Anda di halaman 1dari 44

ASFIKSIA DAN

TENGGELAM
PRESENTAN
› MUHAMMAD RIZAL AULIA
› AYI ABDUL BASITH
PRESEPTOR
› FAHMI ARIEF HAKIM, dr., Sp. F
ASFIKSIA
›Asfiksia adalah keadaan yang ditandai
dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pernafasan yang mengakibatkan
hipoksia atau berkurangnya oksigen darah
disertai hiperkapnea atau peningkatan
karbon dioksida. Dengan demikian tubuh
mengalami hipoksia hipoksik dan terjadi
kematian
ETIOLOGI
›Penyebab alamiah: penyakit yang
menyumbat saluran napas (laringitis, difteri,
fibrosis paru)
›Trauma mekanik: trauma yang
mengakibatkan emboli udara vena, emboli
lemak, pneumothorax bilateral, sumbatan
atau halangan pada jalan napas.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala asfiksia akan terjadi
berurutan sesuai fase patofisiologi berikut :
1. Fase dispnea : adanya perangsangan
medula oblongata akibat rendahnya
kadar oksigen dan tingginya kadar
karbondioksida.
MANIFESTASI KLINIS
2. Fase konvulsi : perangsangan susunan
saraf pusat akibat peningkatan kadar
karbondioksida, berupa kejang klonik,
lalu tonik, dan akhirnya terjadi
opistotonus, dilatasi pupil, serta
penurunan denyut jantung dan tekanan
darah
MANIFESTASI KLINIS
3. Fase Apneu : depresi pusat nafas hingga
nafas terhenti, kesadaran turun.
4. Fase Akhir : terjadi paralisis pusat
pernafasan menyeluruh dengan jantung
masih berdenyut beberapa saat
setelahnya.

Keseluruhan gejala tersebut berlangsung 4-


5 menit hingga timbul kematian.
PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH
› Sianosis pada ujung bibir, jari dan kuku
› Perbendungan sistemik dan pulmonal
dengan dilatasi jantung
› Lebam merah-kebiruan gelap dan
terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
lebih luas karena CO2 yang tinggi dan
kadar fibrinolisin.
PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH
› Busa halus pada hidung dan mulut akibat
peningkatan pernapasan fase 1 disertai
sekresi selaput lendir saluran napas
bagian atas.
› Perbendungan mata yaitu pelebaran
konjungtiva bulbi dan palpebra yang
terjadi pada fase 2
› Muncul Tardieu’s spot akibat hipoksia
endotel
PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH

1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih


encer, karena fibrinolisin darah yang
meningkat pasca mati
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan
3. Pembendungan sirkulasi seluruh organ
dalam tubuh  menjadi lebih berat,
3. Pembendungan sirkulasi seluruh organ
dalam tubuh  menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada
pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie: mukosa usus halus, epikardium
pada bagian belakang jantung daerah
aurikuloventrikular, subpleura viseralis
paru terutama di lobus bawah pars
diafragmatika dan fisura interlobaris,
kulit kepala sebelah dalam terutama
daerah otot temporal, mukosa epigotis
dan daerah subglotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang
berhubungan dengan hipoksia
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
kekerasan, seperti fraktur laring langsung /tidak
langsung, perdarahan faring terutama bagian
belakang rawan krikoid (pleksus vena
submukosa dengan dinding tipis).
KASUS PENYEBAB ASFIKSIA
› Pembekapan: menutup saluran hidung dan
mulut untuk menghambat udara masuk ke
paru.
Contohnya: bunuh diri, kecelakaan,
pembunuhan
Terdapat luka memar permukaan dalam
lidah akibat terdorong dan menekan gigi
dan gusi
KASUS PENYEBAB ASFIKSIA
› Gagging (orofaring) dan Chocking
(laringofaring): hambatan saluran napas
akibat benda asing.
Kasus yang paling sering adalah akibat
kecelakaan yang terjadi bila tertawa atau
menangis saat makan sehingga makanan
tersedak masuk saluran napas.
KASUS PENYEBAB ASFIKSIA
› Pencekikan: penekanan leher dengan
tangan sehinggga saluran napas terhalang
dan udara napas tidak dapat lewat.
Dapat ditemukan luka lecet pada kulit
sekitar leher, luka memar pada kulit akibat
penekanan jari, dan fraktur os hyoid
KASUS PENYEBAB ASFIKSIA
› Penjeratan: penekanan benda asing berupa
tali, ikat pinggang rantai, stagen, kawat,
kabel, kaos kaki, dan sebagainya, melingkari
dan mengikat leher yang makin lama makin
kuat sehingga saluran nafas tertutup.
Penjeratan biasanya adalah pembunuhan
dengan simpul mati sehingga alat bukti
penjerat harus diamankan dengan baik.
KASUS PENYEBAB ASFIKSIA
› Gantung: hampir sama dengan kasus
penjeratan bedanya adalah sumber tenaga
untuk memperkecil lingkar jerat.
Gantung biasanya kasus bunuh diri dengan
posisi korban kaki tidak menyentuh lantai,
duduk berlutut, atau berbaring.
Hanging Strangulasi
Lokasi penjeratan di atas os hyoid Lokasi penjeratan di bawah os hyoid

Bentuk V dengan apeks di simpul Bentuk horizontal/ melingkar dnegan


letak simpul horizontal
Os hyoid rusak Kerusakan os hyoid minimal
Jejas paling dalam berlawanan Jejas uniform seluruhnya
dengan arah simpul

Tulang vertebrae cervicalis kadang Tidak terdapat dislokasi vertebrae


dislokasi cervicalis
Keluar busa halus Keluar busa halus bercampur darah

Kematian asfiksia karena lidah Kematian asfiksia karena trakea patah


menutup uvula (sal. Nafas atas)

Tidak ada luka lecet dari atas ke Terdapat luka lecet dari atas ke bawah
bawah sebagai usaha perlawanan korban

Kematian akibat penjeratan lebih cepat


dibanding hanging karena terjadi
kerusakan Tr. Respiratorius, V.
jugularis, dan A. karotis
TENGGELAM
›Kematian akibat asfiksia disebabkan
masuknya cairan ke saluran napas.
Terbenam pertama
kali karena gravitasi BJ tubuh < BJ air, korban timbul dan
berusaha mengambil nafas tdk bs
berenang, air masuk tertelan dan
terinhalasi  BJ korban > BJ air 
tenggelam untuk ke-2 kalinya.

Proses pembusukan  pembentukan gas


mengapungkan tubuh korban sekitar 7-14 hari
tubuh dapat rusak terkena benda-benda
disekitar, digigit binatang atau karena proses
pembusukan itu sendiri  gas pembusukan
akan keluar tubuh terbenam yang ke-3 kalinya
AIR TAWAR
Air Tawar Cepat diserap dalam jumlah banyak

hemodilusi cairan di pembuluh air masuk ke aliran darah sekitar


darah >> alveoli pecahnya RBC (hemolisis)

kompensasi tubuh mengeluarkan K dari serabut otot jantung sehingga K plasma


↑, terjadi perubahan keseimbangan K dan Ca dalam serabut otot jantung dapat
mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan ↓ tek. Darah

kematian akibat anoksia otak. (5


menit)
AIR ASIN

Terjadi hemokonsentrasi, cairan keluar


sampai 42%  jaringan paru  edema
pulmonum berat (waktu singkat)

Air asin  dalam darah  peningkatan


Hematokrit dan Na plasma anoksia
miokardium dan disertai peningkatan
viskositas darah  payah jantung.
MEKANISME KEMATIAN AKIBAT
TENGGELAM
1.Asfiksia akibat spasme laring

2.Asfiksia karena gaging dan choking.

3.Refleks vagal.

4.Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)

5.Edema Pulmoner (dalam air asin)


PEMERIKSAAN
Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan korban tenggelam
adalah:
1. Menentukan identitas korban.
•Pakaian dan benda milik korban.
•Warna dan distribusi rambut dan identitas lain.
•Kelainan atau deformitas dan jaringan parut.
•Sidik jari.
•Pemeriksaan Gigi.
•Teknik identifikasi lain.
2. APAKAH KORBAN MASIH HIDUP
SAAT TENGGELAM
Pada mayat segar, dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan:

Pemeriksaan diatom.

Dibandingkan kadar elektrolit Mg darah


dari bilik jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan, air
dalam lambung dan alveoli yang secara fisik dan
kimia sifatnya sama dengan air tempat korban
tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.
3. PENYEBAB KEMATIAN YANG
SEBENARNYA DAN JENIS
DROWNING

• gambaran pasca-mati dapat


Mayat yang menunjukan tipe drowning &
segar penyebab kematian lain (penyakit,
keracunan atau kekerasan lain).

Kecelakaan
• benturan ante mortem (antemortem
di kolam impact) pada tubuh
renang
4. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPERAN PADA PROSES KEMATIAN
Ditemukan pada pemeriksaan luar atau
melalui bedah jenazah:
›Kekerasan.
›Alkohol.
›Obat-obatan.
5. TEMPAT KORBAN PERTAMA KALI
TENGGELAM
›Pemeriksaan diatom dari air tempat korban
ditemukan dapat membantu menentukan
apakah korban tenggelam di tempat itu/
tempat lain.
6. APAKAH TERDAPAT PENYULIT
ALAMIAH LAIN YANG
MEMPERCEPAT KEMATIAN
a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih
hidup waktu masuk ke air, maka perlu
ditentukan apakah kematian disebabkan
karena air masuk ke saluran pernafasan
(tenggelam).
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru dan
lambung, berarti kematian terjadi seketika
akibat spasme glottis yang menyebabkan
cairan tidak dapat masuk.
7. APAKAH TERDAPAT PENYULIT
ALAMIAH LAIN YANG MEMPERBERAT
KEMATIAN (CONTRIBUTING CAUSE)

Bila sudah ditentukan


Bila tidak ditemukan air
bahwa korban masih hidup
dalam paru dan lambung,
waktu masuk ke air, maka
berarti kematian terjadi
perlu ditentukan apakah
seketika akibat spasme
kematian disebabkan
glottis yang menyebabkan
karena air masuk ke saluran
cairan tidak dapat masuk.
pernafasan (tenggelam).
Waktu yang diperlukan untuk terbenam bervariasi
tergantung dari:Keadaan sekeliling korban,

Reaksi perorangan yang


bersangkutan,

Keadaan kesehatan

Jumlah serta sifat cairan yang


dihisap ke saluran pernafasan.

Keadaan sekeliling korban,


Pemeriksaan Luar Jenazah

Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumur pasir, lumpur dan benda-benda asing lain yang terdapat
dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam air.
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 50F/menit, suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam
waktu 5 atau 6 jam.

Lebam mayat (livor mortis), tampak jelas pada dada depan, leher dan kepala; lebam mayat berwarna
merah terang yang perlu dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.

Pembusukan sering tampak, kulit kehijauan atau merah gelap; pada pembusukan lanjut tampak gelembung pembusukan,
terutama bagian atas tubuh, dan scrotum serta penis dan labia mayora, kulit telapak tangan dan kaki dapat mengelupas.
Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina)
sering dijumpai. Terjadi selama interval antara
kematian somatic dan seluler, atau merupakan
perubahan post-mortal karena terjadi rigor mortis
pada mm.erector pili (karena rangsang dinginnya
air).

Washer woman’s hand, telapak tangan dan kaki


berwarna keputihan dan berkeriput yang disebabkan
karena inhibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya
membutuhkan waktu lama.

Busa halus putih berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut dan atau
hidung.
Terbentuknya busa halus tersebut sebagai
berikut:
• Cairan masuk ke saluran pernafasan merangsang
ternentuknya mucus, substansi ini bercampur dengan
air dan surfaktan paru-paru terkocok oleh upaya
pernafasan yang hebat.
• Pembusukan akan merusak busa tersebut dan
terbentuk pseudofoam yang berwarna kemerahan
yang berasal dari darah dan gas pembusukan.
Perdarahan berbintik (petechial haemorrhages) dapat ditemukan pada ke-2 kelopak
mata, terutama kelopak mata bagian bawah.

Pada pria, skrotumnya dapat mengkerut.

Lidah dapat memar dan ditemukan bekas gigitan (tanda korban berusaha hidup atau
sedang epilepsi) sebagai akibat tenggelam.

Cadaveric spasme (jarang dijumpai)  berusaha untuk tidak tenggelam,


sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau rumput yang tergenggam,
adanya Cadaveric spasm menunjukan korban dalam keadaan hidup saat tenggelam.
Persentuhan korban dengan dasar sungai atau benda-benda disekitarnya  Luka wajah, tangan dan
tungkai bagian depan  luka tersebut sering mengeluarkan darah  sering berkesan bahwa korban
dianiaya sebelum ditenggelamkan.

Pada kasus bunuh diri (terjun dari tempat tinggi), benturan keras kerusakan kepala/patah tulang leher
kematian

Bila korban adalah bayi, maka dapat dipastikan pembunuhan.

Bila korban dewasa mati di empang dangkal, harus dipikirkan adanya unsur pidana; misal setelah diberi
racun, korban dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan.
Pemeriksaan Bedah Jenazah
›Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air) dalam
saluran pernapasan (trakhea dan percabangannya).

›Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi


kandung jantung.

›Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum


interalveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan (bercak
Paltauf) akibat robeknya penyekat alveoli.
›Dapat juga ditemukan paru-paru yang “biasa” karena cairan tidak
masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah
(melalui proses imbibisi).

›Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan.

› Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainya


yang mungkin pula terdapat dalam usus halus.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Diatom
• Dilakukan pada jaringan paru mayat
segar.
• Bila mayat telah membusuk,
pemeriksaan diatom dilakukan dari
jaringan ginjal, otot skelet atau
sumsum tulang paha.
• Pemeriksaan diatom positif bila
pada jaringan paru ditemukan
diatom cukup banyak 4-5/LPB atau
10-20 per satu sediaan atau pada
sumsum tulang cukup ditemukan
hanya satu.
PEMERIKSAAN DARAH JANTUNG
›Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada
darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan kanan.
›Bila tenggelam di air tawar,berat jenis dan kadar
elektrolit darah jantung kiri < dari jantung kanan.
›Sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi
sebaliknya.
DIAGNOSIS TENGGELAM
› Bila mayat masih segar (belum terdapat
pembusukan), maka diagnosis kematian akibat
tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan
melalui pemeriksaan yang teliti dari:
›pemeriksaan luar
›pemeriksaan dalam
›pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan,
destruksi jaringan dan berat jenis serta kadar elektrolit
darah.
› Bila mayat sudah membusuk, maka
diagnosis kematian akibat tenggelam
dibuat berdasaran adanya diatom yang
cukup banyak pada paru-paru yang bila
disokong oleh penemuan diatom pada
ginjal, otot atau pada sum-sum tulang
maka diagnosis akan makin pasti

Anda mungkin juga menyukai