Anda di halaman 1dari 48

REFERAT

GANGGUAN CEMAS
• Cemas  suatu sinyal yang menyadarkan; ia
memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman.
• Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom
seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,
rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut,
dan gelisah.
• Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau
internal. Masalah eksternal umumnya terkait
dengan hubungan antara seseorang dengan
komunitas, teman, atau keluarga. Masalah
internal umumnya terkait dengan pikiran
seseorang sendiri.
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN
CEMAS
• Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari
dua komponen yakni, kesadaran terhadap
sensasi fisiologis ( palpitasi atau berkeringat )
dan kesadaran terhadap rasa gugup atau
takut. Selain dari gejala motorik dan viseral,
rasa cemas juga mempengaruhi kemampuan
berpikir, persepsi, dan belajar.
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
• Teori Psikoanalitik
Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya “ 1926
Inhibitons, Symptoms, Anxiety” bahwa kecemasan adalah
suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang
tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan
perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal,
kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan
defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan
naik di atas tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya
sebagai suatu sinyal, ia akan timbul sebagai serangan
panik.2
Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari
stimulus lingkungan yang spesifik. Contohnya,
seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya
yang memperlakukannya semena-mena, akan
segera merasa cemas bila ia bertemu ibunya.
Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak
percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat
meniru sifat orang tuanya yang cemas.2
Teori Eksistensi
• Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan
stimulus rasa cemas yang bersifat kronis. Inti dari teori
eksistensi adalah seseorang merasa hidup di dalam
dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah respon
mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.

• Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori


yang mendasari timbulnya cemas yang patologis antara
lain:
 Sistem saraf otonom
 Neurotransmiter2
Sistem Saraf Otonom
• Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus
terhadap sistem saraf otonom adalah:
• sistem kardiovaskuler (palpitasi)
• muskuloskeletal (nyeri kepala)
• gastrointestinal (diare)
• respirasi (takipneu)
Korteks Serebri
• Korteks serebri bagian frontal berhubungan
dengan regio parahippocampal, cingulate
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga
berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks
temporal juga dikaitkan dengan gangguan
cemas. Hal ini diduga karena adanya
kemiripan antara presentasi klinis dan EEG
pada pasien dengan epilepsy lobus temporal
dan gangguan obsesif kompulsif.
Sistem Limbik
• Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan
serotonergik, sistem limbik juga memiliki reseptor
GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan
stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau
sistem limbik berpengaruh pada respon cemas
dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik
perhatian peneliti, yakni peningkatan aktivitas
pada septohippocampal, yang diduga berkaitan
dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang
diduga berkaitan dengan gangguan obsesif
kompulsif.
KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS

• Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders ( DSM-IV), gangguan cemas terdiri dari :
• Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
• Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
• Fobia spesifik;
• Fobia sosial;
• Gangguan Obsesif-Kompulsif;
• Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
• Gangguan Stress Akut;
• Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder).
• Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
di Indonesia III, gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan
neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan
dengan stress (F40-48).

• F40–F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN


GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRES
• F40 Gangguan Anxieta Fobik
• F40.0 Agorafobia
• .00 Tanpa gangguan panik
• .01 Dengan gangguan panik
• F40.1 Fobia sosial
• F40.2 Fobia khas (terisolasi)
• F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
• F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
• F41 Gangguan Anxietas Lainnya
• F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal
episodik)
• F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
• F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
• F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
• F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
• F41.9 Gangguan anxietas YTT

• F42 Gangguan Obsesif-Kompulsi
• F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
• F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual)
• F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional
• F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya
• F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT

• F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan
Penyesuaian (F43.0-F43.9) F44 Gangguan Disosiatif
(Konversi) (F44.0-F44.9) F45 Gangguan Somatoform
(F45.0-F45.9) F48 Gangguan Neurotik Lainnya (F48.0-
F48.9)
2.1. Gangguan Panik dan Agorafobia

