Anda di halaman 1dari 45

Pengantar Kuliah:

HIV-AIDS
Oleh:
dr. Siti Jannah
HIV
 HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS
 merupakan golongan retrovirus yang
termasuk dalam subfamili lentivirus (slow
virus). Disebut demikian karena masa laten
yang panjang antara infeksi primer sampai
penurunan sel-T CD4+ yang merupakan
karakteristik dari AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome).
Epidemiologi HIV
HIV -AIDS
 Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari
sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–
laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo.
 Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2.
 HIV–1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan
sangat mudah. HIV-1 dapat dikategorikan dalam kelompok dan
sub–jenis (clades).
 Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam
kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yaitu
sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di Amerika,
Jepang, Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di
Afrika Selatan dan India.
 HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula
merata di Afrika Barat.
 Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–1 dan
HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya
menular dengan cara yang sama.
 Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2,
ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh
terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus.
Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi
dengan HIV–1, maka mereka yang terinfeksi
dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses
penularannya
Penularan HIV
• Cairan vagina, semen atau air mani:
Melakukan penetrasi seks yang tidak aman
dengan seseorang yang telah terinfeksi.
• Melalui darah yang terinfeksi: transfusi darah
atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril
atau dengan mengunakan bersama jarum
untuk menyuntik obat bius dengan seseorang
yang telah terinfeksi.
• Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke
bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan HIV
AIDS tidak ditularkan melalui:
 Makan dan minum bersama,
atau pemakaian alat makan
minum bersama.
 Pemakaian fasilitas umum
bersama, seperti telepon
umum, WC umum, dan
kolam renang.
 Ciuman, senggolan,berjabat
tangan, pelukan dan kegiatan
sehari-hari lainnya.
 Lewat keringat, atau gigitan
nyamuk
Patofisiologi HIV
PATOFISIOLOGI

Modul 4, 10
Modul 4, 11
Perkembangan dari HIV dapat
dibagi dalam 4 fase:
1. Infeksi utama (Seroconversion): kebanyakan pengidap
HIV tidak menyadari dengan segera bahwa mereka
telah terinfeksi.
2. Fase asymptomatic: dimana tidak ada gejala yang
nampak, tetapi virus tersebut tetap aktif.
3. Fase symptomatic: seseorang mulai merasa kurang
sehat dan mengalami infeksi–infeksi oportunistik yang
bukan HIV tertentu melainkan disebabkan oleh bakteri
dan virus–virus yang berada di sekitar kita dalam segala
keseharian kita.
4. AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan
oleh virus HIV, adalah fase akhir dan biasanya bercirikan
suatu jumlah CD4 kurang dari 200.
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda mayor dan minor AIDS
menurut WHO

Tanda-tanda mayor Tanda-tanda minor


Berat badan turun > 10% Batuk menetap > 1 bulan
Demam berlangsung > 1 bulan Dermatitis menyeluruh dan gatal
(iritasi kulit)
Diare kronis berlangsung > 1 Herpes zoster yang sering kambuh
bulan, intermiten atau konsisten
Kandidiasis orofarings
Infeksi herpes simpleks yang kronik
progresif dan menyeluruh
Limfadenopati umum
KLASIFIKASI

• Stadium 1: Tidak ada kondisi terdefinisi AIDS, dan jumlah CD4 di atas 500 atau persentase
CD4 di atas 29%.

• Stadium 2: Tidak ada kondisi terdefinisi AIDS, dan jumlah CD4 200-499 atau persentase CD4
14-28%.

• Stadium 3 (AIDS): Infeksi HIV yang dikonfirmasi dengan tes laboratorium dan jumlah CD4
di atas 200 atau persentase CD4 di atas 14%, atau catatan kondisi terdefinisi AIDS (yang
dikonfirmasi dengan tes laboratorium).

• Stadium tidak diketahui: Infeksi HIV yang dikonfirmasi dengan tes laboratorium dan tidak
ada data tentang jumlah atau persentase CD4 dan tidak ada informasi tentang
munculnya kondisi terdefinisi AIDS.
Manifestasi klinis HIV/AIDS
menurut WHO 2002
Stadium I:
Penampilan klinis asimptomatik, aktivitas normal
• Asimptomatik
• Limfadenopati generalisata persisten

Stadium II:
Penampilan klinis simptomatik, aktivitas normal
• Penurunan berat badan < 10%
• Manifestasi mukokutaneus minor
• Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
• Infeksi saluran napas atas berulang
Stadium III:
Penampilan klinis: berbaring di tempat tidur < 50% sehari
dalam satu bulan terakhir
• Penurunan berat badan > 10%
• Diare kronis dengan penyebab tidak jelas > 1 bulan
• Demam tanpa penyebab yang jelas (intermiten atau
menetap) > 1 bulan
• Kandidiasis oral
• Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
• Terinfeksi bakteri parah (pneumoniasis, piomiositis)
Stadium IV:
Penampilan klinis : berada di tempat tidur > 50% setiap hari dalam bulan-
bulan terakhir
• HIV wasting syndrome
• Pneumonia pneumokistik karinii
• Infeksi toksoplasmosis di otak
• Diare karena cryptosporidiosis > 1 bulan
• Mengalami infeksi sitomegalovirus
• Infeksi herpes simpleks, maupun mukokutaneus > 1 bulan
• Infeksi mikosis
• Kandidiasis esofagus, trakhea, bronkhus, paru
• Infeksi mikobakteriosis atipikal
• Sepsis
• Tuberkulosis ekstrapulmoner
• Limfoma maligna
• Sarkoma kaposi
• Ensefalopati HIV
Deteksi HIV
• Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes
PCR, tes antibodi HIV, dan tes antigen HIV.
Ketika seseorang terinfeksidengan HIV,
antibodinya dihasilkan dalam jangka waktu 3–
8 minggu.
• Pemeriksaan yang relatif sederhana dan
akurat adalah pemeriksaan darah yang disebut
tes ELISA.
• Sampel : darah, air liur atau air kencing
Prinsip dasar penatalaksanaan pasien
HIV/AIDS

Menurunkan angka kematian

Memperbaiki kualitas hidup

Mempertahankan dan memulihkan status imun

Menekan dan menghambat replikasi HIV


Penatalaksanaan pasien HIV/AIDS

• Penatalaksanaan umum
− Istirahat
− Gaya hidup sehat
− Dukungan nutrisi yang memadai untuk kasus HIV-
AIDS
− Terapi psikososial

• Penatalaksanaan khusus
− Pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi
dengan cara highly antiretroviral therapy (HMRT)
− Terapi infeksi oportunistik sesuai dengan jenis infeksi
yang ditemukan
− Terapi malignansi
Rekomendasi memulai terapi antiretroviral

• Bila pemeriksaan CD4 dapat dilakukan:


− Klinis stadium IV tanpa memperhitungkan jumlah CD4
− Klinis stadium I, II, atau III, dengan CD4 < 200/mm3

• Bila pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan:


− Klinis stadium IV tanpa memperhitungkan jumlah
limfosit total
− Klinis stadium II atau III dengan limfosit total ≤
1200/mm3
Obat antiretroviral rekomendasi WHO

Nzucleoside reverse transcriptase inhibitors (NsRTI)


Abacavir (ABC) Tablet 300mg atau sirup 100mg/5ml
Didanosin (DDI) Tablet 5mg, 100mg, 200mg
Lamivudin (3TC) Tablet 150mg, sirup 50mg/5ml
Stavudin (d4T) Kapsul 15mg, 20mg, 30mg, 40mg, sirup 5mg/ml
Zidovudin (ZDV atau Kapsul 100mg, 250mg, 300mg
AZT)

Non nucleoside reverse transcripase inhibitors (NNRTI)


Efavirenz (EFV atau EFZ) Kapsul 50mg, 100mg, 200mg
Nevirapine (NVP) Tablet 200mg atau sirup 50mg/5ml
Protease inhibitors
Indinavir (IDV) Kapsul 100mg, 200mg, 333mg, 400mg
Ritonavir (RTV, r) Kapsul 100mg, sirup 400mg/5ml
Lopinavir + Ritonavir (LPV/r) Kapsul 133,3mg + 3mg,
Sirup 400mg/5ml + 100mg/5ml
Nelfinavir (NFV) Tablet 50mg, powder 50mg/g
Saquinavir (SQV) Kapsul 200mg
Pemilihan antibiotika untuk pasien
HIV/AIDS

• Oleh karena pasien dalam kondisi immunocompromised,


nyaris semua mikroorganisme potensial menyerang, maka
dipilih antibiotik yang bermanfaat untuk mengeliminasi
bakteri Gram (+), Gram (-), dan anaerob
• Antibiotika pilihan sebaiknya mempunyai potensi endotoxin
release minimal untuk menghindari induksi dan
peningkatan kadar sitokin proinflamasi (IL-6, TNF) yang
berdampak negatif bagi tubuh
• Terapi anti-jamur sebaiknya segera diberikan terutama bila
klinis ditemukan pertanda infeksi jamur atau klinis tidak
ditemukan namun CD4 < 200 sel/mm3
Pencegahan
 Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali
akan melakukan penyuntikan atau proses lain yang
mengakibatkan terjadinya luka
 Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman
(artinya : hubungan seks yang tidak memungkinkan
tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini memungkinkan
penularan HIV)
 Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu
tentang semua resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya, sehingga
keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa
dipertimbangkan.
 Cari informasi sedini dan sebanyak mungkin agar terhindar
dari penularan HIV dan AIDS
Penatalaksanaan
Obstetri untuk
Ibu Hamil dengan HIV
EPIDEMIOLOGI

• Pada akhir 1999 diperkirakan bahwa terdapat sekitar


4,2 juta HIV positif.
• Diperkirakan bahwa ada 50.000 anak-anak yang positif
HIV, penularan HIVnya terutama melalui penularan dari
ibu mereka.
• Lebih dari 90% dari infeksi HIV pada anak-anak yang
diakui oleh penularan dari ibu ke bayi mereka
• Risiko bayi mendapatkan virus dari ibu yang terinfeksi
berkisar dari 25%sampai 35%.
• Di Indonesia, hingga akhir Juni 2005 tercatat 7.098
kasus HIV/AIDS (3.740 kasus HIV dan3.358 kasus AIDS)
ETIOLOGI
Resiko yang mempengaruhi transmisi HIV antara ibu dan
anak,
• Faktor ibu
• Faktor kebiasaan
• Faktor obstetri
• Faktor viral
• Faktor lain
Faktor-faktor Ibu
Status kekebalan:Risiko MTCT meningkat dengan tingkat
keparahan defisiensi imun. Perempuan dengan jumlah
CD4 rendah (<200> partikel viral 50.000 atau lebih / ml)
Tujuan Penatalaksanaan Obstetri

Persalinan yang aman


Kondisi ibu baik
Tidak terjadi penularan
Ke Bayi
Ke Tim Penolong
Ke Pasien lainnya
Tindakan efektif dan efisien
Modul 4, 30
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi

Periode transmisi Risiko


•Kehamilan 5 - 10 %
•Persalinan 10 - 20 %
•Menyusui 10 - 15 %
Total 25 - 45 %

Risiko tertinggi

Sumber: de Cock dkk, 2000


Modul 4, 31
Mazami Enterprise © 2009
Risiko penularan masa persalinan
His  tekanan pada plasenta meningkat
Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu dengan
darah bayi

Bayi terpapar darah dan lendir serviks pada


saat melewati jalan lahir
Bayi kemungkinan terinfeksi karena menelan
darah dan lendir serviks.

Modul 4, 32
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal
Asuhan Antenatal seperti biasanya
Ukur Tinggi Badan, Berat Badan, Tinggi Fundus Uteri,
Tekanan Darah, Status Tetanus Toksoid
Laboratorium Hemoglobin, Proteinurin, GD puasa,
Golongan darah, Thallasemia (bila ada faktor risiko)

Pelihara kesehatan secara umum


Pola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok, tidak
minum alkohol, olahraga teratur, istirahat cukup)

Modul 4, 33
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal
Kurangi kadar virus (Viral Load)
Minum ARV profilaksis secara teratur
Dimulai selama kehamilan dan dilanjutkan selama
menyusui menghasilkan tingkat penularan HIV dari
ibu-ke-bayi (mother to child HIV transmission/MTCT)
yang lebih rendah
Dianjurkan untuk pemeriksaan VL pada usia kehamilan
36 minggu ke atas
Deteksi dini dan terapi faktor penyulit
Infeksi Menular Seksual (Sifilis, Gonore, Kondiloma
akuminata, Hepatitis dll),
Malaria
Tuberkulosis
Modul 4, 34
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal
Konseling persiapan persalinan
Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan
dan keluarga mengenai manfaat dan risiko
persalinan pervaginam dan persalinan dengan
seksio sesarea berencana
Tempat persalinan dianjurkan di RS rujukan ARV

Modul 4, 35
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal
Konseling pemberian makanan bayi
Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan
keluarga mengenai manfaat dan risiko pemberian ASI
Eksklusif dan Susu Formula Eksklusif
Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai
keputusan terhadap pilihan pemberian makanan bayi.
Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan
mengenai manajemen laktasi.
Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka
dijelaskan mengenai syarat dan cara pemberian dengan
aman.

Modul 4, 36
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Persalinan
Kewaspadaan standar
Dilakukan pada SEMUA penatalaksanaan persalinan

Prinsip kewaspadaan standar


Cuci tangan
Penggunaan alat pelindung diri (topi, kacamata, masker,
apron, sarung tangan, sepatu) untuk mencegah transmisi
HIV melalui cairan
Penanganan alat medis tajam, baik dalam penggunaan,
serah terima, penyimpanan maupun pembuangan
sebagai limbah medis
Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan kamar
bersalin
Modul 4, 37
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Persalinan
Seksio sesarea
Merupakan cara persalinan yang
memiliki risiko transmisi terkecil
Akan mengurangi risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi sebesar 50-66%

Persalinan pervaginam
Konseling
Risiko penularan meningkat apabila
terjadi Proses Persalinan (inpartu) dan
Ketuban Pecah Dini

Modul 4, 38
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Persalinan
Informasi saat konseling
Metode Keuntungan Kerugian
Seksio Risiko penularan Lama perawatan ibu
sesarea rendah Perlu fasilitas &
elektif Terencana sarana pendukung
Biaya mahal
Per Mudah dilakukan di Risiko penularan
vaginam sarana kesehatan tinggi
terbatas (kecuali bila ibu minum ARV
teratur & VL tidak terdeteksi)
Biaya murah

Modul 4, 39
Penatalaksanaan Pascanatal
Perawatan nifas umum
Pemeriksaan tanda vital, involusi uterus
Higiene genitalia dan payudara
Nutrisi cukup, istirahat cukup

Perawatan nifas khusus


Pastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian
makanan untuk bayi.
Anjuran pemeriksaan CD4, untuk menilai kelayakan
terapi ARV berikutnya
bayi diberikan AZT selama enam minggu pertama
hidupnya.

Modul 4, 40
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Pascanatal
• Perempuan HIV-positif dalam periode pasca-
melahirkan harus diawasi secara ketat. Perempuan
dengan AIDS atau defisiensi kekebalan yang parah
harus diberi antibiotik selama 7-10 hari
• Makanan Bayi Pilihan
• Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling
sehubungan dengan keputusannya untuk HARUS
menggunakan susu formula.
Contd…
• Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan
campuran (mixed feeding) untuk bayi dari ibu HIV positif,
yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan
makanan/minuman lainnya.
• Untuk program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi,
pemerintah menyediakan susu formula generik secara gratis
kepada ibu hamil HIV positif jika susu formula memenuhi
AFASS.
Dalam wanita hamil positif HIV setelah melahirkan:
• Multivitamin tablet 1 dua kali sehari
• vitamin A 200 000
• Ferrous sulfat 1 dua kali sehari
• Ergometrine 1 tablet dua kali sehari jika perlu
• Amoxycillin 500 mg tiga kali sehari selama 5-7 hari
• Metronidazol 400 mg tiga kali sehari
• Pencegahan penyakit menular seksual dan Keluarga
Berencana Diskusikan bentuk-bentuk lain kontrasepsi,
termasuk sterilisasi permanen, baik laki-laki(vasektomi)
dan perempuan (ligasi tuba).
• Dianjurkan untuk menyediakan metode penghalang
untuk mencegah infeksi kelamin dankehamilan pada
masa depan, setelah konseling komprehensif
Kontrasepsi
Bertujuan untuk mencegah penularan HIV pada
kehamilan berikutnya
Sterilisasi bukan merupakan indikasi absolut untuk
ibu dengan HIV
Kondom merupakan kontrasepsi pilihan karena
bersifat proteksi ganda (terhadap kehamilan dan
penularan IMS)

Kondom Laki-laki
Mazami Enterprise © 2009 Kondom Perempuan Modul 4, 44
TERIMA KASIH,
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai