WHO : 20% s.d 30% mengalami peningkatan dari seluruh wanita di dunia.
Indonesia : insiden mioma uteri 2,39-11,7% pada semua penderita ginekolog
yang dirawat (Prawirohardjo, 2008). RSCM : Juni s.d Desember 2014 sekitar 3,2% dari semua pasien ginekolog yang dirawat (Rekam Medis RSCM, 2014).
Mioma uteri terjadi lebih banyak pada usia reproduktif dan terjadi pula pada usia mendekati menopouse, yaitu usia 35 s.d. 50 tahun hubungan mioma uteri dengan hormon estrogen.
Menimbulkan masalah medis dan sosial.
UTERUS NORMAL UTERUS DENGAN MIOMA UTERI • Merupakan suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos uterus. Tumor jinak ini berasal dari otot uterus serta jaringan ikat penyerta sehingga dikenal dengan istilah fibromioma, leimioma, ataupun fibroid (Rayburn & Carey, 2001). • Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos miometrium (Prawiroharjo, 2009; Winkjosastro, 2009). • Berdasarkan asalnya : a. Mioma serviks uteri (1-3%). b. Mioma korpus uterus. • Berdasarkan letaknya : a. Mioma submukosa (di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus) dapat tumbuh bertangkai menjadi polip kemudian dilahirkan melalui saluran serviks atau dikenal dengan Myomageburt. b. Mioma intramural (di dinding uterus diantara serabut miometrium). c. Mioma subserosum (tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi serabut serosa). (Lowdermilk, dkk., 2012; Winkjosastro, 2009). • Belum diketahui, dikaitkan dengan hormon estrogen. • Faktor risiko : a. Usia reproduksi produktif, yaitu 30-50 tahun, 30% s.d. 50% pada wanita usia subur (Robbins, 2007), meningkat pada wanita kulit hitam, jarang ditemukan sebelum menarche. b. Hormon endogen dimana konsentrasi estrogen pada jaringan mioma lebih tinggi daripada jaringan miometrium normal. c. Riwayat keluarga. d. IMT berlebih atau obesitas. e. Makanan banyak mengkonsumsi daging merah, daging setengah matang, konsumsi alkohol. f. Kehamilan mempercepat pembesaran mioma uteri. g. Paritas khususnya sering ditemukan pada multipara, nullipara atau pada wanita kurang subur. h. Merokok. i. Menarche terlalu dini dan riwayat haid tidak teratur. • Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017). • Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007). • Gejala yang dikeluhkan tergantung pada tempat sarang mioma berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. • Tanda dan gejalanya, antara lain : a. Perdarahan abnormal, seperti hipermenore, menoragia dan metroragia akibat pengaruh ovarium dan miometrium yang tidak dapat berkontraksi optimal akibat adanyanya sarang mioma antara serabut miometrium. b. Nyeri dan dismenore akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan jaringan setempat. c. Penekanan, misal pada kandung kemih menyebabkan poliuri, uretra menyebabkan retensi urine, ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, rektum menyebabkan konstipasi dan obstipasi, pembuluh darah dan limfe di panggul menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. (Lowdermilk, dkk., 2012; Winkjosastro, 2009). • Untuk menegakkan diagnosis medis adalah dengan pemeriksaan : a. Ultrasonogafi (USG) : dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. b. Magnetic Resonance Imagine (MRI) : mampu menentukan ukuran, lokasi, dan bilangan mioma uteri. c. Vaginal toucher. d. Sitologi : melihat tingkat keganasan. (Winkjosastro, 2005; Stoval, 2001). • Konservatif : untuk mioma berukuran kecil dan tidak memiliki gejala melalui observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan. • b. Medikamentosa : pemberian zat besi, Gonadotropin Reaslising Hormon Agonis (GnRHa) efektif pada mioma uteri submukosa dan intramural bekerja menekan produksi estrogen sangat kuat sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita menopouse. Manfaatnya mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri, mengurangi anemia akibat perdarahan, mengurangi perdarahan saat operasi, dan tidak diperlukaninsisi yang luas padda uterus saat pengangkatan mioma dan mempermudah proses pengangkatan mioma uteri, pemberian anti nyeri dan anti perdarahan. • Operatif : miomektomi dengan atau tanpa histerescopy dan histerektomi. (Parker, 2007; Winkjosastro, 2009; Lowdermilk, 2012). • Infertilitas • Peningkatan abortus • Kelainan letak janin • Menghalangi jalan lahir • Inersia uteri/ atonia uteri • Mempersulit lepasnya plasenta • Perdarahan masif yang mengakibatkan syok hipovolemik dan berakibat pada kematian • Anamnesa mencakup identitas klien dan identitas penanggung jawab. • Riwayat kesehatan mencakup keluhan utama (benjolan di perut bagian bawah, gangguan haid, dan perdarahan terus-menerus, nyeri pada abdomen. • Riwayat penyakit sekarang. • Riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya. • Riwayat penyakit keluarga. • Riwayat obstetri mencakup keadaan haid dan kehamilan. • Faktor psikososial mencakup persepsi mengenai penyakit dan konsep diri pasien akibat mioma uteri. • Pola kebiasaan sehari-hari. • Pola eliminasi ditemukan adanya perubahan eliminasi urine dan fekal. • Pola aktivitas, latihan dan bermain. • Pola istirahat tidur. • Pemeriksaan fisik mencakup keadaan umum, TTV, dan pemeriksaan fisik secara head to toe. *yang khas pada pemeriksaan head to toe ditemukan : a. Abdomen inspeksi bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol; palpasi terdapat nyeri tekan dan massa atau benjolan pada abdomen, perkusi timpani, pekak atau dullness; serta auskultasi bagaimana bising usus. b. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atau tungkai atas dan bawah pasien mioma uteri. c. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan, adanya lesi, perdarahan diluar siklus menstruasi. • Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor. • Resiko syok berhubungan dengan perdarahan. • Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan). • Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik. • Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum). • Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit).