Anda di halaman 1dari 92

ASSALAMUALAIKUM WR WB Selamat datang pada

materi STAGE
SELAMAT PAGI INDONESIA!!! CALCULATION
BIODATA

NAMA : ROHMADI
PENDIDIKAN : D4 AKAMIGAS-STEM
(REFINERY)
RIWAYAT PEKERJAAN : KILANG PPSDM MIGAS
ALAMAT RUMAH : MENGGUNG RT 06/07
KARANGBOYO-CEPU
EMAIL : rohmadi.1970@esdm.go.id
HP : 081390196170
• Distilasi adalah salah satu teknik pemisahan yang didasarkan atas perbedaan
volatility atau titik didih komponen-komponen dalam campuran.
• Proses ini dilakukan didalam sebuah kolom yang didalamnya dilengkapi alat
kontak yang tersusun diatas tray dengan jarak antara tray tertentu.
• Untuk pemisahan yang sangat komplek sering kali digunakan lebih dari
satu kolom, dan untuk mendapatkan kemurnian yang tinggi pada hasil
puncak dapat dilakukan dengan cara mengembalikan sebagian kondensat
melalui puncak kolom tersebut sebagai reflux.
• Karena dari kolom ini diperoleh produk dalam berbagai fraksi maka proses ini
dikenal sebagai distilasi fraksional atau fraksinasi.
• Di dalam proses distilasi mencakup kegiatan proses penguapan dan
pengembunan.
Proses penguapan

• Campuran larutan dipanaskan pada suhu


tertentu sehingga komponen-komponen yang
lebih ringan akan lebih banyak berubah
fasenya menjadi uap.
Proses pengembunan
• Uap yang terbentuk didinginkan kemudian berubah
fasenya menjadi cair kembali dan kemudian ditampung
di dalam tempat penampungan.
• Didalam proses distilasi terjadi dua kejadian lain yaitu
transfer panas dan transfer masa.
• Transfer panas berlangsung pada saat campuran diberi
panas dari sumber panas tertentu.
• Transfer masa ditunjukkan oleh adanya perubahan fase
cair menjadi uap dan demikian juga sebaliknya,
berkurangnya masa cairan sebanding dengan
bertambahnya masa uap.
• Fase uap kontak dengan fase cair dan sekaligus terjadi
transfer masa dari cairan ke uap dan dari uap ke
cairan.
• Di dalam fase cair dan uap biasanya mengandung
komponen-komponen sama tetapi berbeda jumlahnya.
Lanjutan
• Komponen A adalah lebih volatile (atau lebih mudah
menguap) sedangkan komponen B kurang volatile.
• Feed (umpan) memasuki kolom distilasi berupa campuran
yang terdiri dari komponen A dan B pada suhu TF.
• Di dalam kolom distilasi campuran tersebut terpisah
berdasarkan titik didihnya, yang mempunyai titik didih rendah
berupa uap dan keluar melalui bagian puncak kolom dan
setelah dilewatkan melalui condenser berubah fasenya
menjadi cair (condensate) pada suhu TC.
• Sedangkan yang mempunyai titik didih lebih besar keluar
melalui bagian dasar kolom berupa cairan kemudian
didinginkan oleh cooler dan keluar pada suhu TR.
• Dalam praktek, hasil puncak tidak pernah mencapai
kemurnian 100 % A, demikian pula untuk hasil bawah (bottom
product) tidak pernah mencapai kemurnian 100 % B.
• Untuk mendapatkan kemurnian hasil yang lebih tinggi, maka
di dalam kolom distilasi dilengkapi dengan peralatan kontak
yang tersusun secara bertingkat.
Skema Distilasi Sederhana
1. Distilasi atmosferik adalah distilasi yang tekanan
kerjanya sebagaimana tekanan atmosfir
2. Distilasi hampa adalah distilasi yang tekanan kerjanya
dibawah tekanan atmosfir, dimaksudkan untuk
menurunkan titik didih sehingga suhu operasinya
dapat lebih rendah dari pada suhu pada distilasi pada
tekanan atmosfir. Dalam pelaksanaannya biasanya
digabung secara integral dengan distilasi atmosferik,
yang mana residu yang diperoleh dari distilasi
atmosferik selanjutnya dipisahkan lagi fraksi-fraksi yang
masih terikut didalamnya dengan cara distilasi hampa.
3. Distilasi bertekanan adalah distilasi yang tekanannya
diatas tekanan atmosfir. Distilasi bertekanan banyak
diterapkan untuk memisahkan komponen-komponen
yang sangat ringan yang pada tekanan atmosfir suhu
operasinya harus jauh dibawah suhu atmosfir dan hal
ini tidak mungkin dapat dilakukan dengan mudah.
Cara ini biasanya untuk memisahkan campuran
antara metane, etane, propane dan butane atau
untuk memisahkan nitrogen dari udara.
• Kolom distilasi
• Kolom stripper
• Furnace (dapur)
• Heat Exchanger (HE)
• Condenser
• Cooler
• Separator
• Pengaturan variabel proses adalah penting sekali
untuk mendapatkan kwalitas maupun kwantitas
produk yang dikehendaki.
• Perubahan variabel proses akan mengakibatkan
penyimpangan yang menyuluruh terhadap mutu
maupun jumlah produk.
• Oleh karena itu kontrol terhadap kwalitas produk
dilaboratorium sangat penting artinya untuk
mengendalikan/mengatur variabel proses.
• Variabel proses yang pokok dan perlu
dikendalikan secara cermat di dalam proses
distilasi adalah:
Suhu
Tekanan
Laju alir (flow rate)
Tinggi permukaan cairan (level) didalam
kolom
Suhu
• Pengaruh suhu di dalam suatu proses distilasi merupakan
faktor yang sangat menentukan, karena pada proses ini
terjadi pemisahan atas komponen-komponen campuran
berdasarkan titik didihnya.
• Pengaruh suhu operasi yang terlalu tinggi pada crude oil akan
menimbulkan perengkahan (cracking) di dalam tube yang
kemudian dapat berkelanjutan pembentukan coke (coking)
didalam tube yang efeknya dapat menghambat transfer
panas, dan bahkan dapat merusak tube karena panas yang
berlebihan (overheating) pada dinding tube.
• Pengaruh suhu operasi yang terlalu tinggi pada kolom
fraksinasi dapat dilihat dengan mudah melalui hasil analisis
laboratorium.
• Jika suhu didalam kolom fraksinasi terlalu tinggi akan
mengakibatkan naiknya titik didih akhir (Final Boiling Point)
hasil puncak atau naiknya titik didih awal (Initial Boiling Point)
hasil bawah (bottom product).
• Demikian pula sebaliknya jika suhu di dalam kolom fraksi nasi
terlalu rendah.
Tekanan
• Untuk distilasi atmosferik, pengaruh tekanan tidak begitu
tampak, tidak seperti distilasi hampa atau distilasi
bertekanan.
• Pengaturan tekanan biasanya bervariasi dengan
pengaturan suhu operasi.
• Pengaruh tekanan di dalam kolom fraksinasi yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan tidak sempurnanya fraksinasi di
dalam kolom, dan disamping itu kemampuan peralatan
juga akan membatasi hal tersebut.
• Pengaruh tekanan operasi yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan naiknya titk didih dengan kata lain
penguapan akan menjadi lebih sulit.
• Dalam hal ini dapat dilihat dari hasil analisis laboratorium,
jika tekanan didalam kolom fraksinasi naik akan
mengakibatkan titik didih akhir hasil puncak akan menjadi
rendah dan demikian pula titik didih awal hasil bawah juga
menjadi rendah.
• Demikian pula sebaliknya jika tekanan di dalam kolom
fraksinasi terlalu rendah.
Laju alir (Flow rate)
• Laju alir berpengaruh terhadap tingginya
permukaan cairan (level) di dalam kolom fraksinasi
ataupun stripper.
• Jika aliran masuk kedalam kolom terlalu besar akan
mengakibatkan naiknya permikaan cairan didalam
kolom karena tidak sebanding dengan laju
penguapan yang terjadi di dalam kolom.
• Dan akibat terhadap hasil bawah akan menurunkan
titk didih awal dan flah point.
• Jika perubahan aliran terjadi pada hasil samping
(side stream) maka pengaruhnya adalah terhadap
titik didih awal, titik didih akhir dan flash point produk
tersebut.
• Mempengaruhi kesetabilan suhu dan gangguan
operasi furnace
Tinggi permukaan cairan (level)
• Tinggi rendahnya permukaan cairan di dalam kolom
fraksinasi akan mempengaruhi keadaan cairan pada tiap-
tiap tray.
• Bila permukaan cairan pada down comer suatu tray terlalu
tinggi, maka hal ini akan menimbulkan peristiwa banjir
(floading), cairan akan meluap dan tumpah ke tray di
bawahnya, dan mengakibatkan produk pada tray
dibawahnya akan terkontaminasi oleh fraksi ringan dan
mutunya rusak (off spec).
• Demikian pula bila permukaan cairan pada dasar kolom
terlalu tinggi maka akan menimbulkan kemungkinan produk
pada tray diatasnya akan menjadi off spec karena
kemasukan fraksi berat. Demikian pula sebaliknya jika
permukaan cairan di dasar kolom terlalu rendah maka
kemungkinan timbulnya loss suction pada pompa besar
sekali.
• Untuk menjaga kesetabilan permukaan cairan pada dasar
kolom biasanya dikendalikan dengan sistem kontrol yang
dapat bekerja secara otomatis.
Tekanan
• Tiga cara untuk menyatakan tekanan yang bekerja di
dalam fluida atau sistem.
• Tekanan udara atmosfir yang dinyatakan sebagai 1 atm
adalah sama dengan 760 mm Hg pada 0 oC, 29,921 inch Hg,
0,760 m Hg, 14,696 lb force per square inch (psi), atau 33,90 ft
H2O pada 4 oC.
• Tekanan lebih (gage pressure) adalah tekanan di atas
tekanan atmosfir sebagaimana umumnya yang ditunjukkan
oleh alat pengukur tekanan.
• Tekanan mutlak (absolute pressure) adalah tekanan yang
sekalanya diukur mulai dari tekanan udara 0 atm, dengan
kata lain tekanan absolut sama dengan tekanan lebih
ditambah 1 atm.
• Sebagai contoh jika suatu bejana mempunyai tekanan
yang ditunjukkan oleh alat pengukur sebesar 2 atm gage
(atg), maka tekanan mutlaknya sama dengan 2 + 1 =
3 atm absolut (ata).
lanjutan

• Di dalam beberapa kasus, khususnya dalam


pengupan tekanan dinyatakan sebagai inch
air raksa (inch Hg) vakum, artinya tekanan
tersebut diukur sebagai inch Hg diukur
dibawah tekanan barometrik absolut.
• Sebagai contoh, suatu pembacaan dari alat
ukur menunjukkan 25,4 inch Hg, maka
besarnya tekanan vakum adalah 29,92 - 25,4 =
4,52 inch Hg absolut.
Skala tekanan gage dan absolute
Hukum Gas Ideal
• Gas ideal dinyatakan sebagai gas pada kondisi atmosfir berupa
gas sempurna (tidak sebagianpun yang menyusut volumenya
karena tekanan, apa lagi terkondensasi).
• Dengan kata lain gas ideal adalah gas yang menduduki volume
ruangan sebagaimana volume molekul-molekulnya sendiri.
• Perilaku gas ideal mengikuti hukum-hukum gas ideal.
• Gas nyata (real gas) dinyatakan gas yang tidak mengikuti hukum-
hukum gas ideal karena volume ruangan yang diduduki tidak
menggambarkan volume molekul-molekulnya sendiri.
• Umumnya gas pada kondisi tekanan yang cukup tinggi dikatakan
sebagai gas tidak sempurna, oleh karena itu diperlukan koreksi
dalam melakukan perhitungan-perhitungan.
• Hukum gas ideal yang oleh Boyle keadaannya dinyatakan bahwa
volume gas berbanding langsung terhadap suhu absolutnya dan
berbanding terbalik terhadap tekanannya absolutnya.
Lanjutan
• Secara matematis dinyatakan seperti berikut:
• pV=nRT
p = tekanan absolut, N/m2
V = volume gas, m3
n = jumlah molekul, kgmol T = suhu absolut, K
R = konstanta gas, 8314,3 kg.m2/kgmol.s2.K
Jika volume gas dinyatakan dalam satuan ft3, n dalam lbmol, dan T dalam
oR, maka R mempunyai harga 0,7302 ft3.atm/lbmol.oR.

Untuk satuan cgs, V = cm3, T= K, R = 82,057 cm3.atm/gmol.K, dan n = gmol.


Besaran gas biasanya dinyatakan dalam volume (m3) pada kondisi standar
dengan tujuan agar dapat dibandingkan.
Mengacu pada rekomendasi AGA dan API, keadaan standard yang
disebut “standard condition of temperature and pressure” (disingkat STP
atau SC) yang dalam sistem satuan internasional (SI) dinyatakan pada
tekanan 101,325 kPa (1,0 atm) absolute dan suhu 288,15 K (15 oC).
Dalam satuan British volume dinyatakan ft3, tekanan 14,73 psia (101,563
kPa) dan suhu 60 oF (15,56 oC).
Lanjutan

• Dalam acuan juga sering menggunakan keadaan normal


yang disebut “normal condition of temperature and
pressure” (disingkat NTP atau NC) yang dalam system
satuan international (SI) dinyatakan pada tekanan 101,325
kPa absolute dan suhu 273,15 K (0 O C).
• Dibawah kondisi ini volume gas dinyatakan sebagai berikut:
 volume 1 kgmol (NC) = 22,414 m3
 volume 1 gmol (NC) = 22,414 liter = 22414 cm3
 volume 1 lbmo (NC) = 359,05 ft3
Contoh
• Hitung harga konstanta gas R jika tekanan
dinyatakan dalam satuan psia, mol dalam lbmol,
voulme dalam ft3, dan suhu dalam oR. Ulangi untuk
satuan SI.
• Penyelesaian:
 Pada kondisi standard: p = 14,7 psia
 V = 359 ft3
 T = 460 + 32 = 492 oR ( 273,15 K)
 n = 1 lbmol
pV
Gunakan persamaan: R =
nT
Untuk berbagai kondisi dapat dinyatakan dalam persamaan-persamaan seperti
berikut:

= n R T1
p1 V1

p2 V2 = n R T2
Campuran Gas Ideal
• Konsep “gas ideal”, “cairan ideal”, “campuran gas
ideal”, dan “campuran cairan ideal” telah
membentuk basis untuk berbagai hubungan
kuantitatif dalam membahas kesetimbangan.
• Prinsip dasar yang berkaitan dengan distilasi adalah
hukum Dalton yang menjelaskan tentang tekanan
parsial, dan hukum Raoult yang mengkaitkan
tekanan yang ditimbulkan oleh suatu komponen
dalam fase uap dari suatu campuran gas terhadap
konsentrasi dalam fase cair dan tekanan uapnya.
• Dalam keadaan ideal, hukum Raoult dapat
didefinisikan untuk fase uap-cairan dalam
kesetimbangan seperti berikut:
Lanjutan pi = tekanan parsial komponen i dalam fase uap
pi* = tekanan uap komponen i
xi = fraksi mol komponen i dalam fase cair

Hukum ini hanya berlaku untuk larutan ideal seperti methane-ethane, ethane- propane,
propane- butane, dan sebagainya.
Banyak sistem berupa larutan ideal atau non ideal mengikuti hukum Henry jika dalam
larutan encer. Dalam hukum Henry dinyatakan
H adalah konstanta Henry (atm/fraksi mol).
Jika kedua sisi persamaan tersebut dibagi dengan tekanan total, maka diperoleh
persamaan seperti berikut:
Konstanta Kesetimbangan Hidrokarbon pada suhu rendah
Konstanta Kesetimbangan Hidrokarbon pada suhu tinngi
• Proses distilasi melibatkan penggunaan panas untuk
penguapan dan pelepasan panas untuk pengembunan.
• Seperti yang terlihat dalam Gambar menunjukkan terjadinya
penguapan dan pengembunan yang dialami dalam proses
distilasi.
• Kenyataannya bahwa campuran dalam fase uap banyak
mengandung komponen yang titik didihnya lebih rendah.
• Sebaliknya, campuran dalam fase cair banyak mengandung
komponen yang titik didihnya lebih tinggi.
• Oleh karena itu, ketika uap didinginkan dan mengembun,
kondensat yang dihasilkan banyak mengandung komponen
yang lebih mudah menguap.
Lanjutan
• Beberapa hal dalam istilah yang digunakan sebagai
dasar untuk memahami dasar-dasar distilasi adalah
sebagai berikut:
Jenis kolom
Peralatan pokok dan operasinya
Bahan konstruksi kolom
Reboiler
Kesetimbangan uap-cairan
Perancangan kolom distilasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
operasi kolom
1. Jenis Kolom Distilasi

• Banyak jenis kolom distilasi yang dirancang untuk


melakukan pemisahan dengan tujuan tertentu dan
sesuai dengan tingkat kesulitannya.
• Salah satu cara yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kolom distilasi adalah berdasarkan
cara operasinya, yakni batch-column atau continuous-
column.
• Batch-Column
Cara pengoperasian batch-column dilakukan
dengan memasukkan umpan ke dalam kolom
kemudian umpan diuapkan hingga mencapai
suhu tertentu untuk menghasilkan produk yang
dikehendaki telah tercapai.
Setelah itu sisa penguapan di keluarkan dari
kolom sampai bersih.
Selanjutnya kolom diisi umpan lagi dan dilakukan
penguapan lagi seperti sebelumnya, dan cara ini
dilakukan berualng- ulang.
Continuous-Column

• Umpan dimasukkan ke dalam kolom secara terus-


menerus, demikian pila hasil distilasi dikeluarkan dari
kolom secara terus-menerus.
• Cara operasi seperti ini banyak diterapkan karena
lebih efektif dan efisien (lebih cepat dan lebih
murah).
• Continuous-column dapat diklasifikasikan lagi sesuai
dengan jumlah komponen umpannya, jumlah
pruduknya, letak masuknya umpan tambahan, dan
jenis alat kontak yang berada di dalam kolom.
2. Peralatan Pokok dan Operasinya
• Kolom distilasi dibuat berikut beberapa komponennya
yang masing-masing digunakan untuk mentransfer
panas maupun masa selama proses distilasi
berlangsung.
• Beberapa komponen peralatan pokok distilasi yang
dimaksud adalah:
Vertical shell: dimana pemisahan komponen-
komponen cair dilakukan.
Tray/plate dan/atau packing: yang berfungsi
untuk menajamkan pemisahan komponen.
Reboiler: untuk menguapkan kembali produk bawah
yang akan dikembalikan lagi ke dalam kolom.
Condenser: untuk mengembunkan uap yang
meninggalkan puncak kolom.
Reflux drum: untuk menampung kondensat yang
akan di kembalikan lagi kedalam kolom.
• Sebuah vertical shell yang di dalamnya dilengkapi
dengan alat kontak (misalnya bubble cap tray,
valve tray, sieve tray, atau jenis tray yang lain),
condenser, reflux drum, dan reboiler dikenal
sebagai sebuah kolom distilasi yang secaraskematik
ditunjukkan dalam Gambar
3. Operasi Dasar dan Terminologi
• Campuran cairan yang diproses dikenal sebagai umpan (feed)
dan biasanya diumpankan dekat dengan pertengahan kolom
menuju ke sebuah tray yang dikenal sebagai feed tray.
• Feed tray berada di antara dua bagian, bagian di atas feed tray
dikenal dengan istilah enriching atau rectification section, dan
bagian di bawah feed tray dikenal dengan istilah stripping section.
Lanjutan

• Feed yang mengalir ke bawah dan terkumpul di bagian


dasar kolom ditarik keluar dan sebagian menuju ke
reboiler untuk dikembalikan lagi ke dalam kolom,
perhatikan Gambar.
• Panas dipasok ke reboiler untuk menguapkan cairan
yang berada di dalam reboiler sebelum menuju ke
kolom. Sumber panas yang digunakan sebagai
pemanas di dalam reboiler biasanya steam.
• Di dalam refinery banyak dijumpai steam bekas
(exhaust steam) dan lebih ekonomis jika steam ini yang
digunakan sebagai media pemanas. Sebagian cairan
yang ditarik dari bagian dasar kolom dan tidak
dikembalikan lagi ke kolom melalui reboiler dikenal
sebagai bottom product atau simply bottom.
Lanjutan

• Uap yang keluar meninggalkan bagian puncak


kolom didinginkan di dalam condenser untuk
diembunkan.
• Kondensat yang dihasilkan daricondenser di
tampung di dalam sebuah bejana yang dikenal
sebagai reflux drum. Sebagian dari cairan
dikembalikan ke bagian puncak kolol dan dikenal
sebagai reflux.
• Sedangkan sebagian lainnya yang tidak
dikembalikan dikenal sebagai distillate atau top
product.
• Dengan demikian ada internal flow yang berupa
uap dan cairan di dalam kolom dan external flow
berupa umpan dan produk di luar kolom.
Enriching section
4. Internal Colums
4.1.Tray dan Plate
Istilah “tray” dan “plate” digunakan secara
bergantian. Ada berbagai macam rancangan tray
yang tersedia di pasaran, tetapi salah satu yang
paling banyak digunakan di antaranya adalah
bubble cap tray, valve tray dan sieve tray.
Tidak semua jenis tray cocok untuk menangani
berbagai macam cairan yang akan didistilasi, tetapi
harus dipilih yang sesuai dengan karakteristik
campuran cairan yang akan didistilasi dan juga
yang tidak kalah pentingnya adalah dengan
mempertimbangkan hidrodinanikanya.
Bubble cap tray

• Sebuah bubble cap tray seperti yang terlihat dalam


Gambar (5-9) mempunyai riser atau chimney yang
terpasang pada setiap lubang, dan sebuah cap
(mangkok) yang menutupi riser.
• Cap dipasang sedemikian rupa sehingga ada suatu
jarak antara riser dan cap untuk memberikan jalan uap
yang melewatinya.
• Uap naik melalui chimney dan diarahkan oleh cap
untuk membelok ke bawah menuju ke lubang kecil
(slot) yang terdapat di ujung bibir cap.
• Di dalam slot inilah uap melakukan kontak dengan
cairan dan menimbulkan gelembung-gelembung uap,
dan di sini pula transfer panas dan transfer masa
terjadi.
Valve tray

• Di dalam valve tray seperti yang terlihat dalam Gambar (5-10),


terdiri dari lubang-lubang yang ditutupi oleh liftable caps (yaitu
mangkok-mangkok yang dapat terangkat karena tekanan uap.
• Jika tekanan uap cukup akan mengankat valve, tetapi jika
tekanan uap tidak mencukupi valve akan turun merapat dengan
lubang tray.
• Dengan demikian kemungkinan cairan mengalir melalui lubang-
lubang tray dapat dihindari. Uap naik melalui lubang-lubang
tersebut dan mengangkat cap, dengan demikian akan
menimbulkan luasan celah aliran untuk lewatnya tersebut.
• Dengan terangkatnya cap akan mengarahkan uap untuk
mengalir secara horisontal menembus cairan yang ada
didekatnya.
• Oleh karena itu menimbulkan pencampuran antara uap dan
cairan yang lebih baik daripada yang dilakukan di dalam sieve
tray.
Sieve tray
• Sieve tray seperti yang terlihat dalam Gambar adalah pelat biasa yang
diberikan lubang-lubang kecil sebagai jalan lewatnya uap.
• Uap naik ke atas lurus melalui lubang-lubang tersebut dan kontak
dengan cairan yang berada di atas plate.
• Supaya tidak terjadi tetesan cairan melalui lubang tersebut maka
tekanan uap harus cukup untuk melawan tekanan hidrostatis yang
ditimbulkan sesuai dengan ketinggian cairan di atas plate.
• Cairan mengalir turun secara gravitasi melalui downcomer dari satu tray
ke tray di bawahnya.
• Sebuah weir (tanggul) juga dipasang di atas tray yang digunakan untuk
menjamin agar di atas tray selalu ada genangan cairan (liquid
holdup).
• Denganmempetahankan genangan cairan pada ketinggian tertentu
dimaksudkan agar uap dan cairan selalu kontak. Tingginya genangan
cairan di atas tray harus sesuai dengan permukaan cairan yang dapat
menutupi slot.
• Aliran uap di dalam kolom yang mendesak cairan melalui lubang-lubang
tray efektifitasnya tergantung pada luasnya seluruh lubang yang
dilaluinya. Luasnya seluruh lubang yang dilalui uap setiap tray dikenal
sebagai active tray area.
4.2. Packing
• Packing, beberapa diantaranya seperti yang
terlihat dalam Gambar adalah peralatan pasive
(passive devices) yang dirancang untuk
meningkatkan luas permukaan antara uap dan
cairan yang saling melakukan kontak.
• Bentuk packing dibuat sedemikian rupa dengan
maksud untuk mendapatkan kontak antara uap
dan cairan lebih baik ketika sejumlah packing
ditempatkan di packed section di dalam sebuah
kolom. Ketebalan tumpukan packing yang
diletakkan pada packed section diperhitungkan
agar jangan sampai menimbulkan penurunan
tekanan (pressure drop) yang berlebihan.
5. Reboilers
• Berfungsi mendidihkan kembali cairan pada bottom
kolom.
• Telah disebutkan sebelumnya bahwa
pemisahan komponen-komponen suatu
campuran cairan dengan proses distilasi
tergantung pada perbedaan titik didih dari
masing-masing komponen.
• Juga tergantung pada konsentrasi
komponen- komonen yang ada.
• Oleh karena itu, proses distilasi tergantung
pada karakteristik tekanan uap campuran.
1.Tekanan uap dan titik didih
• Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu adalah tekanan
kesetimbangan yang ditimbulkan oleh molekul-molekul yang
meninggalkan dan memasuki permukaan cairan, atau dapat
dikatakan bahwa jumlah masa cairan yang diuapkan sama
dengan jumlah masa uap yang diembunkan.
• Beberapa hal penting yang berkaitan dengan tekanan uap yang
perlu difahami, yakni:
Energi yang ditambahkan akan menaikkan tekanan uap
Tekanan uap berkaitan dengan titik didih
Suatu cairan dikatakan mendidih apabila tekanan uapnya
sama dengan tekanan sekitarnya atau dengan kata lain titik
didih suatu cairan tergantung volatilitasnya.
Cairan dengan tekanan uap tinggi (cairan yang mudah
menguap) akan mendidih pada suhu yang lebih rendah.
Tekanan uap dan titik didih suatu campuran cairan
tergantung pada komposisi campuran tersebut.
Distilasi terjadi karena perbedaan volatilitas komponen-
komponen yang ada di dalam suatu campuran.
2.Diagram titik didih
 Titik didih komponen A diibaratkan sebagai suhu
didih yang harga fraksi mol komponen A sama
dengan 1 (satu), dan titik didih komponen B
diibaratkan sebagai suhu didih yang harga fraksi
mol komponen A sama dengan 0 (nol).
 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa
komponen A lebih mudah menguap (volatile),
maka komponen A mempunyai titik didih relative
lebih rendah dari pada komponen B.
 Kurva yang berada di atas pada diagram ini
disebut sebagai garis uap jenuh dimana titik-titik
embun (dew points) berbagai komposisi dalam
fase uap terletak pada garis tersebut, sedangkan
kurva yang ada di bawah disebut sebagai garis
cairan jenuh dimana titik-titik didih (boiling
points) berbagai komposisi dalam fase cair terletak
pada garis tersebut.
Lanjutan
• Titik embun adalah suhu di mana uap jenuh mulai mengembun,
sedangkan titik didih adalah suhu di mana cairan jenuh mulai
mendidih.
• Daerah di atas kurva titik embun menunjukkan komposisi
kesetimbangan uap lewat jenuh (superheated vapor),
sedangkan daerah di bawah kurva titik didih menunjukkan
komposisi kesetimbangan cairan lewat jenuh (subcooled liquid).
• Sebagai contoh, jika suatu cairan lewat jenuh dengan fraksi mol
komponen A = 0,4 (titik A) dipanaskan, maka konsentrasinya
tetap konstan sampai mencapai titik didihnya (titik B), dan pada
saat ini pula ia mulai mendidih. Uap secara berangsur-angsur
terus dihasilkan tanpa diikuti perubahan suhu sampai mencapai
komposisi kesetimbangannya di titik C, dan menunjukkan fraksi
mol komponen A di dalam fase uap sekitar 0,8. Perbedaan
komposisi antara uap dan cairan inilah yang digunakan sebagai
dasar operasi distilasi.
3.Volatilitas relatif
• Volatilitas relatif (relative volatility) adalah suatu tolok ukur
untuk menunjukkan perbedaan volatilitas dan sekaligus
perbedaan titik didih dari kedua komponen dalam suatu
campuran. Hal ini menunjukkan juga tingkat kesulitan atau
kemudahan untuk dipisahkan dengan cara distilasi. Volatilitas
relatif komponen “i” terhadap komponen “j” dinyatakan
sebagai berikut.
• yi = fraksi mol komponen “i” di dalam fase uap
• xi = fraksi mol komponen “j” di dalam fase cair
• Jika volatilitas relatif kedua komponen tersebut mendekati
satu, maka ini suatu indikasi bahwa kedua komponen
tersebut mempunyai tekanan uap yang hampir sama.
• Ini berarti bahwa kedua komponen tersebut mempunyai titik
didih yang hampir sama, dan sudah barang tentu sulit untuk
memisahkannya dengan cara distilasi.
4. Kesetimbangan uap-cairan
• Kolom distilasi dirancang berdasarkan pada titik didih yang dimiliki oleh
komponen-komponen yang ada dalam suatu campuran yang akan
dipisahkan. Oleh karena itu diameter dan tinggi kolom distilasi ditentukan
oleh data kesetimbangan uap-cairan (vapor liquid equilibrium, VLE)
dalam campuran.
• Data kesetimbangan uap-cairan dapat diperoleh dari diagram titik didih
atau dari literatur yang memuat data empiris lainnya.
• Data kesetimbangan uap-cairan campuran biner sering ditampilkan
sebagai sebuah plot seperti yang terlihat dalam Gambar
Diagram kesetimbangan uap-cairan menyatakan hubungan antara komposisi
komponen-komponen dalam fase uap dan fase cair dari suatu campuran biner
pada tekanan konstan. Garis lengkung dalam plot tersebut dikenal sebagai garis
kesetimbangan (equilibrium line) dan menjelaskan komposisi cairan dan uap
dalam kesetimbangan pada tekanan tertentu. Dalam gambar (5-18) tersebut
juga menunjukkan suatu campuran biner yang mempunyai suatu kesetimbangan
uap- cairan yang seragam, yaitu reltif mudah untuk dipisahkan karena bentuk
kurva kesetimbangannya berupa garis lengkung yang beraturan.
Diagram kesetimbangan uap-cairan sistem non ideal

Menunjukkan dua buah plot kesetimbangan uap-cairan untuk sistem non-ideal yang lebih
sulit pemisahannya, hal ini ditunjukkan oleh bentuk kurva yang meruncing di bagian
ujung bawah maupun ujung atas.
Sempitnya daerah yang dibatasi antara garis kesetimbangan dan garis diagonal
menunjukkan tingkat kesulitan pemisahannya.
Semakin sempit berarti semakin sulit pemisahannya.
5. Titik Didih dan Titik Embun

• Titik didih (boiling point) zat murni nilainya sama


dengan titik embunnya (dew point). Titik didih suatu
campuran dapat dicapai apabila memenuhi
criteria berikut:

• Sedangkan titik embun campuran dapat dicapai


apabila memenuhi kriteria berikut:
• Sebagaimana telah disinggung pada
pembahasan sebelumnya, kolom distilasi di
rancang dengan menggunakan data
kesetimbangan uap-cairan suatu campuran yang
akan dipisahkan.
• Karakteristik kurva kesetimbangan uap-cairan
(ditunjukkan oleh bentuk kurva kesetimbanganya)
suatu campuran akan menentukan jumlah tingkat
pemisahannya, dalam hal ini jumlah tray yang
diperlukan untuk pemisahan.
• Salah satu metoda yang cukup banyak diterapkan
untuk menentukan jumlah tray yang diperlukan
untuk distilasi campuran biner adalah metoda
McCabe-Thiele.
1. Metoda McCabe-Thiele
• Pendekatan metoda McCabe-Thiele adalah dengan cara grafis, yaitu
menggunakan sebuah diagram kesetimbangan uap-cairan untuk
menentukan jumlah tray teoritis yang diperlukan untuk memsisahkan suatu
campuran biner.
• McCabe-Thiele membuat asumsi bahwa di dalam kolom terjadi luapan
aliran molar konstan (constant molar overflow) yang berarti bahwa:
 Panas penguapan molal komponen-komponennya dianggap sama
 Pengaruh panas (panas pelarutan dan panas yang hilang) diabaikan
 Untuk setiap mol uap yang diembunkan mengembunkan satu mol
cairan
• Prosedur perancangannya cukup sederhana.
• Dari diagram kesetimbangan yang telah diketahui, pertama kali ditarik
garis operasi.
• Garis operasi yang menyatakan neraca masa menghubungkan antara
fase cair dan fase uap di dalam kolom.
• Ada dua buah garis operasi yang dapat ditarik dari diagram
kesetimbangan. Satu adalah garis operasi untuk bagian atas kolom yang
disebut sebagai garis operasi rektifikasi (rectification or enriching operating
line), dan satu lainnya adalah garis operasi untuk bagian bawah kolom
yang disebut sebagai garis operasi pelucutan (stripping operating line).
2. Garis operasi untuk bagian rektifikasi
• Garis operasi untuk bagian rektifikasi (garis operasi enriching) dibuat
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Langkah pertama harus dietapkan terlebih dahulu titik yang
menyatakan komposisi produk puncak yang diinginkan (dalam hal ini
xD) pada sumbu absis dalam diagram kesetimbangan uap-cairan
seperti yang terlihat dalam Gambar (5-22).
 Dari titik xD yang menyatakan komposisi produk puncak tersebut
ditarik sebuah garis lurus vertikal hingga memotong garis diagonal
dan tetapkan titik perpotongannya.
 Tetapkan slope garis operasi rektifikasi yang diperoleh dari
persamaan neraca bahan komponen di bagian puncak kolom yang
besarnya sama dengan R/(R+1).
 Untuk menarik garis operasi rektifikasi juga dapat dilakukan dengan
cara menetapkan intersep garis operasi rektifikasi yang tentunya juga
diperoleh dari persamaan neraca bahan komponen di bagian
puncak kolom yang besarnya sama dengan xD/(R+1).
 Dari titik perpotongan tersebut dilakukan penarikan garis operasi
rektifikasi dengan slope R/(R+1) atau dengan cara menghubungkan
titik perpotongan antara garis diagonal dan garis vertical dari xD
dengan titik intersep xD/(R+1) di sumbu ordinat.
Lanjutan
• Perlu diketahui bahwa notasi “R” menunjukkan harga
perbandingan laju alir reflux (L) terhadap laju alir distillate (D)
atau R = L/D yang dikenal dengan istilah reflux ratio.
• Harga R (reflux ratio) digunakan sebagai tolok ukur untuk
menentukan seberapa banyak masa yang mengalir menuju
bagian puncak kolom dikembalikan lagi ke kolom sebagai reflux.
• Besar-kecilnya harga R akan menentukan seberapa banyak
jumlah tray atau tingkat kontak uap-cairan yang dibutuhkan.
Jika garis operasi rektifikasi berhimpit dengan garis diagonal
menunjukkan bahwa semua distillate dikembalikan sebagai reflux
(total reflux) yang akibatnya jumlah tray yang dibutuhkan adalah
paling sedikit (minimum tray).
• Sebaliknya, jika reflux yang dikembalikan sangat sedikit (reflux
minimum) maka jumlah tray yang dibutuhkan tak berhingga.
• Hal ini dapat dilihat dari diagram bahwa pertongan antara garis
operasi rektifikasi dengan garis umpan (garis) q berada pada garis
kesetimbangan.
• Pengertian garis q yang disebutkan di sini akan dibahas lebih lanjut
pada pembahasan berikutnya.
Cara membuat garis operasi rektifikasi
3. Garis operasi untuk bagian pelucutan
 Garis operasi untuk bagian pelucutan
dibuat dengan cara yang sama seperti
pembuatan garis operasi rektifikasi.
 Tetapi, titik awalnya adalah ditentukan
dari komposisi produk dasar (bottom
product) yang diinginkan, kemudian
dari titik tersebut ditarik garis vertikal
hingga memotong garis diagonal.
 Dari titik perpotongan ini di tarik garis
operasi pelucutan dengan slope Ls/Vs
sebagaimana diilustrasikan dalam
Gambar.

 Ls adalah laju alir cairan yang menuju ke daerah pelucutan (stripping section),
sedangkan Vs adalah laju alir uap yang meninggalkan daerah pelucutan.
 Dengan demikian slope garis operasi pelucutan adalah harga perbandingan laju alir
cairan terhadap laju alir uap pada bagian dasar kolom distilasi (Ls/Vs).
4. Garis kesetimbangan dan garis operasi
• Metoda McCabe-Thiele menganggap bahwa cairan pada
sebuah tray dan uap yang di atasnya dalam keadaan
setimbang.
• Bagaimana keterkaitan antara garis kesetimbangan dan
garis operasi dijelaskan secara grafis seperti yang terlihat
dalam Gambar
Lanjutan
• Sebuah penampang yang diperbesar sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar (20) mengilustrasikan garis operasi
pelucutan pada tingkat (tray) ke “n” dalam kolom distilasi. Arti
notasi yang digunakan dalam gambar tersebut adalah:
Ln = laju alir cairan meninggalkan tray ke “n”
Vn = laju alir uap meninggalkan tray ke “n”
Ln+1 = laju alir cairan dari tray ke “n+1” memasuki tray ke “n”
Vn-1 = laju alir uap dari tray ke “n-1” memasuki tray ke “n”
xn = fraksi mol komponen dalam cairan yang meninggalkan
tray ke “n”
yn = fraksi mol komponen dalam uap yang meninggalkan tray
ke “n”
xn+1 = fraksi mol komponen dalam cairan dari tray ke “n+1”
memasuki tray ke “n”
yn-1 = fraksi mol komponen dalam uap dari tray ke “n-1”
memasuki tray ke “n”.
“n+1” berarti tray di atas tray ke “n”, sedangkan “n-1” berarti tray di
bawah tray ke “n”.
Lanjutan
• Cairan pada tray ke “n” dan uap di atasnya dalam
keadaan setimbang, oleh karena itu xn dan yn
terletak pada satu titik dalam kurva kesetimbangan.
• Karena uap dibawa ke tray di atasnya tanpa
mengalami perubahan komposisi, dalam hal ini
dilukiskan sebagai garis horisontal pada plot
diagram kesetimbangan hingga memotong garis
operasi.
• Dalam titik perpotongan ini menunjukkan komposisi
cairan pada tray ke “n+1” sebagaimana garis
operasi menyatakan neraca bahan pada tray.
• Komposisi uap di atas tray ke “n+1” diperoleh dari
titik perpotongan garis vertikal dari titik ini ke kurva
kesetimbangan.
5. Jumlah tray
• Dengan menarik garis vertikal dan horisontal diperoleh titik-titik
pada kurva kesetimbangan, dan setiap satu titik menunjukkan
kesataraannya dengan satu tray (tahap kesetimbangan).
• Dengan cara ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan
ukuran kolom distilasi dengan menggunakan metoda grafis
yang dikembangkan oleh McCabe-Thiele sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar.
• Dengan mengetahui kedua garis operasi pada bagian
pelucutan dan bagian rektifikasi, maka pembuatan grafik
dengan menarik garis tahapan seperti yang dijelaskan di atas
dapat dilakukan.
• Dari Gambar menunjukkan bahwa 7 tahapan teoritis diperlukan
untuk mencapai hasil pemisahan yang dikehendaki.
• Jumlah tray teoritis yang diperlukan adalah satu tahap lebih
kecil dari jumlah tahapan yang dihitung, karena jumlah
tahapan yang dihitung sudah termasuk satu tahap yang
diperhitungkan untuk reboiler.
Lanjutan

• Jumlah tray sebenarnya yang diperlukan dihitung


berdasarkan jumlah tray teoritis dibagi dengan efisiensi
yang dirumuskan dalam bentuk persamaan seperti
berikut berikut:
• NA = jumlah tray yang sebenarnya NT
= jumlah tray teoritis
• n = jumlah tahapan
• h = efisiensi tray
• Harga efisiensi tray tertentu berkisar antara 0,5 – 0,7 (50%
- 70%) dan tergantung pada sejumlah faktor seperti
misalnya jenis tray yang digunakan, dan kondisi internal
aliran uap dan cairan.
• Kadang-kadang tambahan tray diberikan sampai 10%
untuk menjamin kemungkinannya kolom mengalami
pembebanan yang berlebihan.
Penentuan jumlah tahapan (McCabe-Thiele)
6. Garis umpan (garis q)

• Sebagaimana yang terlihat dalam Gambar juga menunjukkan campuran


biner yang diumpankan pada tahapan ke empat.
• Tetapi, jika komposisi umpan sedemikian rupa sehingga garis q tidak
bersama-sama memotong pada perpotongan garis operasi maka berarti
bahwa umpan tidak dalam keadaan jenuh cair.
• Kondisi umpan dapat dikenali dari slope garis q seperti terlihat dalam
Gambar.
• Garis q ditarik antara titik perpotongan garis operasi dan titik di mana
komposisi umpan terletak pada garis diagonal.

Garis q mempunyai slope yang besarnya tergantung pada


kondisi umpan, sebagai contoh:
q = 0 (uap jenuh)
q = 1 (cairan jenuh)
0 < q < 1 (camp. uap-cairan)
q > 1 (cairan lewat jenuh)
q < 0 (uap lewat jenuh)
Garis q untuk berbagai kondisi umpan ditunjukkan dalam Gambar
Lamjutan
• Jika kita mempunyai informasi tentang kondisi umpan, maka kita
dapat menarik garis q dan menggunakannya dalam menentukan
jumlah tingkat pemisahan dengan menggunakan metoda
McCabe-Thiele.
• Tetapi, di luar garis kesetimbangan, kita dapat menggunakan dua
pasang gais saja dari tiga pasang garis yang dapat ditarik untuk
menetapkan jumlah tingkat pemisahan, yakni:
feed-line and rectification section operating line
feed-line and stripping section operating line
stripping and rectification operating lines
• Penentuan jumlah tahapan yang diperlukan untuk tingkat
pemisahan sesuai dengan yang diinginkan dan lokasi tray untuk
pengumapanan, adalah merupakan langkah pertama dari
keseluruhan langkah yang dibutuhkan untuk perancangan kolom
distilasi.
• Lainnya lagi yang diperlukan dalam perancangan kolom distilasi
adalah meliputi: jarak antar tray (tray spacing), diameter kolom,
konfigurasi internal, beban pemanasan dan pendinginan.
Kesemuanya itu dapat menimbulkan kesulitan dalam
perancangan kolom distilasi.
• Kinerja sebuah kolom distilasi ditentukan oleh
banyak faktor, sebagai contoh:
 Kondisi umpan
 Keadaan umpan
 Komposisi umpan
 Adanya elemen-elemen yang
mempengaruhi kesetimbangan uap
cairan
 Kondisi cairan dan aliran fluida di dalam
kolom
 Keadaan tray atau packing
 Kondisi cuaca
1. Kondisi umpan

• Keadaan campuran umpan dan komposisi umpan


mempengaruhi garis operasi dan selanjutnya akan
mempengaruhi jumlah tahapan pemisahan yang
diperlukan.
• Di samping itu juga mempengaruhi lokasi tray untuk
umpan.
• Selama operasi, jika penyimpangan cukup besar dari
spesifikasi perancangannya, maka kan menimbulkan
kesulitan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
• Untuk mengatasi persoalan yang berkaitan dengan
umpan, beberapa kolom dirancang dengan
mempunyai beberapa tempat pengumpanan (multiple
feed points) jika di dalam umpannya mengandung
komponen-komponen yang jumlahnya bervariasi.
2.Kondisi reflux

• Sebagaimana reflux ratio semakin tinggi, maka slope garis operasi


bagian rektifikasi akan semakin besar (maksimum 1), perhatikan
Gambar .
• Dengan kata lain bahwa cairan yang banyak mengandung komponen
ringan semakin banyak yang disirkulasikan kembali ke dalam kolom.
• Pemisahan menjadi lebih baik dan selanjutnya tray yang diperlukan
untuk mencapai derajat pemisahan yang sama menjadi lebih sedikit.
Jumlah tray yang dibutuhkan akan mencapai minimum jika seluruh
kondensat dikembalikan lagi ke dalam kolom (total reflux).
• Sebaliknya, jika reflux semakin berkurang, maka slope garis operasi
bagian rektifikasi semakin kecil atau mendekati garis kesetimbangan
uap-cairan, dan sebagai akibatnya jumlah tray yang diperlukan
semakin banyak.
• Hal ini mudah difahami dengan menggunakan metoda McCabe-Thiele.
• Kondisi batas terjadi pada minimum reflux ratio, dan jumlah tray yang
dibutuhkan menjadi tak terbatas.
Lanjutan

Kebanyakan kolom dirancang dengan reflux


ratio berkisar antara 1,2 sampai 1,5 kali dari
minimum reflux ratio. Oleh karena itu,
dengan pertimbangan pengalaman yang
berdasarkan kondisi ini maka biaya operasi
yang optimum umumnya diperoleh pada
harga reflux ratio di atas. Semakin besar
reflux ratio berarti semakin besar beban
reboiler, namun dilihat dari sisi investasi
semakin kecil biaya investment karena tray
yang dibutuhkan semakin kecil.
3. Kondisi aliran uap
• Foaming
• Foaming merupakan ekspansi cairan karena uap yang
menembus cairan membentuk gelembung-gelembung.
• Meskipun hal ini dapat memperbesar luas permukaan
kontak antara uap dan cairan, namun jika hal ini
terjadi secaraberlebihan dapat menimbulkan
pengglembungan cairan (liquid buildup) pada tray.
• Dalam beberapa kasus, foaming dapat mengakibatkan
terjadinya pencampuran buih dan cairan pada tray di
atasnya.
• Foaming akan terjadi atau tidak tergantung juga pada
sifat fisis dari campuran cairan tersebut, tetapi kadang-
kadang juga tergantung pada kondisi dan
perancangan tray. Apapun penyebabnya, yang jelas
foaming akan menurunkan efisiensi pemisahan.
Entrainment

• Istilah entrainment digunakan untuk menyatakan


terbawanya cairan oleh uap ke tray di atasnya,
dan hal ini diakibatkan oleh laju alir uap yang
tinggi.
• Hal ini dapat menurunkan efisiensi karena
komponen yang lebih ringan terbawa ke dalam
tray yang menahan komponen berat.
• Entraiment yang berlebihan dapat menimbulkan
flooding (banjir) dan menurunkan kemurnian
distilat.
Weeping/dumping

• Kejadian ini disebabkan oleh laju alir uap yang


rendah.
• Tekanan yang ditimbulak oleh uap tidak mampu
untuk menahan cairan pada tray di atasnya,
akibatnya cairan akan merembas melalui lubang
tray.
• Weeping yang berlebihan akan menimbulkan
dumping, yaitu mengucurnya cairan memalui
lubang tray dan berlangsung seperti domino effect.
• Weeping ditandai dengan menurunnya tekanan
secara tajam di dalam kolom dan menurunkan
efisiensi pemisahan.
Flooding

• Flooding adalah peristiwa membanjirnya cairan


sebagai akibat desakan uap yang sangat berlebihan,
dan hal ini mengakibatkan terbawanya cairan ke
dalam uap.
• Meningkatnya tekanan dari uap yang berlebihan juga
dapat menimbulkan desakan kepada cairan di dalam
downcomer, yang mengakibatkan cairan yang
tertahan di dalam tray di atasnya terus menumpuk.
• Flooding dapat mengakibatkan turunnya kapasitas
kolom dan menurunnya efisiensi pemisahan.
• Terjadinya flooding ditandai oleh meningkatnya
perbedaan tekanan kolom.
4. Diameter kolom

• Kebanyakan faktor-faktor yang telah disebutkan


mempengaruhi operasi kolom sesuai dengan
kondisi aliran uap (apakah berlebihan atau
kekurangan).
• Kecepatan aliran uap tergantung pada diameter
kolom.
• Weeping menentukan aliran uap minimum yang
diperlukan, sedangkan flooding menentukan
aliran uap maksimum yang diijinkan.
• Oleh karena itu, jika diameter kolom tidak
memenuhi ukuran, maka kinerja kolom akan
memenuhi harapan.
5.Keadaan tray/packing

• Perlu diingat bahwa jumlah tray yang diperlukan


untuk beban pemisahan tertentu ditentukan oleh
efisiensi tray, dan packing jika menggunakan
packing.
• Dengan demikian ada beberapa faktor yang
menyebabkan turunnya efisiensi tray dan juga akan
menurunkan kinerja kolom.
• Efisiensi tray dipengaruhi oleh kerak, korosi dan laju
alir yang mana terjadinya tergantung pada sifat-
sifat cairan yang ditangani.
6.Kondisi cuaca
• Kebanyakan kolom distilasi terbuka pada cuaca atmosfir.
Meskipun kolom terisolasi, perubahan kondisi cuaca dapat
mempengaruhi operasi kolom.
• Dengan demikian reboiler harus dirancang dengan ukuran
yang memadai agar supaya dapat membangkitkan uap
yang cukup pada saat musim dingin dan dapat diturunkan
kembali pada saat musim panas.
• Demikian pula halnya untuk condenser.
• Ada beberapa faktor prnting lainnya yang dapat
menurunkan kinerja kolom distilasi.
• Faktor-faktor yang dimaksud meliputi perubahan kondisi
operasi, kapasitas, perubahan jenis product karena
permintaan pasar.
• Semua faktor tersebut berkaitan dengan sistem
pengendalian, oleh karena itu harus dipertimbangkan pada
saat melakukan perancangan agar kemungkinan-
kemungkinan yang bakal terjadi dapat diantisipasi.

Anda mungkin juga menyukai