Anda di halaman 1dari 12

TERAPI PADA TUMOR

Oleh
Franky H. Sitepu
Mengontrol tumor dengan cara-cara imunologis berperan dalam
eradikasi tumor primer, mestatasis, dan residu yang tertinggal setelah
regimen terapi konvensional.

Hasil imunoterapi yang ideal adalah eradikasi spesifik tumor dengan


kerusakan minimal terhadap sel normal pejamu.

A. Imunoterapi
A.1. Antibodi monoklonal
 Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel dan
karenanya identik secara genetik.
 Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diproduksi oleh
sel-sel yang berasal dari satu klon sel.
 Antibodi monoklonal merupakan bahan standar yang banyak
digunakan dalam laboratorium untuk mengidentifikasi
berbagai jenis sel, typing darah dan menegakkan diagnosis
berbagai penyakit.
 Contohnya:
Protein mieloma adalah protein/immunoglobulin yang
diproduksi neoplasma sel plasma. Tumor ini tumbuh tanpa
kontrol dan immunoglobulin tersebut ditemukan dalam
jumlah besar pada penderita mieloma.
Satu sel plasma yang diambil dari darah dan satu sel mieloma
dapat difusikan menjadi satu sel yang disebut “hibridoma”
yang mempunyai sifat dari kedua sel asalnya dan akan
membentuk antibodi monoklonal.
 Antibodi monoklonal merupakan antibodi sejenis yang
diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel positif sejenis.
 Antibodi monoklonal diproduksi dari fusi sel B dan sel
mieloma membentuk hibridoma (hasil fusi dua sel berbeda;
penghasil sel positif limpa dan sel mieloma) yang dikultur.
 Antibodi monoklonal digunakan untuk tujuan:
- Pemurnian reagen untuk tes atau penelitian
- Sebagai penanda pada deteksi assay
- Untuk eksperimental terapi .
 Antibodi monoklonal untuk diagnostik, seperti
mengidentifikasi agen infeksi, mengidentifikasi tumor,
antigen dan antibodi, mengukur protein dan level obat pada
serum, mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam
respon kekebalan.
 Pembuatan antibodi monoklonal:
- Pengembangan sel hibridoma
- Penyaringan produksi antibodi tikus
- Persiapan sel mieloma
- Fusi sel mieloma + sel imun limpa
- Pengembangan kloning sel hibridoma.
A.2. Sitokin
 Sitokin dapat meningkatkan respon imun terhadap tumor.
 Isolasi dan meng-klon berbagai gen sitokin dapat
menghasilkan sitokin dalam jumlah besar.
 Kesulitan dalam terapi dengan sitokin ini adalah jaring sitokin
yang sangat kompleks yang sangat menyulitkan untuk
mengetahui letak intervensinya yang tepat.
A.3. Peningkatan aktivitas APC (Antigen Presenting Cell)
 Peningkatan APC dapat memodulasi imunitas tumor.
 Sel dendritik dengan fragmen tumor akan mengaktifkan sel
Th dan CTL spesifik untuk antigen tumor.
 Makrofag yang diaktifkan merupakan aktivator Th yang lebih
baik sehingga akan meningkatkan respon selular dan
humoral.
A.4. Vaksinasi dengan sel dendritik
 Beberapa sel dendritik imatur dapat memfagositosis antigen
lebih efektif dibandingkan dengan sel dendritik matang.
 Pemberian sel imatur tersebut diharapkan dapat
menginduksi respon antitumor CTL yang lebih baik.
A.5. Imunoterapi aktif
 Digunakan dalam usaha mencegah anergi sel T.
 Anergi terjadi bila antigen tumor dipresentasikan ke sel T
tanpa bantuan molekul kostimulator.
A.6. Imunisasi dengan antigen virus
 Imunisasi dengan antigen virus berdasarkan atas adanya
beberapa jenis tumor (limfoma) yang ditimbulkan virus
onkogenik.
B. Terapi gen
 Ditujukan untuk melokasikan sitokin ke tempat yang diperlukan.
 Bila sitokin hanya ditujukan ke tempat tumor, akan mengurangi
efek samping sistemik.
 Cara ini dilakukan dengan mengangkat sel tumor lalu dilakukan
transfeksi dengan gen sitokin. Bila sel tersebut diinfuskan
kembali ke sel tumor tersebut akan mensekresikan sitokin
sehingga dapat mengaktifkan sel T. Bila sel T sudah memberikan
respon terhadap transfected cell dan menjadi sel memori akan
mempunyai kemampuan membunuh sel.
 Cara ini belum menunjukkan hasil yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai