Anda di halaman 1dari 25

GAGAL JANTUNG

Oleh :
I Made Mega Kencana Putra
16710034
PENDAHULUAN

suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari


oleh ketidakmampuan jantung untuk
GAGAL
memompakan darah keseluruh jaringan tubuh
JANTUNG
secara adekuat, akibat adanya gangguan
struktural dan fungsional dari jantung.

Pada studi Farmingham kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia
> 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap
1000 orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal
jantung.

Saat ini gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan
angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara
berkembang termasuk Indonesia.

BAGAIMANA PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN


PENATALAKSANAAN DARI GAGAL JANTUNG ?
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI JANTUNG
DEFINISI GAGAL JANTUNG
 Menurut Manurung & Mahudi :

suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh


ketidakmampuan jantung untuk memompakan
darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat,
akibat adanya gangguan struktural dan fungsional
dari jantung.
PATOFISIOLOGI GAGAL JANTUNG
ETIOLOGI GAGAL JANTUNG
 Penyakit Jantung Koroner
 Hipertensi

 Cardiomiopathy

 Kelainan Katup Jantung

 Penyakit Jantung Rematik

 Aritmia

 Alkohol dan Obat-obatan

 Merokok, Diabetes, Obesitas


GAGAL JANTUNG BERDASARKAN
MANIFESTASI KLINIS
Gagal Jantung Kiri dan Gagal Jantung Kanan

 Gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan dapat terjadi


secara tersendiri karena pemompaan ventrikel yang
terpisah satu dengan yang lain. Gagal jantung kiri dapat
terjadi akibat disfungsi ventrikel kiri yang tidak mampu
memompakan darah. Peningkatan tekanan atrium kiri
meningkatkan tekanan vena pulmonalis sehingga
menyebabkan edema paru yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan sesak napas, batuk, dan kadang
hemoptisis.
 Gagal jantung kanan terjadi akibat disfungsi ventrikel
kanan yang tidak mampu menangani pengembalian darah
dari sirkulasi sistemik dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan edema perifer karena darah terbendung
dan kembali ke dalam sirkulasi sistematis.
Gagal Jantung High Output dan Low Output

o Apabila curah jantung normal atau melebihi normal


tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh akan darah teroksigenasi disebut gagal
jantung high output. Tanda khas dari gagal jantung
high output adalah mudah lelah dan lemah. High
output ditemukan pada penurunan resistensi
vaskuler sistemik seperti hipertiroidisme, anemia,
fistula A-V, beri-beri dan penyakit Paget.
o Apabila curah jantung menurun di bawah nilai
normal disebut gagal jantung low output, disebabkan
oleh hipertensi, kardiomiopati, kelainan katup dan
perikard. Tanda khas dari gagal jantung low output
adalah edema karena terjadi aliran balik darah
akibat gagal ventrikel.
Gagal Jantung Akut dan Kronik

 Gagal jantung akut disebabkan bila pasien


secara mendadak mengalami penurunan curah
jantung dengan gambaran klinis dispnea,
takikardia serta cemas, pada kasus yang lebih
berat penderita tampak pucat dan hipotensi
 Gagal jantung kronik terjadi jika terdapat
kerusakan jantung yang disebabkan oleh iskemia
atau infark miokard, hipertensi, penyakit
jantung katup dan kardiomiopati sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung secara
bertahap.
GEJALA GAGAL JANTUNG
 Dispnea
 Ortopnea

 Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)

 Batuk

 Rasa mudah lelah

 Edema
DIAGNOSIS

Menurut Daulat Manurung


dan Muhadi

Tabel 1. Gagal jantung merupakan sindrom klinis dengan gambaran berikut :

Gejala gagal jantung (sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, lelah, letih, pembengkakan pergelangan kaki) dan

Gejala khas gagal jantung (takikardi, takipnu, rales pada paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugular,

edema perifer, hepatomegali) dan

Bukti objektif abnormalitas struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung tiga, bising

jantung, abnormalitas pada echocardiografi, peningkatan konsentrasi natriuretic peptide)


LANJUTAN...

Kriteria
Framingham

Tabel 2. Kriteria Framingham

Kriteria Mayor Kriteria Minor

Paroxysmal Nocturnal Dyspnea Edema ekstremitas

Peningkatan vena jugularis Batuk malam hari

Ronkhi paru Dispnea d’effort

Kardiomegali Hepatomegali

Edema paru akut Efusi pleura

Bunyi jantung ketiga (S3) Takikardia (>120 kali/menit)

Peningkatan tekanan vena jugularis Penurunan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari pengobatan

Refleks hepatojugular

Diagnosis dibuat berdasarkan adanya minimal ada satu kriteria mayor dan dua
kriteria minor
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
 Pada pemeriksaan keadaan umum pasien yang diduga
gagal jantung dapat dilakukan melalui evaluasi
apakah terdapat gejala-gejala seperti disebutkan di
atas (dispnea, ortopnea, PDN, batuk, edema pulmonal).
Pemeriksaan lainnya juga dapat dilakukan dengan
palpasi untuk mengevaluasi denyut nadi yang
menurun, auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi
jantung tambahan, serta perkusi untuk mengetahui
batas jantung yang mengalami pergeseran yang
menunjukkan adanya hipertrofi jantung
(kardiomegali). Kondisi fisik pasien juga dapat dilihat
melalui kesadaran pasien, pada pasien dengan gagal
jantung berat sering ditemukan sianosis perifer..
 Pemeriksaan lainnya juga dapat dilakukan
apakah terdapat edema yang umumnya dapat
dilihat di bagian ekstremitas. Edema ekstremitas
dapat dilakukan dengan pemeriksaan pitting
edema di mana edema akan tetap cekung setelah
penekanan ringan dengan ujung jari. Selain
pemeriksaan-pemeriksaan di atas, pemeriksaan
yang paling penting dan paling menunjukkan
keadaan pasien gagal jantung adalah tes latihan
fisik. Tes ini dilakukan dengan menggunakan
treadmill
Pemeriksaan Penunjang
 Elektrokardiografi

 Foto Toraks

 Pemeriksaan Laboratorium

 Peptida Natriuretik

 Troponin I atau T

 Ekokardiografi
DERAJAT GAGAL JANTUNG
Tabel 4. Klasifikasi Menurut New York Hearth Association (NYHA)

Kelas I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.

Kelas II Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, namun aktifitas fisik sehari-hari
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas

Kelas III Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, tetapi aktfitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.

Kelas IV Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istrahat. Keluhan meningkat
saat melakukan aktifitas.
LANJUTAN...

Tabel 5. Klasifikasi berdasarkan ACC/AHA

Stadium A Menandakan ada faktor risiko gagal jantung namun belum ada kelainan struktural dari jantung

maupun kelainan fungsional.

Stadium B Terdapat faktor risiko dan sudah terdapat kelainan struktural dengan atau tanpa gangguan

fungsional, namun bersifat asimtomatik.

Stadium C Sedang dalam dekompensasi dan atau pernah gagal jantung, yang didasari oleh kelainan

struktural dari jantung.

Stadium D Benar-benar masuk ke dalam refractory HF, dan perlu tatalaksana khusu.
PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG

Pencegahan Primer

 Pencegahan primer ditujukan bagi masyarakat


yang sudah menunjukkan risiko gagal jantung.
Upaya ini dapat dilakukan dengan mengatur
diet, mengecek tekanan darah secara teratur
sehingga dapat memperoleh informasi dini
terhadap peningkatan tekanan darah yang dapat
menjadi penanda gejala awal gagal jantung.
Menghindari konsumsi alkohol dan mengurangi
konsumsi rokok, juga dapat menurunkan risiko
menderita gagal jantung.
Pencegahan Sekunder

 Terapi Farmakologi
 Angiostensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE
Inhibitor)
 Diuretik
 β- Blocker (Obat Penyekat Beta)
 Glikosida Jantung (Digitalis)
 Vasodilator
 Penghambat Kanal Kalsium
 Antikoagulan

 Terapi Non-Farmakologi
 Oksigen
 Perubahan gaya hidup
Tabel 6. Dosis diuretik yang biasa digunakan pada pasien gagal
jantung

Tabel 7. Dosis obat yang umumnya dipakai pada gagal jantung


Tabel 8. Dosis antikoagulan yang biasa digunakan pada gagal
jantung
Pencegahan Tersier

 Pencegahan tersier dilakukan bagi penderita


gagal jantung untuk mencegah komplikasi yang
lebih berat atau kematian, di antaranya tetap
mengontrol faktor risiko, terapi rutin, dukungan
kepada penderita, serta transplantasi jantung.
Jika pasien tidak lagi berespon terhadap semua
tindakan terapi dan diperkirakan tidak akan
bertahan hidup selama 1 tahun lagi, maka
pasien ini akan dipertimbangkan tranplantasi
jantung.
KESIMPULAN
 Gagal jantung (GJ) atau Hearth Failure (HF) adalah suatu sindroma klinis
kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan
darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, akibat adanya gangguan
struktural dan fungsional dari jantung.
 Penyebab memberatnya gagal jantung adalah penyakit jantung koroner,
hipertensi, cardiomiopathy, kelainan katup jantung, penyakit jantung rematik,
aritmia, alkohol, obat-obatan, merokok, diabetes, dan peningkatan kolesterol.
 Menurut Framingham kriteria diagnosis dibuat berdasarkan adanya minimal
ada satu kriteria mayor dan dua kriteria minor. Dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan lebih lanjut berupa pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
elektrokardiografi, foto toraks, troponin, peptida natriuretik, dan
ekokardiografi.
 Gagal jantung biasanya digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala
seperti klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA) yaitu Kelas I-
IV, dan menurut American College of Cardiology/American Hearth Association
(ACC/AHA) menekankan pembagian gagal jantung berdasarkan progresivitas
kelainan struktural dari jantung dan perkembangan status fungsional yaitu
stadium A, B, C, dan D.
 Pencegahan untuk bertambah beratnya gagal jantung dapat dilakukan
pencegahan primer, pencegahan sekunder berupa terapi farmakologis maupun
non-farmakologis, dan pencegahan tersier yaitu transplantasi jantung.
TERIMAKAS
IH

Anda mungkin juga menyukai