• Gangguan panik ditandai dengan adanya


serangan panik yang tidak diduga dan spontan
yang terdiri atas periode rasa takut intens yang
hati-hati dan bervariasi dari sejumlah serangan
sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan
selama satu tahun. Gangguan panik sering
disertai agorafobia, yaitu rasa takut sendirian di
tempat umum (seperti supermarket), terutama
tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat saat
terjadi serangan panik.1
Pedoman Diagnostik
• Agorafobia
• Agorafobia adalah rasa takut yang hebat pada
suatu tempat. Agoraphobia adalah bentuk parah
dari penghindaran fobia dan dapat menyebabkan
orang-orang dengan gangguan panik untuk
menghindari tempat-tempat umum, orang
banyak, atau bepergian dengan bis atau pesawat.
Pola ini dapat berlanjut ke titik bahwa penderita
tidak akan meninggalkan rumah.3
• Agorafobia
• Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
• a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietas dan bukan
merupakan gejala lain yang sekunder seperti waham atau
b. pikiran obsesif.
• c. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam
sekurang-kurangnya dua dari situasi berikut :
• Banyak orang
• Tempat-tempat umum
• Bepergian keluar rumah
• Bepergian sendiri
• Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang
menonjol
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Organik untuk Gangguan Panik

Kardiovaskular Anemia, Angina, Gagal Jantung, hipertensi, prolapsus katup mitral, infark miokardium, takikardi
atrium paradoksikal.

Pulmonal Asma, hiperventilasi, embolus paru-paru.

Neurologis Penyakit serebrovaskular, epilepsi, penyakit huntington, infeksi, migrain, tumor.

Endokrin Penyakit addison, sindrom cushing, diabetes, hipertiroid, hipogikemik, hipoparatiroid.

Intoksikasi Amfetamin, antikolergik, kokain.


Obat

Halusinasi Marijuana, nikotin, theophilin.

Putus Obat Alkohol, antihipertensi, opiat dan opioid, sedasi hipnotik.

Kondisi lain Anafilaksis, defisiensi B12, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, infeksi sistemik,uremia.
Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
No. Nama Genetik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Imipramine Tofranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-150 mg/h
2. Clomipramine Anafranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-150 mg/h
3. Alprazolam Xanax (Upjohn) Tab.0,25 mg 2-4 mg/h
Tab. 0,50 mg
Tab. 1,00 mg

4. Moclobemide Aurorix (Roche) Tab. 150 mg 300-600 mg/h


5. Sertraline Zoloft (Pfizer) Tab. 50 mg 50-100 mg/h
6. Fluoxetine Prozac (Eli Lily) Cap. 20mg 20-40 mg/h
Elizac (Mersifarma) Cap. 20 mg Cap.10-20
mg
Ansi (Bernofarma)

7. Paraxetine Seroxat (Glaxo Tab. 20 mg 20-40 mg/h


Smith-Kline)

8. Fluvoxamine Luvol (Solvay Tab. 50 mg 50-100 mg/h


Pharma)

9. Citalopram Cipram (Lundbeck) Tab. 20 mg 20-40 mg/h


Terapi kognitif dan Perilaku

• 2 Terapi kognitif. Dua pusat utama terapi kognitif


untuk gangguan panik adalah instruksi tentang
kepercayaan salah dari pasien dan informasi
tentang serangan panik. Instruksi tentang
kepercayaan yang salah berpusat pada
kecenderungan pasien untuk keliru
menginterpretasikan sensasi tubuh yang ringan
sebagai tanda untuk ancaman serangan panik,
kiamat atau kematian. Informasi tentang
serangan panik adalah termasuk penjelasan
bahwa serangan panik jika terjadi tidak
mengancam kehidupan.2
Penerapan Relaksasi.
• Tujuan penerapan relaksasi (contoh latihan
relaksasi Herbert Benson) adalah untuk
memasukkan suatu rasa pengendalian pada
pasien tentang kecemasan dan relaksasinya.
Melalui penggunaan teknik yang dilakukan
untuk relaksasi otot dan membayangkan
situasi yang menimbulkan relaksasi,
pasienbelajar teknik yang dapat membantu
mereka melewati serangan panik.
Latihan pernapasan
• . Karena hiperventilasi yang bersamaan dengan
serangan panik kemungkinan disertai dengan
beberapa gejala, seperti rasa pening dan pingsan,
satu pendekatan langsung untuk mengendalikan
serangan panik adalah melatih pasien
bagaimana mengendalikan dorongannya
untuk melakukan hiperventilasi. Setelah
latihan tersebut, pasien dapat menggunakan
teknik untuk membantu mengendalikan
hiperventilasi selama suatu serangan panik.2
• Terapi psikososial lain
• Terapi keluarga. Keluarga pasien dengan
gangguan panik dan agorafobia mungkin
menjadi terganggu selama perjalanan
gangguan. Terapi keluarga yang diarahkan
untuk mendidik dan mendukung seringkali
bermanfaat.2
2.2. Fobia Spesifik dan Fobia Sosial
• Bentuk fobia mengacu kepada ketakutan yang
berlebihan terhadap benda, lingkungan, atau
situasi yang spesifik. Fobia spesifik adalah
ketakutan yang kuat dan menetap terhadap
benda atau situasi, sedangkan fobia social adalah
ketakutan yang kuat dan menetap terhadap
situasi yang memalukan dapat terjadi. Diagnosis
baik fobia spesifik maupun sosial memerlukan
peningkatan intensitas cemas, bahkan sampai
pada titik panik, saat dihadapkan pada objek
maupun situasi yang menakutkan.
2.2.3. Etiopatogenesis

• Faktor Psikoanalitik
• Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis
fobik, merupakan penjelasan analitik untuk
fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas
adalah sinyal untuk menyadarkan ego, bahwa
dorongan terlarang di alam bawah sadar yang
akan memuncak dan untuk menyadarkan ego
untuk melakukan mekanisme pertahanan
melawan daya insting yang mengancam
Faktor Perilaku

• John B. Watson memiliki hipotesis mengenai fobia,


dimana fobia muncul dari rasa cemas dari stimuli yang
menakutkan yang muncul bersamaan dengan stimuli
kedua yang bersifat netral. Jika dua stimuli
dihubungkan bersamaan, stimuli netral tersebut bisa
membangkitkan kecemasan oleh dirinya sendiri.
Contohnya pada seseorang yang fobia dengan kucing,
dahulu ia pernah dicakar oleh kucing, dimana cakaran
tersebut merupakan stimuli yang menakutkan,
sedangkan kucing tersebut merupakan stimuli yang
netral, namun karena stimuli tersebut muncul secara
bersamaan, sehingga kucing tersebut juga menjadi
stimuli yang menakutkan.
Tanda dan Gejala
• Fobia ditandai oleh kesadaran akan
kecemasan yang berat ketika pasien terpapar
situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR
menyatakan bila serangan panik dapat terjadi
pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia
sosial, namun mereka sudah mengetahui
kemungkinan terjadinya serangan panik
tersebut. Paparan terhadap stimulan tertentu
dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.
• Pada pemeriksaan status mental ditandai
dengan adanya ketakutan yang irasional dan
ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau
objek tertentu. Pasien umumnya
menceritakan bagaimana cara mereka
menghindari stimulus tersebut.
• Umumnya pasien dengan fobia juga memiliki
gejala depresi.1,2
Pedoman Diagnostik
• Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-
IVTR)
• Fobia Spesifik
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,
ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,
melihat darah).
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan
segera, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau
predisposisi oleh situasi.
• Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan
menangis, tantrum, diam membeku, atau melekat erat menggendong.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
E. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah
berlebihan atau tidak beralasan .
• Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin
tidak ditemukan
F. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah
dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang
jelas.
G. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau
penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara
bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi
pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas sosial atau
hubungan dengan orang lain, atau terdapat
penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
H. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling
sedikit 6 bulan.
I. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik
dihubungkan dengan objek atau situasi spesifik tidak lebih
baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti Gangguan
Obsesif-Kompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran dengan
obsesi tentang kontaminasi), Gangguan Stres pascatrauma
(misalnya,penghindaran stimulus yang berhubungan dengan
stresor yang berat0, Gangguan Cemas Perpisahan
• (misalnya,menghindari sekolah), Fobia Sosial
(misalnya,menghindari situasi sosia karena takut merasa
malu), Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia
Tanpa Riwayat Gangguan Panik.
Berikut di bawah ini adalah contoh
fobia spesifik yakni :
Acrophobia Takut akan ketinggian

Agoraphobia Takut akan tempat terbuka

Ailurophobia Takut akan kucing

Hydrophobia Takut akan air

Claustrophobia Takut akan tempat tertutup

Cynophobia Takut akan anjing

Mysophobia Takut akan kotoran dan kuman

Pyrophobia Takut akan api

Xenophobia Takut akan orang yang asing

Zoophobia Takut akan hewan


Fobia Sosial
Penatalaksanaan
• Terapi Perilaku
• Salah satu terapi yang paling sering digunakan
dan dipelajari adalah terapi perilaku. Kesuksesan
terapi ini bergantung pada :
• komitmen pasien dengan terapi
• permasalahan dan tujuan terapi yang jelas
• berbagai strategi yang dapat digunakan untuk
menangani masalah.

• Psikoterapi
• Dahulu psikiater-psikiater percaya bahwa
psikoterapi merupakan terapi yang terutama,
namun dengan seiring berjalannya waktu,
psikiater dihadapkan pada kenyataan bahwa
psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang
timbul dari respon pasien terhadap stimulus
tersebut. Kemudian para psikiater berinisiatif
untuk menghimbau pasien menghadapi sumber-
sumber kecemasannya.2
Terapi Lainnya

• Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna


pada terapi gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk
meningkatkan sugesti ahli terapi bahwa objek fobik
tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan
pada pasien sebagai metode relaksasi jika berhadapan
dengan objek fobik. Psikoterapi suportif dan terapi
keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif
menghadapi objek fobik selama pengobatan. Obat-
obatan seperti antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat
berguna pada pasien dengan fobia spesifik,
benzodiazepine, psikoterapi, atau terapi kombinasi
dapat digunakan pada kasus fobia spesifik
2.3. Gangguan Obsesif Kompulsif

• Gangguan Obsesif-Kompulsif digambarkan


sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang
menghabiskan waktu atau menyebabkan distress
atau hendaya yang bermakna. Obsesi adalah
aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, idea,
impuls yang berulang dan intrunsif. Kompulsif
adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan
disadar iseperti menghitung, memeriksa dan
menghindari. Tindakan kompulsi merupakan
usaha untuk meredakan kecemasan yang
berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu
berhasil meredakan ketegangan.
2.3.4. Tanda dan Gejala
• Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai
gambaran tertentu seperti :
• Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan
ke dalam kesadaran individu
• Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh
• Obsesi dan kompulsi yang egoalien
• Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan
sesuatu yang abstrak dan irasional
• Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa
adanya keinginan kuat untuk melawan
• Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu :
1. Kontaminasi
• Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi,
yang diikuti oleh perilaku mencuci dan membersihkan atau
menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi.
2. Sikap ragu-ragu yang patologik
• Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-
ragu yang diikuti dengan perilaku kompulsi
mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi
berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor
atau tidak mengunci pintu rumah).
3. Pikiran yang intrusif
• Pola yang jarang adalah pikiran yang intrunsif tidak
disertai kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang
seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri
• Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri,
ketepatan sehingga bertindak lamban, misalnya makan
bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur
kumis dan janggut.
• Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan,
trichotillomania, dan menggigit-
• gigit jari.6,7,8
2.3.5. Pedoman Diagnostik

• Kriteria diagnosis menurut DSM-IV :


• A. Salah satu Obsesif atau kompulsif
• Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
• Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang
dan menetap yang intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan
ansietas dan distress, yang ada selama periode gangguan.
• Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem
kehidupan yang nyata.
• Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,
impuls, atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau
tindakan.
• Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang
berasal dari pikirannya sendiri tidak disebabkan faktor luar atau
pikiran yang disisipkan).5
• Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2)
• Perilaku yang berulang (misalnya : cuci tangan,
mengecek) atau aktivitasmental (berdoa, menghitung,
mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu
merasa terdorong melakukan dalam respons dari
obsesinya, atau sesuatu aturan yang dilakukan secara
kaku.
• Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk
mencegah atau menurunkan distress atau mencegah
kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas
mental tidak berhubungan dengan cara yang realistic
untuk mencegah atau menetralisir.
• Pada waktu tertentu selama perjalanan
penyakit, individu menyadari bahwa obsesi
dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan.
Catatan keadaan ini tidak berlaku pada anak.
• Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress,
menghabiskan waktu (membutuhkan waktu
lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu
kebiasaan normal, fungsi pekerjaan atau
akademikatau aktivitas social.
• Bila ada gangguan lain pada aksis 1, isi dari obsesi dan
kompulsi tidak terkait dengan gangguan tersebut.
• Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari
penggunaan zat (misalnya penyalahgunaan zat, obat)
atau kondisi medik umum.

• Kondisi khusus jika :
• Dengan tilikan buruk : jika untuk sepanjang episode
individu tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi
berat dan tidak beralasan5

2.3.7. Penatalaksanaan

• Mengingat faktor utama penyebab gangguan


obsesif-kompulsif adalah factor biologik, maka
pengobatan yang disarakan adalah pemberian
farmakoterapi dan terapi perilaku. Banyak pasien
gangguan obsesi-kompulsif yang resisten
terhadap usaha pengobatan yang diberikan baik
dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun
dasar gangguan obsesif-kompulsif adalah
biologik, namun gejala obsesifkompulsifnya
mungkin mempunyai makna psikologis penting
yang membuat pasien menolak akan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai