KLP 10 Perawatan by Anak Hiv
KLP 10 Perawatan by Anak Hiv
• Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis sampai terjadi
penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare, gagal
tumbuh, atau kandidiasis oral memberi kesan imunodefisiensi yang
mendasari. Kebanyakan anak dengan infeksi HIV-1 terdiagnosis
antara umur 2 bulan dan 3 tahun. Manifestasi klinisnya antara lain :
berat badan lahir rendah, gagal tumbuh, limfadenopati umum,
hepatosplenomegali, sinusitis, infeksi saluran pernafasan atas
berulang, parotitis, diare kronik atau kambuhan, infeksi bakteri dan
virus kambuhan, infeksi virus epstein-barr persisten, sariawan
orofaring, trombositopenia, infeksi bakteri seperti meningitis,
pneumonia interstisial kronik.
Pencegahan primer
• Pendekatan yang paling efektif untuk mencegah transmisi
vertikal adalah pencegahan pada wanita usia subur.
Pencegahan sekunder
• Pemberian antiretrovirus secara profilaksis
• Pertolongan persalinan oleh petugas terampil Pertolongan
persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan
• Pembersihan jalan lahir Pembersihan jalan lahir dengan
menggunakan chlorhexidine dengan konsentrasi cukup pada
saat intrapartum
• Persalinan dengan seksio sesaria
• Menjaga kesehatan ibu
PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL
WHO telah menetapkan kriteria diagnosa AIDS pada anak sebagai berikut
Seorang anak (<12 tahun) dianggap menderita AIDS bila :
A. Lebih dari 18 bulan, menunjukkan tes HIV positif, dan sekurang-kurangnya didapatkan 2
gejala mayor dengan 2 gejala minor. Gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan
lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
B. Kurang dari 18 bulan, ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor dengan ibu yang HIV
positif. Gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan
dengan infeksi HIV.
Gejala Mayor :
a. Penurunan berat badan atau kegagalan pertumbuhan.
b. Diare kronik (lebih dari 1 bulan)
c. Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
d. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang parah
dan menetap
Gejala Minor :
a. Limfadenopati yang menyeluruh atau
hepatosplenomegali
b. Kandidiasis mulut dan faring
c. Infeksi ringan yang berulang (otitis media, faringitis
d. Batuk kronik (lebih dari 1 bulan)
e. Dermatitis yang menyelurh
f. Ensefalitis
• Klasifikasi infeksi HIV pada anak di bawah umur 18 tahun menurut Center for
Disease Control (CDC)
• Klas Subklas / kategori
• P-0 Infeksi yang tak dapat dipastikan (indeterminate infection)
• P1 Infeksi yang asimtomatik
• Subklas A : Fungsi immun normal
• Subklas B : Fungsi immun tak normal
• Subklas C : Fungsi immun tidak diperiksa
• P-2 Infeksi yang simtomatik
• Subklas A : Hasil pemeriksaan tidak spesifik (2/lebih gejala menetap lebih 2
bulan)
• Subklas B : Gejala neurologis yang progressip
• Subklas C : Lymphoid interstitial pneumonitis
• Subklas D : Penyakit infeksi sekunder
• Kategori D-1 Infeksi sekunder yang spesifik, sebagaimana tercantum dalam
daftar definisi surveillance CDC untuk AIDS
• Kategori D-2 Infeksi bakteri serius berulang
• Kategori D-3 Penyakit infeksi sekunder yang lain
• Subklas E : Kanker sekunder
• Kategori E-1 Kanker sekunder sebagaimana tercantum dalam daftar definisi
surveillance CDC untuk AIDS
• Kategori E-2 Kanker lain yang mungkin juga disebabkan karena infeksi AIDS
• Subklas F : Penyakit-penyakit lain yang mungkin juga disebabkan oleh infeksi
H HIV
• Kriteria AIDS Related Complex (ARC) pada anak (CDC)
• Kriteria Mayor :
• Pneumonitis interstitialis
• “Oral Thrush” yang menetap / berulang
• Pembesaran kelenjar parotis
• Kriteria Minor :
• Limfadenopati pada 2 tempat atau lebih (bilateral dihitung 1)
• Pembesaran hepar dan lien
• Diare menahun / berulang
• Kegagalan pertumbuhan (“failure to thrive”)
• Ensefalopati idiopatik progresip
• Kriteria Laboratorium :
• Peningkatan IgA / IgM dalam serum
• Perbandingan T4/T8 terbalik
• IVAP rendah
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK HIV
• 1. Uji Virologis
• Uji virologis digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik (biasanya
setelah umur 6 minggu), dan harus memiliki sensitivitas minimal 98% dan
spesifisitas 98% dengan cara yang sama seperti uji serologis.
• Uji virologis direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur <18
bulan.
• Uji virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif menggunakan darah
plasma EDTA atau Dried Blood Spot (DBS), bila tidak tersedia HIV DNA
dapat digunakan HIV RNA kuantitatif (viral load, VL) mengunakan plasma
EDTA.
• Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk diperiksa
dengan uji virologis pada umur 4 – 6 minggu atau waktu tercepat yang
mampu laksana sesudahnya.
• Pada kasus bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif maka
terapi ARV harus segera dimulai; pada saat yang sama dilakukan
pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan uji virologis kedua.
• Hasil pemeriksaan virologis harus segera diberikan pada tempat pelayanan,
maksimal 4 minggu sejak sampel darah diambil. Hasil positif harus segera
diikuti dengan inisiasi ARV.
• Uji Serologis
• Uji serologis yang digunakan harus memenuhi sensitivitas minimal 99%dan
spesifisitas minimal 98% dengan pengawasan kualitas prosedur dan standardisasi
kondisi laboratorium dengan strategi seperti pada pemeriksaan serologis dewasa.
• Umur <18 bulan – digunakan sebagai uji untuk menentukan ada tidaknya pajanan HIV
• Umur >18 bulan – digunakan sebagai uji diagnostik konfirmasi
• Anak umur < 18 bulan terpajan HIV yang tampak sehat dan belum dilakukan uji
virologis, dianjurkan untuk dilakukan uji serologis pada umur 9 bulan. Bila hasil uji
tersebut positif harus segera diikuti dengan pemeriksaan uji virologis untuk
mengidentifikasi kasus yang memerlukan terapi ARV.
• Jika uji serologis positif dan uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan
klinis ketat dan uji serologis ulang pada usia 18 bulan.
• Anak umur < 18 bulan dengan gejala dan tanda diduga disebabkan oleh infeksi HIV
harus menjalani uji serologis dan jika positif diikuti dengan uji virologis.
• Pada anak umur < 18 bulan yang sakit dan diduga disebabkan oleh infeksi HIV tetapi
uji virologis tidak dapat dilakukan, diagnosis ditegakkan menggunakan diagnosis
presumtif.
• Pada anak umur < 18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur diagnostik dilakukan
tanpa perlu menghentikan pemberian ASI.
• Anak yang berumur > 18 bulan menjalani tes HIV sebagaimana yang dilakukan pada
orang dewasa.
• Agar pelaksana di lapangan tidak ragu, berikut ini skenario klinis dalam memilih
perangkat diagnosis yang tepat.
Tabel Skenario Pemeriksaan HIV