Anda di halaman 1dari 10

Hidayatul Akbar

LATAR BELAKANG
Perubahan Paradigma pembangunan nasional dari sistem sentralisasi
menjadi desentralisasi menyebabkan setiap daerah memaksimalkan
potensi yang ada didaerah mereka

Eksplorasi maksimal investor sumber daya pariwisata di setiap daerah


menjadikan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata.

Pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan perlu


memperhatikan dampak serta aspiratif dengan adat istiadat masyarakat
di sekitar daerah tujuan wisata.
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan (Emil


Pembangunan Pariwisata adalah
Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan
Suatu proses perubahan untuk
kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi
menciptakan nilai tambah dalam
kebutuhan dan aspirasi manusia.
segala aspek bidang pariwisata, mulai
Pembangunan yang berkelanjutan pada
dari Sarana Prasarana, Objek Daya
hekekatnya ditujukan untuk mencari
Tarik Wisata (ODTW), dan aspek-
pemerataan pembangunan antar generasi
aspek lainnya.
pada masa kini maupun masa mendatang.

Pariwisata berkelanjutan adalah sebuah proses dan


sistem pembangunan pariwisata yang dapat menjamin
keberlangsungan atau keberadaan sumber daya alam,
kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga
generasi yang akan datang. Intinya, pariwisata
berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memberikan
manfaat jangka panjang kepada perekonomian
lokal tanpa merusak lingkungan.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable
Tourism Development menurut Yaman dan Mohd (2004: 584)
ditandai dengan 4 kondisi, yaitu :
1. Anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses
perencanaan dan pembangunan pariwisata.
2. Pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri
dan pengunjung/wisatawan.
3. Kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan
iklim mikro harus dimengerti dan didukung.
4. Investasi pada bentuk-bentuk transportasi alternative.

Aronsson (200:40) mencoba menyampaikan beberapa pokok pikiran


tantang intepretasi pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu
1. Pembangunan pariwisata berkelanjutan harus mampu mengatasi
permasalahn sampah lingkungan serta memiliki perspektif ekologis.
2. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menunjukkan
keberpihakannya pada pembangunan berskala kecil dan yang berbasis
masyarakat lokal/setempat.
3. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menempatkan daerah tujuan
wisata sebagai penerima manfaat dari pariwisata, untuk mencapainya
tidak harus dengan mengeksploitasi daerah setempat.
4. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada
keberlanjutan budaya, dalam hal ini berkaitan dengan upaya-upaya
membangun dan mempertahankan bangunan tradisional dan
peninggalan budaya di daerah tujuan wisata.
PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA YANG
BERKELANJUTAN

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam
Partisipasi menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta
mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya
Stakeholders Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis, dan pihak-pihak lain yang
Involvement berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

Kepemilikan Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat.
Fasilitas penunjang kepariwisataan, seperti hotel, restoran, dan sebagainya. seharusnya dapat dikembangkan dan
Lokal dipelihara oleh masyarakat setempat.

Sumber Daya Kegiatan Pariwisata harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara
Berkelanjutan berlebihan.

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara
Mewadahi Tujuan pengunjung/wisatawan, tempat, dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya
Masyarakat atau cultural tourism partnershipdapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan, meliputi daya dukung fisik, alami, sosial, dan budaya.
Daya Dukung Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Skala dan tipe
fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

Monitor dan Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak
Evaluasi kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman
atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus mecakup skala nasional, regional, dan lokal.
PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA YANG
BERKELANJUTAN

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan,
dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan
Akuntabilitas pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa
sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk
Pelatihan membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vocational, dan profesional. Pelatihan
sebaiknya meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-topik lain yang relevan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat
Promosi karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat.
KONSEP EKOWISATA KAWASAN PESISIR
KOTA PASURUAN

Ekowisata atau ekotourisme merupakan salah satu


kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan
dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek
pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat
lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

A. Zona Inti : dimana atraksi/daya tarik


wisata utama ekowisata.
B. Zona Antara (Buffer Zone) : dimana
kekuatan daya tarik ekowisata dipertahankan
sebagai ciri-ciri dan karakteristik ekowisata
yaitu mendasarkan lingkungan sebagai yang
harus dihindari dari pembangunan dan
pengembangan unsur-unsur teknologi lain
yang akan merusak dan menurunkan daya
dukung lingkungan dan tidak sepadan
dengan ekowisata.
C. Zona Pelayanan : wilayah yang dapat
dikembangkan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan wisatawan, sepadan dengan
kebutuhan ekowisata.
D. Zona Pengembangan : areal dimana
berfungsi sebagailokasi budidaya dan
penelitian pengembangan ekowisata.
Untuk tercapainya pengembangan dan pembinaan ekowisata integratif, dibutuhkan
beberapa pendekatan, antara lain:

Wisatawan dituntut untuk tidak hanya mempunyai kesadaran lingkungan dan kepekaan sosial
Pendekatan budaya yang tinggi, tetapi mereka harus mampu melakukannya dalam kegiatan wisata melalui
Lingkungan sifat-sifat empati wisatawan, digugah untuk mengeluarkan pengeluaran ekstra untuk
pelestarian alam.

Pendekatan Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan dalam penyusunan perencanaan sejak awal, dimana
partisipasi masyarakat dapat menyampaikan gagasan-gagasan yang dapat memberikan nuansa
dan Participatory Planning, dan mendorong mereka mengembangkan gagasan murni tanpa
pengendalian dan pengarahan terkendali dari pihak-pihak berkepentingan.
pemberdayaan

Pendekatan Jalan, jembatan, air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik dan sistem pengendalian dan
pemeliharaan lingkungan, merupakan unsur-unsur fisik yang dibangun dengan cara
pengembangan menghindari perusakan lingkungan atau menghilangkan ranah keindahan pada lokasi
infrastruktur ekowisata.

Zoning peletakan fasilitas dibedakan dalam empat zonasi yaitu:


Pendekatan a. Zona Inti
zonasi kawasan b. Zona Antara (Buffer Zone)
ekowisata c. Zona Pelayanan
d. Zona Pengembangan
Bentuk skenario pengembangan ekowisata di Kota Pasuruan yaitu berupa wisata penelitian yang
memiliki nilai edukasi dan diarahkan pada wilayah pesisir yaitu memiliki beberapa kegiatan yaitu
sebagai berikut :
1. Pendataan spesies (terumbu karang, perikanan)
2. Pendataan kerusakan alam (pencemaran air laut, kerusakan pada hutan bakau dan kerusakan
pada terumbu karang)
3. Konservasi (reboisasi pada hutan bakau yang mengalami kerusakan, lokalisasi pencemaran
serta perlindungan terhadap terumbu karang dan ekosistem laut)

Wisata Penelitian yang berbasis ekowisata ini memberikan peluang dan manfaat untuk masyarakat
setempat, yaitu:
1.Digunakannya tenaga, kemampuan dan informasi dari masyarakat setempat dan peserta
ekowisata sebagai bagian dari suatu team penelitian.
2.Terawasi dan diakui serta dihargainya peran masyarakat setempat didalam kegiatan penelitian
dan pengetahuan.
3.Mempersempit peluang penyimpangan didalam kegiatan penelitain karena aktifnya peran
masyarakat setempat.
Terima Kasiih.

Anda mungkin juga menyukai