Anda di halaman 1dari 55

N EG L EC T ED N O N UNIO N F R A K TU R F EMU R

DEKST RA 1 / 3 T EN G AH HIP ERT R O P HY T Y P E


BAB I
PENDAHULUAN

Patah tulang (Fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang

Neglected Fracture adalah penanganan patah tulang pada


extremitas (anggota gerak) yang salah oleh bone setter (dukun
patah)

Delayed union
Nonunion
Malunion

masih sering dijumpai di masyarakat Indonesia. Pada umumnya


neglected fractur terjadi pada orang yang berpendidikan dan
berstatus sosio-ekonomi rendah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Tulang


Beberapa fungsi tulang sebagai struktur dan organ yaitu ;
1.Membentuk rangka badan
2.Tempat melekatnya otot
3.Sebagai bagian tubuh untuk melindungi dan
mempertahankan alat-alat dalam, seperti otak, sum-sum
tulang belakang, jantung dan paru-paru
4.Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan
garam.
5.Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan
hemopoetik untuk memproduksi sel-sel darah merah ,
sel-sel darah putih dan trombosit.
2.2 Neglected fraktur

fraktur → tidak ditangani atau


ditangani dengan tidak semestinya →
keadaan keterlambatan dalam penanganan
atau kondisi yang lebih buruk bahkan
kecacatan
Arief Darmawan menyebutkan bahwa

neeglected fraktur adalah fraktur yang

penaganannya lebih dari 72 jam atau disebut

sebagai kasus terlantar akibat penaganan

yang tidak tuntas baik dari tenaga medis

ataupun dukun
Derajat 1. Fraktur yang telah terjadi antara 3 hari-3 minggu

Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu- 3 bulan

Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan – 1 tahun

Derajat 4. Fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun.


2.3 Etiologi dan proses terjadinya fraktur

1. Trauma

2. Non trauma

3. Stress
2.4 Jenis dan klasifikasi fraktur

Klasifikasi berdasarkan anatomi

Klasifikasi berdasarkan radiologi

Klasifikasi berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma

Klasifikasi berdasarkan kondisi

Klasifikasi Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

Klasifikasi berdasarkan klinis


2.6 Diagnosa

Anamnesis

Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
penunjang
Anamnesis

Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada


hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus.

Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat
hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.

Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
Pemeriksaan umum

Look

 Deformitas
 Penonjolan yang abnormal
 Angulasi
 Rotasi
 Pemendekan
 Hilangnya fungsi ; misalnya pada fraktur kruris tidak dapat
berjalan dan pada fraktur antebrakhii tidak dapat
menggunakan lengan.

Feel

 Terdapat nyeri tekan


Move

 Krepitasi
 Nyeri
 Terdapat gangguan-gangguan fungsi, gerakkan-
gerakkan yang tidak mampu
dilakukan,gangguan kekuatan otot.
 Gerakan yang tidak normal
Pemeriksaan radiologis

menentukan keadaan, lokasi serta


ekstensi fraktur. Beberapa
Penyembuhan fraktur
Waktu penyembuhan fraktur

1.Umur penderita
2.Lokalisasi dan konfigurasi fraktur
3.Pergeseran awal fraktur
4.Vaskularisasi pada kedua fragmen
5.Reduksi serta imobilisasi
6.Waktu imobilisasi tidak dilakukan sesuai
waktu penyembuhan sebelum terjadi
union, maka kemungkinan untuk
terjadinya nonunion sangat besar
7. Ruangan di antara kedua fragmen
serta interposisi oleh jaringan lunak
8. Faktor adanya infeksi
9. Cairan sinovia
10. Gerakan aktif dan pasif pada
anggota gerak
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa

Lokalisasi Waktu penyembuhan


Falang / metakarpal/ metatarsal / 3 – 6 minggu
kosta 6 minggu
Distal radius 12 minggu
Diafisis ulna dan radius 10 – 12 minggu
Humerus 6 minggu
Klavikula 10 – 12 minggu
Panggul 12 – 16 minggu
Femur 8 – 10 minggu
Kondilus femur/ tibia 12 – 16 minggu
Tibia/ fibula 12 minggu
Vertebra
•Penatalaksanaan fraktur

1. Terapi konservatif
2.Terapi operatif
3.Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan melihat
foto radiologi
Reposisi tertutup – fiksasi eksterna
Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi internal
4. Terapi operatif dengan membuka frakurnya
Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi,
misalnya :
Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excici caput femur dan pemasangan endoprosthesis
moore atau yang lainnya.
5. Terapi Rehabilitasi
•Komplikasi fraktur
Komplikasi fraktur terhadap organ: 1,2,4,8
•Komplikasi pada kulit
•Lesi akibat penekanan
•Ulserasi akibat dekubitus
•Ulserasi akibat pemasangan gips
•Komplikasi pada pembuluh darah
•Ulserasi akibat pemasangan gips
•Lesi akibat traksi dan penekanan
•Iskemik volkmann
•Gangren
•(osteomielitis).
Komplikasi pada saraf

 Lesi akibat traksi dan penekanan

 Komplikasi pada sendi

 Infeksi (arthritis septic) akibat operasi terbuka pada

trauma tertutup

 Komplikasi pada tulang

 Infeksi akibat operasi terbuka pada trauma tertutup


Malunion

Fraktur sembuh dengan deformitasi (angulasi, perpendekan

atau rotasi). Malunion adalah keadaan dimana fraktur

menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang

berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau

union secara menyilang.


Malunion biasa dikarenakan fraktur tanpa
pengobatan, pengobatan yang tidak adekuat,
reduksi dan imobilisasi yang tidak baik ,
pengambilan keputusan serta teknik yang salah
pada awal pengobatan dan osifikasi prematir pada
lempeng epifisis karena adanya trauma. Malunion
juga dapat timbul jika ada ketidakselarasan rotasi
atau angularis berlebihan yang mengikuti
penyembuhan
Delayed union
Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang
lebih lama dari normal. Delayed union
adalah fraktur yang tidak sembuh setelah
selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk
anggota gerak atas dan lima bulan untuk
anggota gerak bawah).
Nonunion ;

Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-


8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat
pseudoatrosis (sendi palsu). Pseudoatrosis dapat terjadi tanpa
infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi disebut
infected pseudoarthrosis
Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung-ujung
fragmen tulang
Hipertrofik

Ujung- ujung tulang bersifat sklerotik dan


lebih besar dari normal yang disebut
gambaran elephant’s foot. Garis fraktur
tampak dengan jelas . ruang antar tulang
diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat
fibrosa. Pada jenis ini vaskularisasi baik
sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi
yang rigid tanpa pemasangan bone graft
Atrofik (oligotrofik)

Tidak ada tanda-tanda aktifitas seluler pada


ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan
bulat serta osteoporotik dan avaskuler. Pada
jenis ini disamping dilakukan fiksasi rigid
juga diperlukan pemasangan bone graft
IDENTITAS PASIEN

Nama :Tn. HS
Umur :62 tahun
Jenis Kelamin :Pria
Alamat :DS. Salubomba Kabupaten
Donggala
Pekerjaan : Petani
Tgl masuk :14 Desember 2013
RM :24 04 02
Ruangan :Pav. Teratai Bangsal
Rumah sakit :RSUD UNDATA Palu
ANAMNESA (Autoanamnesis)

Keluhan utama : Tungkai kanan tidak dapat digunakan


berjalan

 Dialam ± 1 tahun 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit


akibat kecelakaan lalu lintas .
 Pasien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang dan
menabrak sapi
 pasien terjatuh sebelah kanan dan tungkai kanan pasien terhimpit
kendaraan miliknya.
 Pasien tidak bisa mengangkat tungkai kanannya.
 Pasien dibawa ke puskesmas Solubomba dan
mendapat penanganan awal dengan tungkai kanan pasien
dibersihkan dan dijahit untuk menghentikan perdarahan
 kemudian dirujuk ke RSUD Undata Palu.
 Pasien menolak untuk dilakukan tindakan operasi dan
pulang atas permintaan sendiri.
 Riwayat pengobatan tradisional ke 4 orang dukun
dilakukan pemijatan dan dipasang kayu agar kaki pasien
tidak bergerak bebas namun tidak mengalami perbaikan.
 Riwayat penyakit lain disangkal.
Riwayat penyakit keluarga:

•DM (-)

•Hipertensi (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata: Sakit Sedang/ Composmentis

Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg
Pernapasan : 18 x/menit torakoabdominal
Nadi : 80 kali/menit , reguler ,kuat angkat
Suhu aksilla : 36.2 °C

Kepala :Normocephal
Mata : Konjungtiva Anemis (-)/(-), Sklera Ikterik (-)/(-)

Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-), warna kulit sama dengan
daerah sekitar, nyeri tekan (-)
Thorax

Inspeksi : Normothoraks, pergerakan simetris


Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+)/(+), batas paru hepar SIC VI
midclavicula dextra
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-),
Wh (-)/(-)
Jantung

Inspeksi : Pulsasi Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di SIC V
midclacicula sinistra
Perkusi : Pekak
Batas jantung atas SIC II parasternal sinistra
Batas jantung bawah SIC V midclavicula sinistra
Batas jantung kanan SIC IV parasternal dekstra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler
Abdomen
Inspeksi :cembung, ikut gerak dada
Palpasi :Nyeri tekan (-), Hepar/Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas
Superior
I : tidak ada kelainan
P : Nyeri tekan (-/-), Akral hangat (+)/(+)
Inferior : Sesuai status lokalis
Status lokalis : femur dekstra
Inspeksi :
 Warna kulit sama dengan jaringan sekitar
 Tampak jaringan parut
 Penonjolan abnormal pada 1/3 tengah
 Atrofi otot (+)
 Tungkai tampak pendek sebelah kanan
 Eksorotasi (+)
Palpasi :
 nyeri tekan setempat (-),
 palse movement 1/3 tengah
 suhu sama dengan sekitar (normal)
 True of leg lenght dekstra 75 cm
sinistra 80 cm (perbedaan 5 cm)

Appearence of leg lenght


deksta 80 cm dan sinistra 85 cm (perbedaan 5 cm)

 Galleazi sign : pada femur perbedaan kanan dan kiri 5 cm


 Lingkar paha tidak diukur
ROM :
•Hip Joint
Eksorotasi : kanan lebih besar dibandingkan kiri
Endorotasi : kanan lebih kecil dibandingkan kiri
Ekstesi : kanan sama dengan kiri
Fleksi : kanan sama dengan kiri
•Knee joint
Ekstensi : kanan lebih kecil dibandingkan kiri
Fleksi : kanan lebih kecil dibandingkan kiri
NVD :
•arteri dorsalis pedis teraba (+) kuat angkat
Sensori :
•Dalam batas normal
Motoris : baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi :
 Diskontuinitas os femur 1/3 tengah dekstra
 Kallus (+)
 Non Union
 Operlepping (+) ± 5 cm
 Bending (+)
Laboratorium
Darah Rutin (16 Desember 2013) : dalam batas normal
RBC : 4.71 x 1012/L (3.6 - 6.5) (N)
WBC : 7.01 x 109/L (5 - 10) (N)
Hb : 13.6 g/dL (12 - 18) (N)
Hct : 41.89 % (35 - 52) (N)
Plt : 306 x109/L (150 - 450) (N)
CT : 7’ 30 ” ( 4 – 10 menit) (N)
BT : 3 ‘ 30 “ ( 1 – 5 menit) (N)
Kimia Darah (16 Desember 2013)
GDS : 131 mg/dL (70 - 200) (N)
Ureum : 18 mg/dL (8 - 53) (N)
Kreatinin : 1.19 mg/dL (0.3 - 0.6) (N)
SOPT : 30 UI/L
SGPT : 16 UI/L
Resume

Laki laki 62 tahun masuk kerumah sakit dengan keluhan tungkai

kanan tidak dapat digunakan berjalan selama ± 1 tahun 6 bulan akibat

kecelakaan lalu lintas, pasien mengendarai motor dengan kecepatan sedang

dan menabrak sapi. Tungkai kanan terhimpit motor kemudian tidak dapat

digunakan. Dilakukan pembersihan luka, penjahitan, imobilisasi di

puskesmas Solubomba dan direncanakan untuk operasi di RSUD Undata

Palu namun pasien menolak. Pasien berobat ke 4 orang dukun namun tidak

mengalami perbaikan.
Didapatkan status generalisata adalah sakit sedang,kompos mentis, gizi baik.

Tanda vital dalam batas normal, thoraks dan abdomen dalam batas normal. Pada

pemeriksaan femur dekstra didapatkan jaringan parut, penonjolan abnormal pada 1/3

tengah, atrofi otot, tungkai pendek sebelah, eksorotasi, palse movement 1/3 tengah,

perbedaan true of leg lenght kanan dan kiri 5 cm, perbedaan appearance of leg lenght

5 cm, galleazi sign femur 5 cm, Range of movemnet pada hip joint eksorotasi kanan

lebih besar dibanding kiri, endorotasi kanan lebih kecil dibanding kiri, pada knee joint

ekstensi kanan lebih kecil dibanding kiri, fleksi kanan lebih kecil dibanding kiri . Foto

femur dektra didapatkan diskontuinitas femur 1/3 tengah dekstra , kallus (+),

Non Union ,Overlepping (+) ± 5 cm, Bending (+).


Diagnosa

•Neglected nonunion fraktur femur dekstra 1/3 tengah hipertrophy tipe

Terapi

•Rekonstruksi femur

•Internal fixation (Plate + screw)


Laporan operasi
 Prosedur steril dan driping
 Posterior lateral aproach → insisi tajam dan tumpul Kulit , subcutis , fascia ,
m. Vastus lateralis
 Bebaskan tulang dari jaringan fibrotik
 Refresh tepi tulang , buka medulla tulang
 Reduction sampai terposisi dengan baik
 Pasang broad plate 10 hole + 10 buah screw
 Bilas luka dengan NaCl
 Kontrol perdarahan
 Pasang drain
 Jahit luka lapis demi lapis ( fascia, subcutis dan kulit).
 Pasang elastic verban
 Operasi selesai
Terapi Post operasi
•R/ Analgetik
•R/ Antibiotik
•R/ H2 Reseptor Antagonis
•Foto rongen post operasi

Tampak posisi tulang femur sudah

pada posisinya

Tampak broad palte 10 hole + 10

buah screw
Prognosis

Dubia et bonam
DISKUSI

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma berupa

kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan pasien mengalami fraktur

femur 1/3 tengah, namun pasien tidak menjalani pengobatan secara

tuntas selama 1 tahun 6 bulan dan berobat ke empat orang dukun.

Berdasarkan referensi pada pembahasan sebelumnya maka kasus ini

memenuhi kriteria neglected fraktur derajat 4 yakni fraktur yang

terjadi lebih dari satu tahun.


Pada inspeksi didapatkan tampak jaringan parut dan penonjolan abnormal

pada 1/3 tengah , atrofi otot , kaki tampak pendek sebelah kanan, posisi abnormal

(eksorotasi) . pada palpasi didapatkan palse movement 1/3 tengah , True of leg

lenght dekstra 75 cm ; sinistra 80 cm (perbedaan 5 cm), Appearence of leg lenght :

80 cm / sinistra 85 cm (perbedaan 5 cm), Galleazi sign : perbedaan kanan dan kiri

5 cm dan pada foto rongen didapatka diskontuinitas femur 1/3 tengah dekstra,

Kallus ,non union , operlepping ± 5 cm dan bending .


Sehingga didiagnosis sebagai neglected nonunion
fraktur femur dekstra 1/3 tengah hipertrophy tipe. Pada
kasus ini terjadi nonunion disebabkan oleh Reduksi dan
Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan
pada kedua fragmen, Interposisi jaringan lunak diantara
kedua fragmen danpengobatan yang salah atau sama
sekali tidak dilakukan pengobatan.
Pengobatan yang dilakukan pada kasus ini adalah

rekonstruksi femur, pembebasan jaringan fibrotik diujung

fragmen fraktur side , refresh tepi fraktur side, mebebaskan

medulla tulang, open reduction dan pemasangan plate 10 hole

dan screw 10 buah dengan tujuan reduksi anatomi yang adekuat,

imobilisasi dan membebaskan medulla tulang dan menghindari

interposisi jaringan. Tujuan dilakukan rekonstruksi dan internal

fiksasi adalah supaya cepat dilakukan imobilisasi “early

mobilitation” pada hari kedua post operasi.


Medika mentosa

1. Antibiotik
2. Analgetik
3. Antagonis H2 Reseptor

Terapi rehabilitasi
Thanks

Anda mungkin juga menyukai