Anda di halaman 1dari 57

Middle East Respiratory Syndroma

Corona Virus (MERS CoV)


deteksi dan tatalaksana dini
Middle East Respiratory Syndroma
Corona Virus (MERS CoV)
Cassandra Kelly-Cirino et al. BMJ Glob Health 2019
etiologi
 Coronavirus-EC MERS-CoV.
 spesies beta Coronavirus garis keturunan C
 MERS-CoV pertama kali dilaporkan di Arab
Saudi
http://www.fao.org
http://www.fao.org
http://www.fao.org
http://www.fao.org
Gambaran klinis
 demam (≥38ᴼC), batuk, menggigil,
rhinorrhea, kelelahan dan mialgia.
 Gejala gastrointestinal.
 Gejala pernapasan.
 Pada kasus yang lebih berat  gagal
nafas akut
Perjalanan Penyakit MERS-CoV 1

 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


 demam (>38°C)
 sakit tenggorok
 batuk
 sesak napas
 sesak napas pada anak
 usia < 2 bulan : > 60 ×/menit
 usia 2 bulan - < 12 bulan : > 50 ×/menit
 usia 1 tahun - < 5 tahun : > 40 ×/menit
Perjalanan Penyakit MERS-CoV 2

 Pneumonia Berat
 Pasien remaja atau dewasa
 Demam, batuk
 Frekuensi napas > 30 ×/menit
 Gangguan pernapasan berat
 Saturasi O2 (SpO2) < 90%
Perjalanan Penyakit MERS-CoV 3

 Acute Respiratory Distress


Syndrome (ARDS)
 Onset : akut
 Radiologis :
 opasitas bilateral
 Edema paru :
The Egyptian Journal of Radiology and Nuclear Medicine 2016
The Egyptian Journal of Radiology and Nuclear Medicine 2016
Ann Saudi Med. 2014
Perjalanan Penyakit MERS-CoV
 Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
 Tingkat hipoksemia
 ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300
mmHg dengan PEEP atau CPAP ≥ 5 cmH2O
 ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200
mmHg dengan PEEP ≥ 5 cmH2O
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan
PEEP ≥ 5 cmH2O
 PaO2 tidak tersedia, rasio SpO2/FiO2 ≤ 315 
ARDS
Perjalanan Penyakit MERS-CoV 4

 Sepsis
 Terbukti infeksi atau diduga infeksi dengan
2 atau lebih kondisi berikut :
 Suhu > 38°C atau < 36°C
 Nadi > 90 ×/menit
 Frekuensi napas > 20 ×/menit atau
 PaCO2 < 32 mmHg
 Lekosit > 12.000 atau < 4000/mm3 atau > 10%
bentuk imatur
Perjalanan Penyakit MERS-CoV 5

 Sepsis berat
 Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi
(asidosis laktat) atau hipotensi
 Disfungsi organ (oliguria, acute kidney injury/AKI,
hipoksemia, transaminitis, koagulopati,
trombositopenia, gangguan kesadaran, ileus atau
hiperbilirubinemia)
 Syok sepsik
 Sepsis yang disertai hipotensi (sistolik < 40
mmHg) meskipun sudah dilakukan resusitasi
cairan adekuat dan terdapat tanda hipoperfusi.
Definisi kasus MERS-CoV
 Merujuk pada definisi kasus WHO,
klasifikasi kasus MERS-CoV adalah
sebagai berikut
Kasus dalam penyelidikan"/Suspek
infeksi MERS-CoV
a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) dengan tiga gejala di bawah ini:
 Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
 Batuk,
 Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran
radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit. Perlu waspada pada pasien dengan gangguan
system kekebalan tubuh (immunocompromised)
karena gejala dan tanda tidak jelas.
DAN
salah satu dari kriteria berikut :
 Adanya klaster penyakit yang sama
dalam periode 14 hari, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain.
salah satu dari kriteria berikut :
 Adanya petugas kesehatan yang sakit
dengan gejala sama setelah merawat
pasien ISPA berat (SARI / Severe Acute
Respiratory Infection), terutama pasien
yang memerlukan perawatan intensif,
tanpa memperhatikan tempat tinggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain.
salah satu dari kriteria berikut :
 Seseorang yang memiliki riwayat
perjalanan ke Timur Tengah (negara
terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum
sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab
penyakit lain.
salah satu dari kriteria berikut :
 Adanya perburukan perjalanan klinis
yang mendadak meskipun dengan
pengobatan yang tepat, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain.
Kasus dalam penyelidikan"/Suspek
infeksi MERS-CoV
b. Seseorang dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) ringan
sampai berat yang memiliki riwayat
kontak erat dengan kasus konfirmasi
atau kasus probable infeksi MERS-
CoV dalam waktu 14 hari sebelum
sakit. Tidak perlu menunggu hasil tes
untuk patogen lain sebelum pengujian
untuk MERS-CoV.
Kasus Probabel
a. Seseorang dengan pneumonia atau
ARDS dengan bukti klinis, radiologis atau
histopatologis
DAN
 Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV
atau hasil laboratoriumnya negative pada satu
kali pemeriksaan spesimen yang tidak
adekuat.
DAN
 Adanya hubungan epidemiologis langsung
dengan kasus konfirmasi MERS Co-V.
Kasus Probabel
b. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS
dengan bukti klinis, radiologis atau
histopatologis
DAN
Hasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif
(pemeriksaan skrining hasilnya positif tanpa
konfirmasi biomolekular).
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung
dengan kasus konfirmasi MERS Co-V.
Kasus Konfirmasi
 Seseorang menderita infeksi MERS-
CoV dengan konfirmasi laboratorium.
Deteksi Dini
 Pengawasan terhadap orang
 Pengawasan terhadap barang
 Pengawasan terhadap alat angkut
Cara penularan MERS-CoV
 Virus ini dapat menular antar manusia
secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia secara
luas dan bekelanjutan.
 Mekanisme penularan belum diketahui.
 Kemungkinan penularannya dapat melalui
 Langsung
 Tidak Langsung
Pemeriksaan Lab
 Reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR)
 Bahan pemeriksaan :
 Spesimen dari saluran napas atas (hidung,
nasofaring dan/atau swab tenggorokan)
 Spesimen saluran napas bagian bawah
(sputum, aspirat endotracheal, kurasan
bronkoalveolar)
 Tempat pemeriksaan :
 Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta
Penatalaksanaan kasus
 Sampai saat ini belum ada pengobatan
yang bersifat spesifik.
 pengobatan hanya bersifat suportif
tergantung kondisi keadaan pasien.
 WHO tidak merekomendasikan
pemberian steroid dosis tinggi.
 Belum ada vaksin tersedia untuk
MERS-CoV.
Terapi oksigen
 Tanda2 depresi napas berat, hipoksemia
(SpO2 <90%) atau syok
 Mulai 5 L/mnt (nasal kanul), titrasi SpO2
>90% (dewasa) atau SpO2 >92–95% (ibu
hamil)
 Pulse oximetry, O2, selang O2 & masker
harus tersedia
 JANGAN batasi O2 dengan alasan
ventilatory drive terganggu
 Pemantauan secara ketat pasien
ISPA berat bila terdapat tanda-tanda
perburukan klinis (gagal napas akut,
hipoperfusi jaringan, syok dan
emerlukan perawatan intensif)
Pengendalian Infeksi
 Transmisi penularan virus MERS-CoV
belum jelas, dapat terjadi melalui :
 Langsung :
 melalui percikan dahak (droplet) pada saat
pasien batuk atau bersin.
 Tidak Langsung :
 melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi virus.
Pencegahan dan pengendalian
infeksi 1

 pencegahan transmisi droplet.


 pencegahan standar pada setiap pasien
yang diketahui atau dicurigai memiliki
infeksi pernafasan akut, termasuk pasien
dengan dicurigai, probable atau
terkonfirmasi MERS-CoV
 dimulai dari triase pada pasien dengan
gejala infeksi pernapasan akut yang
disertai demam.
Pencegahan dan pengendalian
infeksi2
 Pengaturan ruangan dan pemisahan
tempat tidur minimal 1 meter antara
setiap pasien yang tidak menggunakan
APD.
 Pastikan triase dan ruang tunggu
berventilasi cukup.
Pencegahan dan pengendalian
infeksi3
 Terapkan etika batuk.
 pencegahan airborne digunakan untuk
prosedur yang menimbulkan penularan
aerosol (intubasi trakea, pemasangan
ventilasi non-invasif, tracheostomi dan
bantuan ventilasi dengan ambu bag
sebelum intubasi
 Jemaah haji yang baru pulang dari Saudi
Arabia dilakukan pengamatan selama 14 hari
sejak tanggal kepulangan.
 Jamaah haji diberikan K3JH dan bila dalam
kurun waktu 14 hari sejak tanggal
kepulangan mengalami sakit batuk, demam,
sesak napas agar datang ke petugas
kesehatan dengan membawa K3JH.
Simpulan
1. Middle East Repiratory Syndrome (MERS) merupakan
penyakit pernapasan yang disebabkan oleh MERS-CoV.
Transmisi terjadi melalui kontak dekat dengan orang
yang terinfeksi.
2. Menurut WHO, klasifikasi kasus MERS-CoV yaitu
penyelidikan, probable dan konfirmasi.
3. Tampilan klinis MERS berkisar dari asimtomatik sampai
sindrom distres pernapasan akut dan kegagalan multi
organ.
4. Hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia dan
belum ada pengobatan khusus yang telah
direkomendasikan.
5. Terapi infeksi MERS bersifat suportif
Terima kasih
‫شكرا‬
HUBUNGAN EPIDEMIOLOGIS
LANGSUNG
 Adalah apabila dalam waktu 14 hari
sebelum timbul sakit :
 Melakukan kontak fisik erat dengan kasus
probable atau konfirmasi ketika kasus
sedang sakit.
 Bekerja bersama dalam jarak dekat atau
didalam satu ruangan
 Bepergian bersama dengan segala jenis
alat angkut / kendaraan
KLASTER
 Adalah bila terdapat dua orang atau
lebih memiliki penyakit yang sama,dan
mempunyai riwayat kontak yang sama
dalam jangka waktu 14 hari. Kontak
dapat terjadi pada keluarga atau rumah
tangga, dan berbagai tempat lain
seperti rumah sakit, ruang kelas, tempat
kerja, barak militer, tempat rekreasi, dan
lainnya.
Kontak erat meliputi
 Seseorang yang memberikan perawatan
pada pasien mencakup petugas
kesehatan atau keluarga, atau seseorang
yang memiliki kontak fisik erat serupa;
 Seseorang yang tinggal di tempat yang
sama (mis: tinggal bersama, berkunjung)
dengan kasus probabel atau terkonfirmasi
ketika kasus sedang sakit.
SKEMA PATOGENESIS INFLUENZA MANUSIA

Respon
antibodi Kerusakan sel
Inokulasi Replika epitel
DROPLET si lokal Respon sitokin
/ aerosol Gangguan
Respon CMI
fagositosis

Infeksi sekunder
bakterial
Pencegahan droplet

Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1
meter dari pasien.

Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau
berkelompok dengan diagnosis penyebab penyakit
yang sama.

Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin
diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis
klinis yang sama dan berbasis faktor risiko
epidemiologi yang sama dengan pemisahan
minimal 1 meter.
 Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien
memakai masker medis saat berada di luar kamar.
Pencegahan airborne

Pastikan bahwa petugas kesehatan
menggunakan APD (sarung tangan, baju
lengan panjang, pelindung mata, dan
respirator partikulat (N95 atau yang
setara)) ketika melakukan prosedur
tindakan yang dapat menimbulkan
aerosol.
 Bila mungkin, gunakan satu kamar
berventilasi adekuat ketika melakukan
prosedur yang menimbulkan aerosol.
Kewaspadaan standar

Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri
(APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah
pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan)
dan kulit lecet atau luka.

Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala
pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat
memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata karena
semprotan sekresi dapat mengenai mata.

pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam,
 pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
disinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan
A case of MERS-CoV; Chest X-ray; frontal projection three days after admission
showing progression of left lung opacity withextension into the left mid-zone and
subtle right paracardiac opacity.

The Egyptian Journal of Radiology and


Nuclear Medicine 2016
A 33-year-old female with Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV),
serial radiographs showing multiple irregular reticular lines of fibrosis on follow-up chest
radiographs. The rest of the lung is completely free of any irregular reticular lines of
fibrosis (A) Frontal chest radiograph obtained on the initial presentation shows the area
of ground-glass opacity at the right cardio-phrenic angle. (B) A follow-up frontal chest
radiograph obtained at day 20, shows bilateral diffuse ground-glass opacities with
occasional airspace consolidations. (C) A follow-up frontal chest radiograph obtained at
day 230, shows bilateral multiple irregular reticular lines of fibrosis (arrows)
X-ray of man with MERS

Anda mungkin juga menyukai