Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN MENINGITIS

Oleh :
1. Ainil Fikroh Rahma Dheaning
(131511133087)
2. Ucik Nurmalaningsih
(131511133088)
DEFINISI
 Meningitis adalah inflamasi dari meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medulla
spinalis)
 Penyakit ini menyerang bagian saraf atau otak
yang berfungsi sebagai pusat pemikiran manusia
 Di negara maju, insidensi meningitis bakterial
adalah 5-10 per 100.000 per tahun
KLASIFIKASI
berdasarkan penyebab
Meningitis Meningitis
Meningitis septik
Aseptik tuberkulosis
• Disebabkan oleh • Disebabkan oleh • Disebabkan oleh
virus (enterovirus, organisme bakteri basilus tuberkel
herpes, seperti
mumpsvirus) meningokokus,
• Atau disebabkan stafilokokus, atau
oleh abses otak, basilus influenza
ensefalitis,
limfoma, leukimia,
atau darah di
ruang
subarakhnoid
• Disebut juga meningitis aseptik

Meningi • Disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang


disebabkan oleh virus, seperti gondok, herpes
tis simplex, dan herpes zoster

Virus • Tidak terdapat eksudat


• Penularan : saliva, sputum, nasal mucus, fekal oral

•• Disebabkan
Disebabkan oleh
oleh bakteri
Meningi
bakteri
•• Bakteri
Bakteri yang
yang paling
paling sering
sering dijumpai
dijumpai adalah
adalah Neiseria
Neiseria

tis
Meningitis
Meningitis (meningitis
(meningitis meningococus),
meningococus), Streptococus
Streptococus
pneumonia
pneumonia (pada
(pada dewasa),
dewasa), Haemophilus
Haemophilus influenza
influenza (pada
(pada

Bakteri
anak-anak
anak-anak dan
dan dewasa
dewasa muda)  sekitar
muda)  sekitar 75%
75% kasus
kasus
•• Penularan
Penularan melalui
melalui kontak
kontak langsung,
langsung, yang
yang mencakup
mencakup droplet
droplet

al dan
dan sekret
atau
sekret dari
dari hidung
atau infeksi
hidung dan
infeksi dari
dari orang
dan tenggorokan
tenggorokan yang
orang lain
lain
yang membawa
membawa kuman
kuman
Tipe Organisme yang
Mempunyai Pola Khusus
 Meningitis meningokokal : dapat terjadi pada epidemi
 Haemophilus influenza umumnya mengenai anak di
bawah usia 5 tahun

 Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada pasien


usia lanjut dan juga berhubungan dengan alkoholisme dan
splenektomi. Infeksi dapar menyebar ke meningen dari
struktur yang berdekatan (telinga, nasofaring) atau dari
paru-paru melalui aliran darah
PATOFISIOLOGI
 Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di

organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara

hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,

Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran

bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ

ataujaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis

Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis.

 Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan

fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke

dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan

araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.


 Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang

mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi

penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang

subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi

pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua selsel

plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar

mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan

dalam terdapat makrofag.

 Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks

dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan

degenerasi neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural

yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis

yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih

dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.


MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri kepala hebat disertai nyeri dan kekakuan pada leher dan punggung

 Kecepatan onset nyeri kepala cukup cepat (menit hingga jam), walaupun

umumnya tidak mendadak seperti perdarahan subarakhnoid

 Muntah

 Fotopobia

 Pasien dapat mengalami penurunan kesadaran dan kejang

 Tanda infeksi : demam, takikardia, syok, dan kadang adanya bukti sumber

infeksi primer (misalnya pneumonia, endokarditis, sinusitis, otitis media)

 Sebagian besar kasus meningitis meningokokal akan disertai kemerahan,

biasanya berupa petekie atau purpura


 Tanda-tanda neurologis berupa :

a. Meningismus : bukti iritasi meningen, kaku kuduk saat


leher difleksikan, tangisan bayi yang bernada tinggi
(meningeal cry), tanda Kernig

b. Penurunan tingkat kesadaran

c. PTIK, edema papil, fontanel menonjol pada bayi

d. Palsi nervus kranialis dan tanda neurologis fokal lainnya


Meningitis Bakteri
 Biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan

gastrointestinal.

 Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala

panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan

berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan

fontanella yang mencembung.

 Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus

influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh

Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus.

 Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran

pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas

tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung.

 Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.


Meningitis Virus
 CSS jernih
 Sakit kepala
 Demam
 Malaise
 Gejala gastrointestinal
 Tanda iritasi meningen (1-2hari)
 Fotofobia
 Ruam makulopapular
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pungsi Lumbal
Pada meningitis bakterial akut akan menunjukkan gejala :

a. Cairan serebrospinal keruh

b. Peningkatan CSS

c. Leukositosis polimorfik (ratusan atau ribuan sel per miu l)

d. Peningkatan konsentrasi protein (lebih dari 1 g/L)

e. Konsentrasi glukosa cairan otak (normalnya 2/3 dari nilai serum glukosa

dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai

normalnya)

 Kontraindikasi pungsi lumbal :

edema papil, penurunan tingkat kesadaran, dan tanda neurologis fokal. Pada pasien

dengan gejala tersebut, diperlukan CT scan kranial sebelum pungsi untuk

menyingkirkan adanya lesi massa, misalnya massa pada fosa posterior, yang dapat

menyerupai meningitis
 Organisme kausatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan

Gram negatif atau dengan kultur atau teknik molekuler

tertentu

 Hitung darah lengkap (neutrofilia)

 Pemeriksaan koagulasi (koagulasi intravaskular diseminata)

 Elektrolit (hiponatremia)

 Kultur darah (dapat positif walaupun cairan serebrospinal

steril)

 Rontgen paru-paru, CT scan kepala. CT scan digunakan

untuk mengetahui adanya edema serebri atau penyakit

saraf lainnya.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Pengobatan antibiotik lini

antibiotik lini pertama : kedua :

 Seftriakson 100mg/kgBB  Klorampenikol : 25

IV-drip/kali, selama 30- mg/kgBB/kali IM (atau

IV)setiap 6 jam,
60 menit setiap 12 jam
 ditambah ampisilin 50
 atau sefotaksim
mg/kgBB/kali IM atau IV
50mg/kgBB/kali IV,
setiap 6 jam
setiap 6 jam
 Jika organisme penyebab masih belum diketahui, maka digunakan

kombinasi benzilpenisilin dan sefotaksim atau seftriakson

 Jika dx sudah pasti, berikan pengobatan parenteral sedikitnya selama 5

hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak terdapat

gangguan absorpsi

 Terapi awal kortikostreroid IV dosis tinggi dengan antibiotik akan

memperbaiki morbiditas dan mortalitas pada meningitis bakterial

 Benzilpenisilin adalah obat pilihan untuk infeksi meningokokus dan

pneumokokus.

› Dosis awal : 2,4 g, diikuti 1,2 g setiap 2 jam

› Dalam waktu 48-72 jam, jika terdapat bukti perbaikan klinis, maka

regimen obat dapat diberikan setiap 4-6 jam, walaupun dosis total

hariannya tetap sama (14,4 g). Terapi harus dilanjutkan selama 7 hari

setelah pasien bebas demam (14 hari untuk infeksi pneumokokus)


KOMPLIKASI
Komplikasi akut meningitis adalah
 Kejang
 Pembentukan abses
 Hidrosefalus
 Sekresi hormon ADH yang tidak sesuai
 Syok septik
PENGKAJIAN
Anamsesis Keluhan utama biasanya panas badan
tinggi, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran
Riwayat Penyakit Saat Ini Klien ditanya kapan muali serangan,
sembuh, atau bertambah buruk.
Riwayat Penyakit dahulu Klien ditanya apakah pernah
mengalami infeksi jalan nafas atas,
riwayat trauma kepala, tindakan
bedah saraf, dan faktor predisposisi
lainnya yang berhubunan dengan
kejadian meningits.
Klien juga perlu ditanya apakah ada
riwayat sakit TB atau tidak
Pengkajian Psikospiritual Mengkaji status mental, emosi, dan
konitif klien. Selain itu, juga mengkaji
juga mekanisme koping klien
terhadap stress.
Status ekonomi klien juga perlu dikaji
Pada pasien anak, perlu dikaji dampak
dari hospitalisasi pada anak.
PEMERIKSAAN FISIK
B1 (Breathing) Inspeksi :
Apakah klien batuk, produksi
sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu
pernafasan, dan peningkatan RR
Palpasi :
Dilakukan jika terdapat
deformitas pada tulang dada
dengan efusi pleura masif
Auskultasi :
Bunyi nafas ronki pada meningitis
TB
B2 (Blood) Pengkajian terutama dilakukan
pada klien apabila sudah
mengalami renjatan (syok)
B3 (Brain) Tingkat Kesadaran :
Pada keadaan lebih lanjut,
kesadaran klien meningitis
biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dan semikomatosa
Pemeriksaan Saraf Kranial
Saraf I Tidak terdapat kelainan
Saraf II Tajam penglihatan normal.
Papiledema biasanya ditemukan
pada meningitis supuratif disertai
abses serebri dan efusi serebral
Saraf III, IV, dan VI Reflek pupil pada klien tanpa
penurunan kesadaran biasanya
normal.
Klien mengeluh fotofobia
Saraf V Tidak terdapat kelainan
Saraf VII Normal
Saraf VIII Normal
Saraf IX dan X Kemampuan menelan baik
Saraf XI Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Adanya usaha klien untuk
melakukan fleksi leher dan kaku
kuduk
Saraf XII Normal
Sistem Motorik Kekuatan otot menurun, kontrol
keseimbangan dan koordinasi
pada klien dengan meningitis
tahap lanjut mengalami
perubahan
Pemeriksaan Refleks Refleks patologis akan ditemukan
pada klien meningitis dengan
tingkat kesadaran koma. Adanya
refleks babinski (+) merupakan
tanda adanya lesi UMN
Gerakan involunter Tidak ditemukan adnaya tremor,
kedutan saraf, dan distonia.
Pada keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang
umum, terutama pada anak
dengan meningitis disertai
dengan peningkatan suhu tubuh
yang tinggi
Tanda Brudzinski Didapatkan apabila leher klien di
fleksikan, maka hasilnya fleksi
lutut dan pinggul
Sistem Sensorik Sensasi nyeri, raba, dan suhu
normal, tidak ada perasaan
abnormal di permukaan tubuh.
Tanda-tanda PTIK sekunder akibat
adanya eksudat purulen dan
edema serebri terdiri dari
perubahan karakteristik TTV
(melebarnya pembuluh tekanan
dan pulsa dan bradikardia),
pernafasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah, penurunan
tingkat kesadaran
Ruam merupakan ciri spesifik dari
meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis).
½ dari semua klien yang
menderita meningitis tipe ini
biasanya mengalami lesi-lesi
pada kulit diantaranya ruam
petekie dengan lesi purpura
sampai ekimosis pada daerah
yang luas
Tanda Kernig Positif.
B4 (Bladder) Berkurangnya haluaran urin. Hal
ini berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan
curah jantung ke ginjal

B5 (Bowel) Mual muntah karena peningkatan


produksi asam lambung.
Anoreksia

B6 (Bone)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Perubahan perfusi jaringan otak b.d peradangan dan edema pada
otak dan selaput otak

 Resiko peningkatan TIK b.d peningkatan volume intrakranial,


penekanan jaringan otak, dan edema serebri

 Nyeri kepala b.d iritasi selaput dan jaringan otak

 Hipertermi b.d inflamasi pada meningen dan peningkatan


metabolimse umum

 Resiko defisit volume cairan tubuh b.d muntah dan demam

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik

 Resiko cidera b.d adanya kejang berulang


INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Rasionalisasi
Monitor klien dengan tepat terutama Untuk mencegah nyeri kepala yang
setelah lumbal pungsi. Anjurkan klien menyertai perubahan tekana
berbaring minimal 4-6 jam setelah intrakranial
lumbal pungsi.
Monitor tanda-tanda peningkatan Untuk mendeteksi tanda-tanda syok,
tekanan intrakranial selama yang harus dilaporkan ke dokter untuk
perjalanan penyakit (nadi lambat, intervensi awal.
tekanan darah meningkat, kesadaran
menurun, napas ireguler, refleks pupil
menurun, kelemahan)
Monitor TTV dan neurologis tiap 5-30 Perubahan ini menandakan ada
menit. Catat dan laporkan perubahan perubahan TIK dan penting untuk
TIK intervensi awal
Hindari posisi tungkai ditekuk atau Untuk mencegah PTIK
gerakan-gerakan klien, anjurkan
untuk tirah baring
Tinggikan sedikit kepala klien dengan Untuk mengurangi PTIK
hati-hati, cegah gerakan yang tiba-
tiba dan tidak perlu dari kepala dan
leher, hindari fleksi leher
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan Untuk mencegah ketegangan otot
klien. yang dapat menimbulkan PTIK
Waktu prosedur perawatan Untuk mencegah eksitasi yang
disesuaikan dan diatur tepat waktu merangsang otak yang sudah iritasi
dengan periode relaksasi, hindari dan dapat menimbulkan kejang
rangsangan lingkungan yang tidak
perlu
Kolaborasi pemberian steroid Untuk menurunkan TIK
Resiko PTIK b.d peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan
otak, dan edema serebri
Tujuan :Tidak terjadi PTIK pada klien dalam waktu 3 x 24 jam
Kriteria : Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh sakit kepala, mual dan
muntah, GCS 4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasionalisasi
Monitor TTV setiap 4 jam Adanya peningkatan tekanan darah,
bradikardi, disritmia, dispnea,
merupakan tanda terjadinya PTIK
Pertahankan kepala dan leher dalam Perubahan kepala pada satu sisi dapat
posisi netral. Hindari penggunaan menimbulkan penekanan pada vena
bantal yang terlalu tinggi jugularis dan menghambat aliran
darah otak sehingga dapat
menimbulkan PTIK
Cegah terjadinya valsava manuver Aktivitas ini dapat meningkatkan TIK
dan bantu klien jika batuk dan muntah
Berikan cairan IV sesuai dengan Menurunkan edema serebri,
kebutuhan peningkatan minimum pada
pembuluh darah, dapat menurunkan
tekanan darah dan TIK
Edukasi klien dan keluarga tentang Meingkatkan kerjasama dalam
PTIK meningkatkan perawatan dan
mengurangi kecemasan klien
Monitor terhadap GCS klien Perubahan kesadaran menunjukkan
PTIK dan berguna untuk menentukan
lokasi dan perkembangan penyakit
Kolaborsi dengan pemberian obat Diuresis osmotik : menurunkan edema
osmotik diuresis, obat steroid, dan serebri dan TIK
analgesik, dan antipiretik Steroid : menurunkan inflamasi dan
mengurangi edema serebri
Nyeri kepala b.d iritasi selaput dan jaringan otak
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam keluhan nyeri berkurang/rasa sakit terkendali
Kriteria hasil : Klien dapat tidur dengan tenang, wajah rileks, dan klien
memverbalisasikan penurunan rasa sakit
Intervesi Rasionalissai
Usahakan membuat lingkungan yang Menurunkan reaski terhadap
aman dan tenang rangsnagan eksternal atau
kesensitifan terhadap cahaya dan
menanjurkan klien untuk beristirahat
Lakukan penatalaksanaan nyeri Membantu menurunakan stimulasi
dengan metode distraksi dan relaksasi sensai nyeri
napas dalam
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif Dapat membantu relaksasi otot-otot
sesuai kondisi dengan lembut dan yang tean dan dapat menurunkan
hati-hati nyeri
Kolaborasi pemberian analgesik Untuk menurunan nyeri
Resiko tinggi cidera b.d adanya kejang berulang
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, klien bebas dari cidera yang
disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Kriteria Hasil : Klien tidak mengalami cidera apabila ada kejang berulang
Intervensi Rasional
Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut, Gembaran iritabilitas SSP memerlukan
dan oto-otot muka lainnya evaluasi yang sesuai dengan intervensi
yang tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi klien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu
berada di dekat klien
Pertahankan bedrest total selama fase Mengurangi resiko jatuh/cidera jika
akut terjadi vertigo dan ataksia
Kolaborasi pemberian terapi diazepam, Untuk mencegah atau mengurangi
fenobarbital kejang. Fenobarbital dpat menyebabkan
depresi pernapasan dan sedasi
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakkmampuan menelan, keadaan hipermetabolik

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam


Kriteria Hasil : Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan
menelan, sonde dilepas, BB meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal

Intervensi Rasional

Melakukan oral hygiene Kebersihan mulut merangsnag nafsu


makan
Monitoring BB klien Untuk mengevaluasi efektifitas dari asupan
makanan

Berikan makanan dengan cara Untuk mencegah terjadinya aspirasi


meninggikan kepala

Stimulasi bibir untuk menutup dan Membantu dalam melatih kembali sensorik
membuka mulut secara manual dengan dan meningkatkan kontrol muskular
menekan ringan di atas bibir/di bawah
dagu jika dibutuhkan

Berikan makan dengan perlahan pada Klien dapat berkonsentrasi pada


lingkungan yang tenang mekanisme makan tanpa adanya distraksi
dari luar
KASUS
Seorang balita usia 4,5 tahun datang ke UGD Rumah Sakit.

Diagnosa medis anak adalah Meningoencephalitis bacterial.

Ibu mengatakan anak demam selama 5 hari, sebelum

dibawa ke UGD, mengalami kejang selama kurang lebih 5

menit dalam satu hari anak mengalami kejang sebanyak 3

kali, dan anak mengeluh nyeri kepala dua hari yang lalu.

Hasil pemeriksaan fisik GCS 324, adanya kaku kuduk, nadi

100x/menit, TD 110/80 mmHg, suhu 39 derajat C.


Pengkajian
 Data Demografi
Nama : X

Usia : 4,5 tahun

 Keluhan Utama
Anak mengalami demam selama 5 hari, kejang, dan mengeluh nyeri kepala

 Riwayat Kesehatan Sekarang


Diagnosa medis anak adalah Meningoencephalitis bacterial

 Riwayat Kesehatan masa lalu


Tidak ada

 Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breath) : Normal
 B2 (Blood) : TD 110/80 mmHg, nadi 100x/menit
 B3 (Brain) : GCS 324
 B4 (Bladder) : Normal
 B5 (Bowel) : Normal
 B6 (Bone) : Normal
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Hipertermi b.d respon inflamasi


 Nyeri akut b.d
 Resiko cedera b.d kejang
Daftar Pustaka

 https://
books.google.co.id/books?id=8UIIJ
Rjz95AC&pg=PA160&dq=meningitis+ad
alah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjayr6J
ttbTAhUGwLwKHYTnBbwQ6AEIHzAB#v=on
epage&q=meningitis%20adalah&f=fal
se
 https://books.google.co.id/books?id=-
8fn_73yc6cC&pg=PA123&dq=meningit
is+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEw

Anda mungkin juga menyukai