang dewasa.
• Agar pelaksana di lapangan tidak ragu, berikut ini skenario klinis dalam memilih
perangkat diagnosis yang tepat.
Tabel Skenario Pemeriksaan HIV

Kategori Tes yang diperlukan Tujuan Aksi


Bayi sehat, ibu Uji Virologi Mendiagnosis HIV Mulai ARV bila terinfeksi
terinfeksi HIV umur 6 minggu HIV
Bayi-pajanan HIV Serologi ibu atau bayi Untuk identifikasi Memerlukan tes virologi bila
tidak diketahui atau memastikan terpajan HIV
pajanan HIV
Bayi sehat terpajan Serologi pada Untuk Hasil positif harus diikuti
HIV, umur 9 bulan imunisasi 9 bulan mengidentifikasi dengan uji virologi dan
bayi yang masih pemantauan lanjut. Hasil
memiliki antibodi negatif, harus dianggap tidak
ibu atau terinfeksi, ulangi test bila
seroreversi masih mendapat ASI
Bayi atau anak dg Serologi Memastikan Lakukan uji virologi bila
gejala dan tanda infeksi umur < 18 bulan
sugestif infeksi HIV
Bayi umur > 9 - < 18 Uji virologi Mendiagnosis HIV Bila positif terinfeksi segera
bulan dengan uji masuk ke tatalaksana HIV
serologi positif dan terapi ARV
Bayi yang sudah Ulangi uji (serologi Untuk Anak < 5tahun terinfeksi
berhenti ASI atau virologi) setelah mengeksklusi HIV harus segera mendapat
berhenti minum ASI 6 infeksi HIV setelah tatalaksana HIV termasuk
minggu pajanan dihentikan ARV
• Catatan:

• Mulai kehamilan trimester ketiga, antibodi maternal ditransfer secara pasif


kepada janin, termasuk antibodi terhadap HIV, yang dapat terdeteksi sampai umur
anak 18 bulan. Oleh karena itu pada anak berumur < 18 bulan yang dilakukan uji
antibodi HIV dan menunjukkan hasil reaktif, tidak serta merta berarti anak
tersebut terinfeksi HIV.
• Untuk memastikan diagnosis HIV pada anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan
uji virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau komponennya. Anak dengan
hasil uji virologi HIV positif pada usia berapapun, artinya terkena infeksi HIV.
• ASI dapat mengandung virus HIV bebas atau sel yang terinfeksi HIV.
Konsekuensi dari mendapat ASI adalah adanya risiko terpajan HIV, sehingga
penetapan infeksi HIV baru dapat dilaksanakan bila pemeriksaan dilakukan
ATAU diulang setelah ASI dihentikan > 6 minggu.

• Uji laboratorium yang digunakan:


• Kultur HIV – standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi.
• Reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction [PCR]) – mendeteksi asam
deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis
HIV pada bayi dan anak.
• Uji antigen HIV – mendeteksi antigen HIV.
• HIV, IgA, IgM – mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara
eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).
Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak
mudah. Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat
ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.

• Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak


yang terinfeksi HIV : Penurunan rasio CD4 terhadap CD8.
• Limfopenia.
• Anemia, trombositopenia.
• Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM).
• Penurunan respon terhadap tes kulit (candida albican, tetanus).
• Respon buruk terhadap vaksin yang didapat (dipteria, tetanus, morbili )
• Haemophilus influenzae tipe B
• Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut.
• Penurunan persentase CD4+.
• PENATALAKSANAAN HIV/AIDS PADA BAYI DAN
ANAK

• Diberikan obat-obatan antiretroviral (ARV)


• Memberikan asuhan nutrisi pada bayi dan anak
dengan HIV/AIDS
• Dukungan sosial spiritual pada anak dengan
HIV/AIDS
• PEMANTAUAN RESPONS TERHADAP ARV

• Pengamatan 6 bulan pertama pada kasus dalam terapi ARV


merupakan masa penting. Diharapkan terjadi perbaikan klinis
dan imunologis tetapi juga harus diwaspadai kemungkinan
toksisitas obat dan/atau Immune Reconstitution Syndrome
(IRIS). Beberapa anak gagal mencapai perbaikan dan bahkan
menunjukkan tanda deteriorasi klinis. Komplikasi yang terjadi
pada minggu-minggu pertama umumnya lebih banyak
ditemukan pada anak defisiensi imun berat. Meskipun
demikian tidak selalu berarti respons yang buruk, karena untuk
mengontrol replikasi HIV dan terjadinya perbaikan sistim
imun memerlukan waktu. Juga diperlukan waktu untuk
membalik proses katabolisme akibat infeksi HIV yang sudah
terjadi selama ini, terutama pada anak dengan “wasting”.
• Selain itu ada anak yang menunjukkan eksaserbasi infeksi
subklinis yang selama ini sudah ada seperti contohnya
TB, sehingga tampak seperti ada deteriorasi klinis. Hal ini
bukan karena kegagalan terapi tetapi karena keberhasilan
mengembalikan fungsi sistim imun (immune
reconstitution). Oleh karena itu penting untuk mengamati
hasil terapi lebih lama sebelum menilai efektivitas paduan
pengobatan yang dipilih dan mempertimbangkan
terjadinya IRIS. Pada waktu penting ini yang perlu
dilakukan adalah mendukung kepatuhan berobat dan
bukan mengganti obat.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai