Anda di halaman 1dari 16

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU

REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN KODE ETIK


PENYELENGGARA PEMILU
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN
2017
TENTANG PEMILIHAN UMUM

KENDARI ,11 OKT 2017


Kode Etik Penyelenggara Pemilu
Melaksanakan ketentuan pasal 157 UU
No.7/2017 DKPP menyusun dan menetapkan
kode etik penyelenggara pemilu.
Materi Muatan Peraturan DKPP No. 2
Tahun 2017
Isu Keterangan
Judul Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara
Pemilu
Ketentuan Umum Disesuaikan dengan UU No.7/2017

Tujuan Pengaturan Kode Etik penyelenggaran Pemilu


bertujuan menjaga integritas, kehormatan,
kemandirian,dan kredibilitas anggota KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN,
KPPSLN serta anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan,
Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Pengawas TPS.
Ruang Lingkup Setiap penyelenggara Pemilu wajib bekerja, bertindak,
menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai
penyelenggara Pemilu dengan berdasarkan Kode Etik
dan pedoman perilaku Penyelenggara Pemilu, serta
sumpah/janji jabatan.
Materi Muatan Peraturan DKPP No. 2
Tahun 2017
Isu Keterangan

Larangan • menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau


jasa, janji atau pemberian lainnya dalam kegiatan
tertentu secara langsung maupun tidak langsung
dari peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD,
DPRD, dan tim kampanye kecuali dari sumber
APBN/APBD sesuai dengan ketentuan Perundang-
undangan;
• menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau
jasa atau pemberian lainnya secara langsung
maupun tidak langsung dari perseorangan atau
lembaga yang bukan peserta Pemilu dan tim
kampanye yang bertentangan dengan asas
kepatutan dan melebihi batas maksimum yang
diperbolehkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Politik Hukum Penegakan Kode Etik
Penyelenggara Pemilu
• Penataan ulang pelaksanaan tugas DKPP untuk memeriksa
dan memutus dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara
pemilu.
• DKPP memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran kode etik
oleh anggota KPU RI, Bawaslu RI, KPU Prov, Bawaslu Prov, KPU
Kab/Kota, Bawaslu Kab/Kota.
• KPU Kab/Kota, Bawaslu Kab/Kota memeriksa dugaan
pelanggaran kode etik badan adhoc.
• TPD memeriksa dugaan pelanggaran kode etik , KPU Prov,
Bawaslu Prov, KPU Kab/Kota, Bawaslu Kab/Kota dan Badan
Adhoc
Penataan Pelaksanaan Tugas DKPP
UU No.7/2017
Pasal 159 Ayat (1): DKPP bertugas menerima aduan dan/laporan dugaan pelanggaran kode etik oleh
penyelenggara pemilu. DKPP melakukan verifikasi serta pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik.
Pasal 158 : DKPP bersidang untuk melakukan pemeriksaan dugaan adanya pelanggaran kode etik
yang dilakukan oleh, KPU, anggota KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, : anggota Bawaslu,
anggota Bawaslu provinsi dan anggota, Bawaslu Kabupaten / Kota.
Pasal 74: Pemberhentian anggota PPK,PPS dan KPPS didahului dengan verifikasi oleh KPU Kab/Kota.
Dalam hal rapat pleno KPU Kab/Kota memutus pemberhentian, anggota PPK,PPS dan KPPS
diberhentikan sementara sampai dengan diterbitkannya keputusan pemberhentian.
Pasal 164 ayat (1) dan (2)
Dalam melaksanakan tugasnya DKPP dapat membentuk Tim Pemeriksa daerah di setiap provinsi
yang bersifat ad hoc masing-masing berjumlah 4 orang.

Pasal 459 :
(2) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan memeriksa
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota.
(3) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan
memeriksa dan dapat memutus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, KPPS,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Desa/Kelurahan, dan Pengawas TPS.
Alur Penerimaan Pengaduan
Alur Penerimaan Pengaduan
Pemeriksaan
Teradu Pemeriksa

anggota KPU RI, Bawaslu RI DKPP


KPU Prov, Bawaslu Prov, KPU Kab/Kota, DKPP bersama TPD
Bawaslu Kab/Kota bersama adhoc
Adhoc (PPK,PPS,KPPS,Panwascam, PPL, KPU Kab/Kota atau Bawaslu Kab/Kota jika
Pengawas TPS) memutus pemberhentian badan adhoc
diberhentikan sementara dan diteruskan
ke DKPP.
Badan adhoc yang diberhentikan KPU DKPP bersama TPD
Kab/Kota atau Bawaslu Kab/Kota
Tim Pemeriksa Daerah
Isu Rancangan Peraturan

Kedudukan Tim Pemeriksa Daerah berkedudukan di Ibukota Provinsi.

Keanggotaan Tim Pemeriksa Daerah terdiri atas :


a. 1 (satu) orang anggota DKPP;
b. 1 (satu) orang anggota KPU Provinsi/KIP Aceh;
c. 1 (satu) orang anggota Bawaslu Provinsi; dan
d. 1 (satu) orang unsur masyarakat yang berasal dari akademisi, tokoh
masyarakat, atau praktisi yang memiliki pengetahuan kepemiluan dan etika,
berdomisili di wilayah kerja Tim Pemeriksa Daerah.
• Tim Pemeriksa Daerah dari unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh, unsur Bawaslu
Provinsi, dan Unsur Masyarakat bertugas selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan.
• Keanggotaan Tim Pemeriksa Daerah terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota dan anggota.
• Ketua Tim Pemeriksa Daerah dijabat oleh Anggota DKPP
Tim Pemeriksa Daerah
Isu Rancangan Peraturan

Syarat Syarat untuk menjadi anggota Tim Pemeriksa Daerah dari unsur masyarakat
adalah sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 45 (empat puluh lima) tahun;
c. setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945;
d. mempunyai etika, moral, integritas, pribadi yang kuat, jujur, dan adil;
e. tidak menjadi anggota partai politik, sekurang-kurangnya dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun;
f. mampu secara jasmani dan rohani;
g. memiliki kompetensi di bidang kepemiluan dan etika;
h. berpendidikan paling rendah magister atau Strata 2 (S2); dan
i. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Tim Pemeriksa Daerah
Isu Rancangan Peraturan

Pengangkatan • Tim Pemeriksa Daerah yang berasal dari unsur KPU Provinsi/KIP Aceh dan Bawaslu
Provinsi ditetapkan oleh DKPP berdasarkan usulan dari masing-masing lembaga.
• Tim Pemeriksa Daerah dari unsur masyarakat diangkat dan ditetapkan oleh DKPP
• Prosedur pengangkatan Tim Pemeriksa Daerah dari unsur masyarakat sebagai
berikut:

a. DKPP mengirimkan formulir kesediaan kepada calon Tim Pemeriksa Daerah unsur
Masyarakat paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhir masa tugasnya.
b. Calon Tim Pemeriksa Daerah menyampaikan kelengkapan dokumen persyaratan
paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak menerima formulir kesediaan dari DKPP.
c. DKPP melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan calon Tim Pemeriksa Daerah
dari unsur masyarakat.
d. DKPP mengumumkan calon Tim Pemeriksa Daerah selama 5 (lima) Hari melalui
laman DKPP dan media sosial lainnya untuk mendapat tanggapan dari
masyarakat.
e. Tanggapan masyarakat disampaikan kepada DKPP dilengkapi identitas lengkap
dan bukti dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan.
f. Dalam hal terdapat tanggapan masyarakat, DKPP melakukan klarifikasi kepada
calon Tim Pemeriksa Daerah.
g. Tim Pemeriksa Daerah dari unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh, unsur Bawaslu
Provinsi, dan unsur Masyarakat ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua DKPP.
Tim Pemeriksa Daerah
Isu Rancangan Peraturan

Tim Pemeriksa a. Dalam hal Tim Pemeriksa Daerah dari unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh
berhalangan dan/atau Bawaslu Provinsi sebagai Teradu, Tim Pemeriksa Daerah dari
unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh dan/atau Bawaslu Provinsi tidak dapat
menjadi Tim Pemeriksa.
b. Dalam hal Tim Pemeriksa Daerah sebagaimana huruf a menjadi teradu, KPU
Provinsi atau KIP Aceh dan/atau Bawaslu Provinsi mengajukan pengganti.
c. Dalam hal Ketua dan seluruh anggota KPU Provinsi atau anggota KIP Aceh
menjadi Teradu, sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik
dilakukan oleh Tim Pemeriksa Daerah tanpa melibatkan unsur KPU Provinsi
atau KIP Aceh.
d. Dalam hal Ketua dan seluruh anggota Bawaslu Provinsi menjadi Teradu,
sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik dilakukan oleh Tim
Pemeriksa Daerah tanpa melibatkan unsur Bawaslu Provinsi.
e. Dalam hal Ketua dan seluruh anggota KPU Provinsi atau KIP Aceh serta
Ketua dan seluruh anggota Bawaslu Provinsi menjadi Teradu, sidang
pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik dilakukan oleh Tim Pemeriksa
Daerah tanpa melibatkan unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh dan Bawaslu
Provinsi.
Tim Pemeriksa Daerah
Isu Rancangan Peraturan

Tim Pemeriksa • Dalam hal Ketua Tim Pemeriksa berhalangan, Ketua DKPP
berhalangan
dapat menugaskan Anggota DKPP lainnya sebagai
pengganti.
• Dalam hal Ketua dan seluruh Anggota DKPP berhalangan
menjadi Tim Pemeriksa Daerah, pelaksanaan sidang
pemeriksaan ditunda dan dilakukan penjadwalan ulang.
Tim Pemeriksa Daerah
Isu Rancangan Peraturan

Tim Pemeriksa Daerah • Dalam hal Tim Pemeriksa Daerah dari unsur KPU Provinsi atau KIP
Aceh dan/atau Bawaslu Provinsi berhalangan, KPU Provinsi atau
KIP Aceh dan/atau Bawaslu Provinsi dapat mengajukan pengganti.
• Dalam hal Ketua dan seluruh anggota KPU Provinsi atau KIP Aceh
serta Ketua dan seluruh anggota Bawaslu Provinsi berhalangan,
sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik dilakukan oleh
Tim Pemeriksa Daerah tanpa melibatkan unsur KPU Provinsi atau
KIP Aceh dan Bawaslu Provinsi.
• Dalam hal anggota Tim Pemeriksa Daerah dari unsur masyarakat
berhalangan, DKPP dapat menugaskan Anggota Tim Pemeriksa
Daerah unsur masyarakat lainnya.
Data Persidangan DKPP 2012-2017
Amar Putusan

Perkara Jumlah
Perkara Perkara Perkara
No Sedang Teradu
Tahun Naik Sidang Diputus Teguran Tertulis Pemberhentian Pemberhentian Pemberhentian
Diperiksa Rehabilitasi Ketetapan Diputus
(Peringatan) Sementara Tetap dari Jabatan Ketua

1 2012 30 30 0 18 18 0 33 0 3 72

2 2013 141 141 0 399 133 14 91 0 28 665

3 2014 333 333 0 627 336 5 188 3 122 1281

4 2015 115 115 0 282 122 4 42 2 13 465

5 2016 163 163 0 376 173 3 46 2 10 610

6 2017*) 118 106 12 248 126 19 49 8 5 455

Jumlah 900 888 12 1950 908 45 449 15 181 3548

Keterangan PERKARA PERKARA PERKARA ORANG ORANG ORANG ORANG ORANG ORANG ORANG

Sumber : DKPP RI

*)Catatan : Data s/d 3 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai