Anda di halaman 1dari 14

Penegakan diagnosa Expanded Dengue

Syndrome (EDS)
• Dalam penegakan diagnosa EDS dapat dilakukan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dengan catatan

• Memenuhi kriteria demam dengue atau demam berdarah dengue baik

disertai syok maupun tidak, dengan manifestasi klinis komplikasi infeksi

virus dengue atau dengan manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti tanda

dan gejala seperti berikut:


• Kelebihan cairan
• Gangguan elektrolit
• Ensefelopati
• Ensefalitis
• Cerebellitis
• Perdarahan hebat
• Gagal ginjal akut
• Hemolytic uremic syndrome (HUS)
• Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, pericarditis
• Infeksi ganda
• DLL
Tatalaksana Epanded Dengue Syndrome
Pasien dengan resiko tinggi
Faktor-faktor yang terdapat pada penjamu (host) dibawah ini di duga
berperan dalam perburukan penyakit dan munculnya komplikasi :
• Bayi dan orang tua
• Obesitas
• Wanita hamil
• Penyakit ulkus peptikum
• Perempuan yang sedang haid ataupun mengalami perdarahan
pervagina abnormal
• Penyakit-penyakit hemolitik misalnya defisiensi G6PD, talasemia,
serta hemoglobinopati lainnnya.
• Penyakit jantung bawaan
• Penyakit-penyakit kronis seperti : diabetes melitus, hipertensi, asma,
penyakit jantung iskemik, gagal ginjal kronik, sirosis hati
• Pasien yang mendapat pengobatan steroid ataupun OAINS
• Dan lain-lain
Sistem Manifestasi yang tidak khas/atipikal
• Kejang demam pada anak-anak
• Ensefalopati
• Ensefalitis/meningitis aseptik
Neurologis • Perdarahan intrakranial/trombosis
• Efusi subdural
• Mononeuropati/polineuropati/ sindroma Guillane-Barre
• Mielitis transversal
• Hepatitis/gagal hati fulminan
• Kolesistitis akalkulus
Gastrointestinal/hepatik • Pankreatitis akut
• Hiperplasia Peyer’s patch
• Parotitis akut
• Gagal ginjal akut
Renal
• Sindroma hemolitik uremik
• Gangguan konduksi
Kardiak • Miokarditis
• Perikarditis
• Acute respiratory distress syndrome
Respiratory
• Perdarahan paru
• Miositis dengan peningkatan kreatinin fosfokinase (CPK)
Muskuloskletal
• Rhabdomiolisis
• Infeksi terkait sindroma hemofagositik
• IAHS atau Hemofagositik limfohistiositosis (HLH), idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
Limforetikular/Sumsum tulang
• Ruptur spontan lien
• Infark nodus limfatikus
• Perdarahan makular
Mata • Gangguan ketajaman penglihatan
• Neuritis optik
Lain-lain • Sindroma fatique paska infeksi, depresi, halusinasi, psikosis, alopesia
ANAMNESIS
• Keluhan utama : demam (telaah karakter dan onset demam )

• Keluhan tambahan : sesuai dengan sistem yang terkena

Pada neurologis : kejang, penurunan kesadaran, kelumpuhan pada beberapa bagian tubuh

Pada gastrointestinal : mual, muntah , nyeri perut (9 regio), diare

Pada jantung & pernafasan : jantung berdebar-debar, nyeri dada , sesak nafas

• Riwayat penyakit terdahulu : apakah pernah menderita demam berdarah sebelumnya ?

• Riwayat penyakit keluarga : apakah di keluarga terdekat ada yang sedang menderita penyakit demam berdarah ?

• Riwayat sosial : apakah ada wabah penyakit demam berdarah di sekitar rumah?

• Riwayat lingkungan : apakah ada tempat penampungan air di sekitar rumah ? Dan bagaimana kebersihannya ?

• Riwayat penggunaan obat & alergi : apakah sedang dalam pengobatan OAINS jangka Panjang ? Apakah memiliki riwayat
alergi terhadap obat tertentu ?
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada pemeriksaan fisik dapat di jumpai beberapa tanda yang menandakan pasien terkena DBD

akan tetapi tidak begitu khas ,karena pada infeksi virus dengue terdapat beberapa variasi gejala

• Pada wajah bisa dijumpai kemerahan saat demam tinggi, nyeri tekan supraorbita, fotofobia

• Pada thorax tidak begitu khas , kecuali terjadi kebocoran plasma yang menyebabkan penderita

mengalami efusi pleura

• Pada abdomen saat di palpasi dapat di jumpai hepatomegaly, splenomegaly , dan nyeri perut

pada regio epigastrium, sedangkan saat auskultasi terpadat peningkatan peristaltik usus yang

dikaitkan dengan diare

• Pada ekstremitas dapat dijumpai ruam merah yang difus berupa ptechie
Pemeriksaan penunjang
Isolasi virus
• Isolasi virus dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada nyamuk,
kultur sel nyamuk atau pada sel mamalia (vero cell LLCMK2 dan
BHK21). Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang rumit dan
hanya dapat dilakukan pada enam hari pertama demam.
Deteksi antigen IgM dan IgG
• Untuk mendeteksi antibody (IgM dan IgG) penggunaan ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) merupakan cara yang paling banyak digunakan, cara ini memiliki
tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi1. Serum antibodi IgM dapat dideteksi
dengan tingkat sensitivitas 96% dan tingkat spesifisitas 97%. Sementara IgG muncul
dengan titer yang rendah pada awal gejala dan meningkat secara perlahan pada akhir
minggu pertama dari onset penyakit.
• IgM anti dengue memiliki kadar bervariasi, pada umumnya dapat terdeteksi pada hari ke-
5, dan tidak terdeteksi setelah hari ke sembilan puluh. Pada infeksi dengue primer, IgG
anti dengue muncul lebih lambat dibandingkan dengan IgM anti dengue, namun pada
infeksi sekunder muncul lebih cepat. Kadar IgG anti dengue bertahan lama dalam serum.
Kinetik NS1 antigen virus dengue dan IgG serta IgM antidengue, merupakan petunjuk
dalam menentukan jenis pemeriksaan dan untuk membedakan antara infeksi primer
dengan infeksi sekunder.
Deteksi Antigen NS1 (Non-struktural 1)
• Protein ini muncul saat awal gejala dan dapat bertahan hingga hari
ke-14 setelah infeksi. Pemeriksaan antigen ini memiliki tingkat
sensitivitas 90% dan spesifisitas 100%.

RT-PCR (Reverse Transcription followed by Polimerase Chain Reaction)


• RT-PCR merupakan bagian dari test asam nukleat. Cara ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi materi genetik dari virus dengue. Cara
ini diperkirakan memiliki tingkat sensitivitas lebih baik dari isolasi
virus pada kultur sel. Tingkat sensitivitasnya dapat mencapai 93%
hingga 100%, tergantung pada jenis serotip yang diperiksa.
Pemeriksaan pada kondisi manifestasi tidak biasa
(unusual manifestation)
a. Ensefalopati dengue dapat dijumpai peningkatan kadar
transaminase (SGOT/SGPT), PT dan PTT memanjang.
b. Ensefalitis dengue dapat dijumpai virus dengue dari jaringan otak
c. Kelainan ginjal ditandai dengan penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
• Miokarditis pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan asidosis
metabolik dan hipokalsemi. Diagnosis dari acute myocardial infarction
didasarkan pada peningkatan marker biokimia dari nekrosis
myocardial (serum kreatinin kinase-MB dan atau troponin I dari
jantung) dan didapatkan dari EKG yakni peningkatan gelombang Q
atau peningkatan atau penurunan dari ST segmen. Ketika sudah tegak
diagnosis miokarditis atau nekrosis dari myocardial, troponin I itu
lebih sensitif dan lebih spesifik dari kreatinin kinase-MB.
• Perdarahan masif saluran cerna ditegakkan adanya perdarahan
internal atau tersamar pada pada saluran cerna harus yang dicurigai
apabila setelah evaluasi klinis dan pemberian cairan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai