Anda di halaman 1dari 15

BRONKIOLITIS

Medical Education Laboratory


Learning Objective
• Etiologi Bronkiolitis
• Diagnosis bronkiolitis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisil, dan penunjang
• Tatalaksana bronkiolitis
DEFINISI
Peradangan di bronkiolus, terdapat 2 definisi :

• Penyakit viral yang berkarakteristik demam, pilek dan wheezy cough yang
bersifat kering
• Gejala klinis yang diawali prodormal ISPA virus diikuti dengan ↑ usaha nafas dan
wheezing pada anak < 2 thn

Karakteristik : inflamasi akut, nekrosis sel epitel saluran respiratori


kecil, produksi mukus ↑, edema mukosa, bronkospasm
ETIOLOGI
• Respiratory synctial virus (RSV) (50-80%)
• Adenovirus
• Human metapneumovirus (3-19%)
• Virus influenza
• Parainfluenza virus tipe 3
• Koinfeksi beberapa virus lain (10-30% bayi dirawat)
Pathogen

PATHOGENESIS Transmisi melalui udara

Sampai ke paru-paru

Nekrosis epitel bronkial, hipersekresi mukus, edema


mukosa
Terbentuk sumbatan
mukus

Obstruksi bronkial

HIPERINFLASI & collapse


jaringan paru distal
MANIFESTASI KLINIS
• Batuk, pilek dan demam  gejala
keterlibatan respirasi bawah, wheezing,
takipnea (ringan-gagal napas) dan retraksi.
(puncak pada hari ke 3-4)

• Pemeriksaan Fisik :
– Nafas cepat
– Grunting, sianosis, suhu tubuh normal,
retraksi (subcostal, interkostal dan
suprasternal), hiperresonansi thoraks,
dada tampak hiperinflasi, suara napas
normal atau ekspirasi memanjang,
wheezing dan crackles
– Hepar & lien teraba karena hiperinflasi
thoraks
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Evidence based diagnosis dari pemeriksaan lab dan radiologi : B
• Rontgen thoraks : normal atau hiperinflasi dengan pendataran
diafragma, atelektasis atau konsolidasi
• Pulse oxymetri : SaO2 ↓
• Lab :
– AGD : hipoksemia, pada kasus berat bisa ditemukan hiperkapnia
dan asidosis
– Enzyme linked immunosorbent assay (EIA) atau
immunoflourescence dari sekret hidung : antigen RSV (+)
Checkpoint !
Seorang bayi berusia 8 bulan datang ke tempat praktek
anda dengan keluhan menurut ibunya demam, batuk
dan tampak seperti kesulitan bernapas, dan pasien
sedikit menyusu. Pada pemeriksaan fisik didapati bahwa
nafas 50 x/menit, suhu 380C, terlihat retraksi dada (+/+).
Pada auskultasi paru ditemukan wheeezing (+/+), rhonki
(+/+), ekspirasi memanjang. Tidak ditemukan riwayat
asma maupun alergi pada kedua orangtuanya. Ini kali
pertamanya anak seperti ini menurut ibunya. Anda
langsung memberikan bronkodilator 1x namun kondisi
pasien tidak membaik.
• Apakah penyebab dan diagnosis kasus tersebut?
Checkpoint !
Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun datang diantar
ibunya dengan keluhan batuk, pilek 2 hari, dan demam
tinggi. Menurut keterangan ibu, seluruh keluarga sedang
batuk dan pilek. Semalam pasien sesak, kurang mau
makan dan minum. Pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi nafas 50x/menit, suhu 38oC, nafas cuping
hidung, retraksi interkostal dan subkostal, wheezing dan
ronkhi basar kasar. Jika pasien tersebut anda
rencanakan untuk pemeriksaan rontgen toraks
Apakah gambaran radiologis yang paling khas yang akan
ditemukan?
RESPIRATORY DISTRESS ASSESSMENT
INSTRUMENT (RDAI)
Nilai Nilai maks
0 1 2 3 4
Wheezing:
Ekspirasi - Akhir ⅟₂ 3⁄ Sepanjang 4
4
Inspirasi - Sebagian Semua 2
Lokasi - ≤2 dari 4 ≥3 dari 4 2
lapang paru lapang paru
Retraksi :
Supraklavikular - Ringan Sedang Jelas 3
Interkostal - Ringan Sedang Jelas 3
Subkostal - Ringan Sedang Jelas 3
Total 17

Nilai >15 : Berat


Nilai 4-14 : sedang
Nilai <3 : Ringan
TATALAKSANA
• Prinsip : hidrasi & O2
• Ringan  rawat jalan
– Nasehat untuk orang tua : teruskan
pemberian makanan, tingkatkan
pemberian cairan. Memburuk  rawat
inap
• Berat  rawat inap
– O2 lembab (nasal kanul) dan ukur saturasi
O2
– Jika pemberian obat tidak mungkin po
karena resiko aspirasi  IV
– Cairan infus : terutama bila RR >60-
70x/mnt, tidak mau minum, sesak napas
TATALAKSANA
• Antibiotik (bila curiga bakteri)
– Ampisilin 100-200 mg/KgBB/hr IV dalam 4 dosis
– Bila ada konjunctivitis pada bayi 1-4 bl, kemungkinan infeksi sekunder
Chlamydia trachomatis  eritromisin 40 mg/KgBB/hr po dalam 4
dosis
• Chest physiotherapy  tidak efektif
• Nebulasi epinefrin (adrenalin)
– Lebih baik bila dikombinasikan dengan deksametason
– Adrenalin lebih aman dan relatif murah, tetapi nebulisasi epinefrin
dan glukokortikoid tidak direkomendasikan sebagai terapi rutin
TATALAKSANA
• Nebulisasi (cont)
– Dosis epinefrin rasemik 2,25% 0,25-0,75 mL dalam NaCl
fisiologis 3 mL/20 mnt, atau
– Epinefrin-levo 5 mL larutan 1:1000
– Dosis 4 mL larutan NaCl 3%, 3-6x/hari (dapat ↑ clearance
mucous)
meduPEDIA
Usia < 2 tahun
Diagnosis Demam, batuk, pilek
wheezing, crackles
Hiperinflasi dada

Terapi Bronkiolitis
Etiologi
Prinsip : hidrasi dan O2 Respiratory synctial virus (RSV)
Tidak perlu pengobatan farmakologi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai