Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

Oleh :
Nabila Fauziah
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. M
 Umur : 43 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : Kajoran,Magelang
 Tanggal masuk RS : 21 Agustus 2019
 Ruang rawat : Cempaka
ANAMNESIS

 Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa


pada tanggal 21 Agustus 2019 pukul 10.50
WIB.
 Keluhan Utama : Nyeri perut kanan
bawah dan kanan tengah sejak 1 hari yang
lalu. Nyeri terus menerus.
 Keluhan Tambahan : mual muntah 3x (+) ,
diare 3x (+) , demam (+) sejak kemarin, pusing
(-), BAK dbn
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

 Pasien datang ke IGD RST karena merasa


nyeri perut sebelah kanan bawah dan kanan
tengah sejak 1 hari yang lalu, sebelumnya
pasien merasa nyeri perut di ulu hati. Nyeri
dirasakan terus-menerus. Pasien juga
mengeluh mual muntah sudah 3x sehari ,
diare 3x dan demam sejak 1 hari yang lalu.
Pasien sering mengkonsumsi makanan pedas
dan asam.
Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat Hipertensi disangkal
 Riwayat Diabetes Melitus disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat alergi disangkal
Riwayat Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien.
 Tidak ada riwayat keganasan.
 Tidak ada yang menderita DM
 Ada ahli keluarga punya riwayat hipertensi (bapa)
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan Umum : Tampak kesakitan


 Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital
 TD : 160/100 mmHg
 Nadi : 92 x/menit
 RR : 26 x/ menit
 Suhu : 38,1 °
STATUS GENERALIS
 Kepala :Normocephal, hematom (-)
 Mata :Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupi bulat isokor, refleks pupil +/+ normal
 Leher :Trakea ditengah, pembesaran KGB (-)
 Thoraks : SDV (+/+)
 Cor :
 Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi :Ictus cordis teraba pada sela iga 5 linea mid
clavicula sinistra
 Perkusi :Batas jantung normal
 Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo :
 Inspeksi :Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan
dinamis simetris kanan dan kiri
 Palpasi :Fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan kiri
simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan
 Perkusi :Sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi: Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
 Abdomen
 Inspeksi : Tampak datar simetris
 Palpasi : Defans muscular (+) , Nyeri Tekan di Mc
Burney(+), psoas sign (+), Blumberg sign (+), hepar dan lien
tidak teraba besar
 Perkusi :Tympani pada seluruh kuadran abdomen
 Auskultasi :Bising usus menurun
 Ekstremitas atas : deformitas (-),
Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-
 Ekstremitas bawah : deformitas (-) ,Akral
hangat, edema -/-, sianosis -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Leukosit 8,200 4,000-10,000
Eritrosit 4,5 3,7-5,8
Hb 13,3 11-15,6
Ht 40 31-45
MCV 88 80-100
MCH 29,5 22-34
MCHC 33,5 32-36
GRA% 89,0 50-70
LYM% 9,0 25-40
MID% 2,0 2-8
Ureum 28 13-43
Kreatinin 0,9 0,6-1,2
SGOT 27 <31
SGPT 12 <31
DIAGNOSA KERJA
 Peritonitis ec appendicitis perforasi

DIAGNOSA BANDING
 Appendicitis
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa
 Infus RL 16 gtt/menit
 Inj. Ketorolac iv 3x1
 Ceftriaxon 1x2 gr
 Ranitidin 2x1
Operatif
 Laparotomy explorasi
 Appendictomy
Penatalaksanaan post operatif

 Infus RL 20 tpm
 Ceftriaxon 1x1 gr
 Gentamicin 2x80 gr
 Ketorolac 3x1
 Ranitidin 3x1
 Puasa sampai jam 16.00
PROGNOSIS

 Ad vitam : dubia ad bonam


 Ad fungsionam : dubia ad malam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
PERITONITIS

Oleh:
Nabila Fauziah
PENDAHULUAN

 Peradangan peritoneum (peritonitis)


merupakan komplikasi berbahaya yang
sering terjadi akibat penyebaran
infeksi dari organ-organ abdomen
 Keputusan untuk melakukan tindakan
bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan
penyakit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
 Ketepatan diagnosis dan
penanggulangannya tergantung
dari kemampuan melakukan
analisis pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
 Peritoneum adalah membrane serosa
terbesar di tubuh, terdiri dari lapisan epitel
squamous simpleks (mesothelium).
 Peritoneum dibagi menjadi peritoneum
parietal dan peritoneum viseral
ANATOMI
Fungsi peritonium
 Menutupi sebagian dari organ abdomen
dan pelvis
 Membentuk pembatas yang halus
sehingga organ yang ada dalam rongga
peritoneum tidak saling bergesekan
 Menjaga kedudukan dan mempertahankan
hubungan organ terhadap dinding
posterior abdomen
 Tempat kelenjar limfe dan pembuluh
darah yang membantu melindungi
terhadap infeksi.
Peritonitis
 Peritonitis atau infeksi intra-
abdominal adalah suatu kontaminasi
mikroba pada kavitas peritonii
Klasifikasi

1. Peritonitis primer terjadi bila mikroba menginvasi kavitas


peritonii melalui penyebaran hematogen dari sumber jauh
infeksi atau inokulasi langsung

2. Peritonitis sekunder terjadi setelah kontaminasi kavitas peritonii


karena perforasi atau inflamasi berat dan infeksi organ intra-
abdominal. Contoh: Appendisitis, perforasi traktus GIT

3. Peritonitis tersier terjadi akibat kegagalan respon inflamasi


tubuh atau superinfeksi. Dapat terjadi akibat peritonitis
sekunder yang telah dilakukan interfensi pembedahan atau
medikamentosa
Peritonitis primer
Faktor resiko paling umum meliputi:
 Penyakit hati dengan sirosis. Penyakit sepertii ini
sering menyebabkan penumpukan cairan perut
(ascites) yang dapat terinfeksi
 Gagal ginjal yang dilakukan dialisis peritoneum.
Teknik ini melibatkan implantasi kateter ke dalam
peritoneum, digunakan untuk menghilangkan
produk limbah pada darah orang yang mengalami
gagal ginjal. Hal ini terkait resiko peritonitis karena
kontaminasi peritoneum yang tidak disengaja
melalui kateter.
Peritonitis sekunder
Penyebab umum peritonitis sekunder meliputi :
 Ruptur appendix
 Diverticulum
 Tukak lambung
 Penyakit pencernaan seperti crohn’s disease dan
divertikulitis
 Pankreatitis
 Pelvic inflammatory disease
 Perforasi gaster , usus , kandung empedu,appendiks
 Pembedahan
 Trauma abdomen akibat luka tusuk atau tembak
DIAGNOSA
 Anamnesis:
 Keluhan nyeri seluruh perut (akut abdomen)
 Keluhan perubahan kesadaran
 Demam
 Anoreksia, vomitus, perut kembung, tidak bisa b.a.b.,
flatus.
 TTV
 Takikardi
 Takipneu
 Hipotensi
 Hipertermi
DIAGNOSA
 Gambaran klinik
 Inspeksi : Perut distensi
 Palpasi : Nyeri tekan, nyeri lepas, defans
muskular
 Perkusi : Hipertimpani
 Auskultasi : Suara peristaltik menghilang
Pemeriksaan
laboratorium
Didapatkan :
 Leukositosis dengan shift to the left (peradangan)
 Hematokrit meningkat (mencerminkan
perubahan menahun dalam volume plasma dan
peningkatan nya bisa mencerminkan dehidrasi
sekunder akibat muntah)
Pemeriksaan radiologis
Foto polos abdomen 3 posisi
Didapatkan :
 Gambaran udara kabur dan tidak tersebar
merata
 Preperitonial fat dan psoas line menghilang
 Biasanya lambung, usus halus dan kolon
menunjukkan dilatasi sehingga menyerupai ileus
paralitik.
 Penebalan dinding usus
 Perselubungan menyeluruh atau pun di bagian-
bagian tertentu
 Gambaran garis permukaan cairan dalam
usus (air-fluid levels) atau dalam rongga
peritoneal (intraperitoneal fluid level)
 Kalau terdapat perforasi akan terlihat udara
bebas di bawah diafragma.
 Diagnostic Peritoneal Lavage merupakan
metode yang aman dan terpercaya
untuk mendiagnosis peritonitis generalisata
terutama pada pasien yang tidak memberikan
tanda konsklusif pada pemeriksaan fisik atau
pada pasien dengan riwayat medis yang
terbatas.
Hasil positif pada DPL (leukositlebih dari 800 <ml
) menunjukkan adanya peritonitis. Laparoskopi
juga merupakan metode yang efektif selain DPL.
 Gold standard intervensi diagnostik pada
peritonitis adalah laparotomi eksplorasi.
DIAGNOSIS BANDING
 Apendisitis
 Pankreatitis
 Gastroenteritis
 Kolesistitis
 Salpingitis
 kehamilan ektopik terganggu
PENATALAKSANAAN
 Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara
intravena (larutan isotonik). Hipovolemi terjadi
karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak
dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan
menurunkan cairan ke dalam ruang vaskuler dan
akibat muntah
 Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.
 Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk
mual dan muntah.
 Pemberian antibiotika yang sesuai
 Tindakan bedah mencakup mengangkat materi
terinfeksi dan memperbaiki penyebab
 Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang
difus menggunakan larutan kristaloid (saline)
KOMPLIKASI
 Komplikasi dini
 Septikemia dan syok septik
 Syok hipovolemik
 Sepsis intra abdomen rekuren
 Abses residual intraperitoneal
 Portal Pyemia (misal abses hepar)
Komplikasi
o
 Komplikasi lanjut
 Adhesi
 Obstruksi intestinal rekuren
PROGNOSIS
 Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan
adalah baik

 Pada peritonitis umum prognosisnya


mematikan akibat organisme virulen
THANK YOU

:*

Anda mungkin juga menyukai