Anda di halaman 1dari 23

Om Swastiastu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. KW


DENGAN P5025 P.SPT B PP 6 JAM
DI RUANG KEMUNING BRSU TABANAN
TANGGAL 20 AGUSTUS 2019

OLEH : Kelompok 2C
1. Ni Putu Amelia Rosalita Dewi (P07120319017)
2. Ni Putu Soniya Darmayanti (P07120319018)
3. Putu Epriliani (P07120319019)
4. Ni Putu Meylitha Budyandani (P07120319020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PROFESI NERS
2019
L ATA R B E L A K A N G

Masa nifas merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Pada masa ini
ibu mengalami kelelahan setelah melahirkan sehingga dapat mengurangi produksi ASI
(Saleha,S.2014). ASI sangat bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, juga untuk ibu,
keluarga, dan Negara. Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku
pemberian ASI sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Beberapa faktor diduga
menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik salah satunya adalah faktor
pengetahuan ibu. Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang dapat
meningkatkan produksi ASI turut mempengaruhi pengetahuan ibu yang dapat
menyebabkan kurangnya volume ASI (Budiharjo, 2003; Lubis, 2010, hlm. 35). Informasi
yang kami dapatkan dari studi kasus dengan metode wawancara pada pasien postpartum
normal yang ditemukan di BRSU Tabanan, pasien berusia diatas 35 tahun dengan riwayat
hamil sebanyak tujuh kali dan mempunyai 5 orang anak menyatakan bahwa ASI nya yang
keluar hanya sedikit setelah melahirnya dan masih memutuskan untuk menggunakan
kontrasepsi KB suntik dengan riwayat meminum Pil KB sebagai alat kontrasepsi.

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 wanita usia 15-49
tahun dengan status kawin sebesar 59,3% PUS menggunakan KB modern (Implan, MOW, MOP, IUD,
Kondom, Suntik dan pil) dengan dan 0,4% menggunakan KB tradisional (MAL, Kalender dan Senggama
terputus). Selain itu sebanyak 24,7% PUS pernah melakukan KB dan 15,5 tidak melakukan KB. Metode
kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB baru ialah suntik sebanyak 48,56%(Kemeskes
RI, 2014). Dari semua jenis alat kontrasepsi tersebut metode MOW (tubektomi)/MOP(vasektomi) 2,37%
memiliki presentase paling rendah (BKKBN,2014). Sebagai KB steril yang bersifat permanen MOW,
kemampuan tubektomi dalam mencegah kehamilan mencapai 99,9% (Irene,2016).
Menurut laporan dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Tabanan pada tahun 2016 adalah sebesar 143,4per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
peningkatan dari Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 yang sebesar 58,9per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut merupakan angka tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir.Untuk itu perlu kiranya
mendapat perhatian lebih dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi serta program terkait, karena kematian
ibu dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, serta pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan. Gambaran AKI per Puskesmas se Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
Berdasarkan paparan di atas tentang masalah yang dialami pasien saat berada pada masa nifas kami
tertarik untuk mengangkat kasus yang kami temukan untuk diseminarkan.

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
• Melakukan asuhan keperawatan pada Ny. KW
Tu j u a n Um um dengan post partum spontan

• Melakukakan pengkajian pada kasus Ny. KW dengan post partum


spontan
• Merumuskan dan menegakkan diagnose keperawatan yang muncul
pada kasus Ny.KW dengan post partum spontan
• Menyusun intervensi yang tepat pada kasus Ny.KW dengan post
Tu j u a n K h us us partum spontan
• Melaksanakan implementasi pada kasus Ny.KW dengan post partum
spontan
• Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada kasus Ny.KW
dengan post partum spontan

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
• Hasil dari studi kasus ini dapat
digunakan sebagai memperoleh
ilmu pengetahuan mengenai cara
Manfaat Teoritis pemberian asuhan keperawatan
pada klien dengan post partum
spontan

• Bagi rumah sakit


• Bagi institusi pendidikan
M a nf a a t Pra kt is
• Bagi tenaga keperawatan
• Bagi klien

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
T I N J A U A N P U S TA K A
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN POST PARTUM
FISIOLOGIS
• A. Konsep Dasar
• Pengertian Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• Etiologi Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• Patofisiologis Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• Klasifikasi Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
• Penatalaksanaan Medis Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• Komplikasi Pada Pasien Post Partum Fisiologis
• B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
• Pengkajian Fokus
• Diagnosa Keperawatan

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
ANALISIS KASUS

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/ SUAMI
Nama : Ny. KW Nama : Tn. KS
Umur : 39 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Sopir
Status perkawinan : Kawin Alamat : Belimbing
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Br. Pemudungan, Belimbing Pupuan
No. CM : 732541
Tangal MRS : 19 Agustus 2019
Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2019 Pukul. 11.30 Wita
Sumber informasi : Pasien, keluarga, pemeriksaan fisik, dan CM pasien

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
A. ALASAN DIRAWAT
1. Alasan MRS
Pasien mengatakan alasan MRS pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul 23.22 Wita adalah pasien rujukan puskesmas
selemadeg dengan mengeluh sakit perut hilang timbul dan keluar lendir darah pukul 21.00 Wita gerak janin aktif
dirasakan dengan diagnosa rujukan G7P4024 UK 40 – 41 minggu T/H IU let kep U PK I fase laten + multi para + resti
umur.
2. Keluhan saat dikaji
Pasien mengeluh ASInya hanya keluar sedikit – sedikit

B. RIWAYAT MASUK RUMAH SAKIT


1. Keluhan Utama (saat MRS dan sekarang)
Saat MRS : pasien mengeluh sakit perut hilang timbul dan keluar lendir darah
Saat dikaji : pasien mengeluh ASInya hanya keluar sedikit

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
2. Riwayat persalinan sekarang

Pasien mengatakan sebelum MRS di RSUD Tabanan, pasien mengeluh sakit perut hilang timbul dan keluar lendir
darah pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul 21.00 wita. Lalu pasien dibawa ke puskesmas selemadeg oleh
suaminya dan sampai di puskesmas pukul 22.00 wita dengan keluhan mau melahirkan keluar lendir darah. Setelah
dilakukan pemeriksaan keadaan umum pasien baik, TD : 110/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, suhu : 36 oC, usia
kehamilan 40 – 41 minggu, TFU 3 jari diatas pusat. Pada pemeriksaan VT pasien mengalami bukaan 2 cm, kepala
H I, tidak teraba bagia kecil/ tali pusat , DJJ 135 x/menit, ketuban ( - ), lendir darah ( + ). Pukul 23..00 wita pasien
dirujuk ke BRSU Tabanan oleh bidan puskesmas selemadeg dengan diagnosa rujukan G7P4024 UK 40 – 41 minggu
T/H IU let kep U PK I fase laten + multi para + resti umur. Pasien tiba di BRSU Tabanan pukul 23.22 wita dan
masuk melalui ruang VK. Di ruang VK pasien dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil pasien mengalami VT : 4
cm eff 50 % ketuban ( - ) pecah spontan jernih teraba kepala bawah H I ( + ) tidak teraba bagian kecil/tali pusat,
TD : 110/70 mmHg, , nadi : 84 x/menit, suhu : 36,7 oC, RR : 20 x/menit. Pada pukul 23.40 wita pasien dilakukan
kembali pemeriksaan dan didapatkan hasil VT : bukaan lengkap ketuban ) - ) teraba kepala bawah H III teraba
bagian kecil /tali pusat, HIS ( + ) 3 x 10’ ≤ 35”, DJJ ( + ) 140 – 150 x/ menit, TD : 110/70 mmHg dan N : 80x/menit.
Kemudian pada pukul 23.45 wita bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan dengan apgar skore : 7-9, Lingkar
kepala : 33 cm Lingkar dada : 34 cm PB : 50 cm, berat badan lahir 3.400 gram, gerak aktif, kulit kemerahan, anus
(+), tidak ada kelainan, persalinan ditolong oleh bidan. Pada kala II dilakukan episiotomi/ perineum kaku dengan
luka robekan. Kemudian pada kala III di lakukan injeksi oksitosin 10 IU (IM) dan peregangan tali pusat. Setelah ± 5
menit plasenta lahir lengkap. Setelah itu dilakukan penjaritan luka episiotomi pada perineum. Pendarahan aktif
( - ). Pada kala IV dilakukan observasi pada pasien, pasien tidak ada pendarahan, kencing pasien berwarna jernih.
Pasien Ny. KW di pindahkan ke Ruang Kemuning untuk rawat inap pasca persalinan pukul 11.00 Wita dengan terapi
:
Amoxiciline 3 x 500 mg @ 8 jam PO
Asam mafenamat 3 x 500 mg @ 8 jam PO
Metilergometrine 3 x 0,125 mg @ 8 jam PO
SF 1 x 1 tab
Vit A 1 x 200.000 IU
BAB 1 BAB 2 BAB 4
TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
3. RIWAYAT OBSTERTRI DAN GINEKOLOGI
Riwayat Menstruasi :
 Menarche : Umur 14 tahun Siklus : teratur
 Banyaknya : 240 cc Lamanya : 5 hari
 Keluhan : Tidak ada
 HPHT : 5 November 2018
 
Riwayat Pernikahan :
 Menikah : 3 kali Lama : 2 tahun.
Suami I : 10 tahun, suami II : 6, suami III : 2 tahun

Riwayat Keluarga Berencana :


 Akseptor KB : KB Pil Lama : 3 bulan
 Masalah : Tidak ada
 Rencana KB : Pasien mengatakan berencana menggunakan KB suntik 3 bulan

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
C. Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu :
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
N Tahun Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Pedarah Jenis BB Pj
o kehamilan an kelamin  

1. 1996 Abortus Tidak Curet Bidan Tidak - - - - - -


ada age ada  

2. 1997 40 minggu Tidak Spont Bidan Tidak - - - Perempuan 3000 48


  ada an   ada gr cm
 
   
 
3. 2002 39 minggu Tidak Spont Bidan Tidak - - - Laki – laki 3000 48
ada an ada gr cm  

4. 2009 39 minggu Tidak Spont Bidan Tidak - - - Laki – laki 3000 49


ada an ada gr cm  

5. 2015 39 minggu Tidak Spont Bidan Tidak - - - Laki – laki 3700 50


ada an ada gr cm  

6. 2016 Abortus Tidak Curet Bidan Tidak - - - - - -


ada age ada  

7. Hamil                      
 
ini

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
POLA FUNGSIONAL KESEHATAN

1. Pola Persepsi-Kognitif

Saat pengkajian pasien juga mengatakan setelah persalinan ASInya hanya keluar sedikit,
pasien mengatakan refleks hisap bayinya baik namun bayinya rewel karena ASInya hanya
keluar sedikit. Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai asi ekslusif dan juga kurang
mengetahui tentang alat kontrasepsi yang bisa digunakan, pasien tampak kebingungan saat
ditanya mengenai asi ekslusif dan alat kontasepsi, pasien tampak bertanya-tanya mengenai asi
ekslusif dan cara meningkatkan produksi asi dan penggunaan alat kontasepsi untuk jangka
panjang. Pasien juga kurang mengetahui metode kontrasepsi yang efektif digunakan untuknya.

2. Pola Reproduktif-Seksualitas

Pasien mengatakan sebelum melahirkan dirinya dan suaminya tidak memiliki masalah pada
system reproduksi dan seksualitas. Pasien mengatakan rutin membersihkan organ
reproduksinya. Pasien mengatakan setelah melahirkan ia masih mengalami pendarahan pada
organ reproduksinya namun sudah berkurang. Saat pengkajian pasien mengatakan sebelum
hamil anak kelima ia menggunakan alat kontrasepsi Pil KB dan akan berencana menggunakan
alat kontasepsi KB suntik.

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
- GCS : 15 Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
- Tingkat kesadaran : Compos mentis
- Tanda-tanda fital : TD : 110/80 mmHg N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,5 ºC
- BB : 61kg TB : 152 cm LILA : 28 cm

Head toe toe :


- Kepala
Wajah : mesochepale
Pucat ( - )
Cloasma ( - )
sklera : tidak ikterik
konjungtiva : : tidak anemis
pembesaran limphe node : tidak terdapat perbesaran pada limphe node
pembesaran kelenjar tiroid : tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid telinga : n terdapat auricula, pendengaran
baik

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
- Dada
Payudara
Areola : (+) kanan-kiri, berwarna gelap
Putting : menonjol, lecet (-), bengkak (-) puting kanan masuk ke dalam
Tanda dimpling / retraksi : tidak terdapat tanda dimpling/ retraksi dada simetris
Pengeluaran ASI : ( + ) keluar sedikit
Jantung : tidak terdapat pembesaran jantung
Paru : suara paru vesikuler
Abdomen
o Linea : terdapat linea nigra dari pusar hingga tulang kemaluan
o Satriae : terdapat garis striae albicans pada perut pasien
o Luka SC : tidak terdapat luka sc
o Bising usus : 8 kali / menit
o TFU : 3 jari dibawah pusat
o Kontraksi : Ada, baik
o Diastasi rectus abdominis : ( + )
Genetalia
o Kebersihan : cukup bersih
o Lokhea : rubra ( + )
o Krakteristik : berbau anyir, cair, warna merah kehitaman ± 25cc
BAB 1 BAB 2 BAB 4
TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
Perineum dan anus
Perineum : terdapat luka di perineum ± 5 cm
REEDA :
Rednees : tidak terdapat kemerahan pada area sekitar jaritan
Edema : tidak terdapat edema pada area sekitar jaritan
Ecymosis : tidak terdapat bercak pada area sekitar jaritan
Discharge : tidak terdapat push/ eskudat pada area jaritan
Approximation : jaringan pada jaritan menyatu dengan baik
Hemoroid : tidak terdapat kelainan pada hemoroid
 
Ekstremitas
Atas
Oedema : tidak terdapat oedema pada ekstremitas atas
Varises : tidak terdapat varises pada ekstremitas atas
CRT : < 2 detik
Bawah
Oedema : tidak terdapat oedema pada ekstremitas bawah
Varises : tidak terdapat varises pada ektremitas bawah
CRT : < 2 detik
Tanda homan : ( - ) saat dilakukan pemeriksaan tanda homan pasien tidak merasakan nyeri
pada betis
Pemeriksaan Reflek : ( + )

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
DATA PENUNJANG

Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
HEMATOLOGI        

Darah Lengkap ( 5 Diff ) :        

Lekosit 17.0 103/uL 3.6 – 11.0 H

NEU % 79.4 % 50 – 70 H

LIM % 12.3 % 25 – 40 L

EOS % 1.0 % 2–4 L

MPV 6.8 fL 7.0 – 11.0 L

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
PENGOBATAN
- Amoxiciline 3 x 500 mg @ 8 jam PO ( Sebagai antibiotic golongan penisilin yang digunakan untuk
mengatasi infeksi pada saluran pernafasan, saluran kemih dan telinga )
- Asam mafenamat 3 x 500 mg @ 8 jam PO ( untuk mencegah dan menghentikan perdarahan)
- Metilergometrine 3 x 0,125 mg @ 8 jam PO ( untuk mencegah dan menangani kasus perdarahan
postpartum dan postabortal )
- SF 1 x 1 tab @ 24 jam (suplemen zat besi untuk pembentukan sel darah merah)
- Vit A 1 x 200.000 IU(PO) @24 jam (mempercepat proses penyembuhan luka, untuk penglihatan,
mencegah infeksi, meningkatkan kandungan vit A pada ASI, meningkatkan daya tahan tubuh)

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
ANALISA DATA

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
Masalah utama yang dialami oleh Ny. KW adalah defisiensi pengetahuan mengenai alat kotrasepsi
yang baik digunakan untuknya. Ny.KW dengan latar belakang usia 39 tahun dan sudah memiliki 5 orang anak.
Menurut UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan keluarga berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan
bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Di atas usia 35 tahun, seorang wanita
tidak dianjurkan untuk hamil lagi, karena secara biologis tubuhnya sudah tidak mendukung untuk mengalami
kehamilan, sehingga risiko komplikasi pun akan semakin besar, sehingga alat kontrasepsi yang dapat disarankan
yaitu steril dan IUD. Keunggulan dari alat kontrasepsi ini yaitu ibu tidak akan hamil lagi serta tidak akan menekan
produksi ASI (air susu ibu) bagi ibu yang masih menyusui. Kelemahan dari alat kontrasepsi ini yaitu biaya yang
dikeluarkan relatif besar. Saat melakukan intervensi ditemukan hambatan berupa Ny. KW harus dijelaskan secara
detail mengenai alat kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sehingga perawat harus menyiapkan KIE yang tepat
dan dapat mudah dipahami oleh Ny. KW. Setelah diberikan KIE mengenai alat kontrasepsi Ny. KW mengatakan
sudah cukup memiliki 5 orang anak. Ia mengatakan akan mendiskusikan untuk menggunakan alat kontrasepsi
steril atau IUD dengan suaminya karena menurutnya dalam memilih alat konrasepsi harus dengan persetujuan
suaminya. Masalah kedua yang ditemukan pada Ny. KW adalah defisiensi pegetahuan terkait ASI. Hal ini
berkaitan dengan ASI ibu hanya keluar sedikit hingga hari pertama pasca melahirkan sehingga bayi tidak
mendapatkan asupan ASI yang sesuai dengan kebutuhan. Lowdermilk, Perry, & Cashion (2014) mengemukakan
bahwa satu jam pertama setelah melahirkan adalah waktu yang tepat untuk memberikan ASI kepada bayi.

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
Pada waktu ini juga merupakan saat yang tepat untuk mengkaji ibu terkait pemberian ASI, pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI, dan kesiapan fisik ibu untuk pemberian ASI terkait kondisi payudara dan puting susu. Selama dirawat di
Rumah Sakit, perawat perlu menyediakan edukasi dan pendampingan terkait pemberian ASI. Perawat juga perlu menyediakan
konsultasi laktasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Pada saat melahirkan bayi dan plasenta keluar menyebabkan
menurunnya hormon progesterone, estrogen dan human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba akan tetapi kadar hormone
prolactin tetap tinggi yang menyebabkan produksi ASI yang berlebih dan fase ini di sebut fase laktogenesi II. Pada proses
laktogenesis II di mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu yang setelah melahirkan merasakan payudara
penuh sekitar 2-3 hari setelah melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukkan bahwa produksi ASI itu tidak langsung
di produksi setelah melahirkan. Dalam kasus ini Ny. KW mengatakan ASInya keluar sedikit setelah 6 jam masa nifas. Hal ini
menunjukan bahwa hal yang dialami oleh Ny. KW merupakan suatu hal yang normal terjadi pada masa nifas dimana sesuai
dengan teori laktogenesis II payudara akan dapat terisi penuh dengan ASI sekitar 30-40 jam setelah melahirkan. Perawat
memberikan edukasi kepada Ny. KW untuk menyusui bayinya sesering mungkin segera setelah lahir sesuai kebutuhan bayi
agar dapat merangsang pengeluaran ASI. Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI
merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang
berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga
dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris
dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli oleh karena itu perlu adanya upaya
mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu postpartum (Soettjiningsih,1997). Perawat juga memberikan edukasi kepada Ny. KW
untuk menjaga kebersihan payudara dan menjaga produksi ASI dengan memerah ASI sehingga dapat merangsang produksi ASI
agar dapat keluar dengan maksimal.

BAB 1 BAB 2 BAB 4


TINJAUAN BAB 3
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
BAB VI Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan

Masalah yang dialami oleh pasien yaitu pasien tidak mengetahui tentang bahayanya
kehamilan pada usia di atas 35 tahun kemudian pasien tidak mengetahui cara memilih alat
kontrasepsi yang tepat dengan riwayat hamil 7 kali dan pasien merasa khawatir saat
ASInya hanya keluar sediki-sedikit setelah beberapa jam melahirkan. Diagnosa
keperawatan yang muncul meliputi defisit pengetahuan. Masalah keperawatan berhasil
diatasi dengan memberikan edukasi tentang keluarga berencana mengenai pemilihan alat
kontrasepsi yang tepat yaitu sesuai dengan kondisi dan riwayat kehamilan pasien yaitu
tujuh kali kehamilan disarankan untuk memilih alat kontrasepsi yang bersifat permanen
(tubektomi atau vasektomi) dan promosi laktasi. Promosi laktasi yang diberikan dianjurkan
pasien memyusui bayinya sesering mungkin sesuai kebutuhan bayinya dan untuk
merangsang pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin. Selain itu juga pasien diberikan
edukasi untuk tetap berilaku hidup bersih dan sehat.

1. Saran untuk perawat


Saran
2. Saran untuk masyarakat (pasien)
3. Saran untuk rumah sakit
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai