Anda di halaman 1dari 33

OD Pterygium Stadium IV

Fistra Janrio Tandirerung


N 111 16 081

Pembimbing Klinik:
dr. Dachruddin Ngatimin, M.Kes, Sp.M
• Pterigium adalah sebuah penyakit okular yang
ditandai dengan adanya pertumbuhan
fibrovaskular konjungtiva pada kornea

• etiologinya tidak diketahui dengan jelas

• Dihubungkan dengan oleh iritasi kronis akibat


debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang
panas, neoplasma, radang, dan degenerasi.
• Pterigium => “Pterygion” = sayap kecil

Jaringan fibrovaskular konjungtiva yang


menyerupai bentuk sayap terhadap kornea yang
paling sering tumbuh dan muncul dari bagian
nasal yang umumnya bersifat degeneratif dan
invasif.

Dijelaskan pertama oleh Hipokrates, Celcus,


Pallus, Sushruta dan Aetius
Etiologi
• Belum diketahui pasti

• Dihubungkan dengan neoplasma, radang, dan


degenerasi

Dipengaruhi oleh
- Ras
- Geografis
- paparan sinar ultravioulet
- iritasi kronis akibat debu, dan udara yang panas.
Anatomi Konjungtiva
Epidemiologi
• Sering didahului kemunculannya oleh pingekuela
• prevalensi yang bervariasi antara 0,3-36,6% secara
global
• Terbanyak pada “pterigyum belt” (30◦ utara dan
30 ◦ derajat selatan garis ekuator)
• Laki-laki > perempuan
• Usia >51 tahun : 21-30 tahun (4:1)
• Riwayat aktivitas di luar rumah >5 jam sehari 10
tahun terakhir => prevalensi lebih tinggi
Patogenesis
- Teori Limbal Stem Cell
- Teori Aktivitas Sitokin (GF, MMP, IL)
- Tumor Supressor Gen p53
Klasifikasi
Pterigium berdasarkan progresifitasnya, dapat dibedakan
menjadi:
• Pterigium progresif
• Pterigium regresif

Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera dari


pemeriksaan Slit Lamp. 10
• T1 ( Atrofi): Pembuluh darah episklera jelas terlihat
• T2 (Intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagian
terlihat
• T3 (fleshy, opaque) : pembuluh darah tidak jelas
Diagnosis

ANAMNESIS
-Dapat tanpa gejala
-Keluhan iritatif (merah)
-Gangguan visual PEM. FISIK
- Dapat unilateral/bilateral
-Lipatan traingular ke arah
kornea (nasal>temporal)
- -/+ pungtata, dellen, Stocker
line

PEM. PENUNJANG
-Topografi Kornea
• Komponen :
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
Diagnosis Banding
• Pseudopterigium
• Pingekuela
Tatalaksana
A. Konservatif
B. Operatif
Tujuan : menghilangkan semua bagian pterigium dari
kepala, leher, dan badan pterigium

Indikasi :
- gangguan visual
- restriksi pergerakan bola mata
- hiperemis atau radang kronik rekuren
- sensasi benda asing yang dirasakan mengganggu
- pertimbangan kosmetik.

C. Adjuvan
Radioterapi, kemoterapi, grafting
Komplikasi
• Gangguan visual
• Peradangan kronik
• Gangguan gerakan bola mata
• Degenerasi kistik
• Infeksi
• Perkembangan ke arah neoplasma (epitelioma,
fibrosarcoma, maligna melanoma)
Pencegahan
Mengindari faktor resiko (kaca mata pelindung,
topi)
Laporan Kasus
Resume
Pasien perempuan berusia 65 datang ke Poliklinik Mata
RSUD Anuntaloko dengan keluhan penglihatan berkurang.
Keluhan dirasakan di kedua mata, namun terutama dirasakan
paling menganggu pada mata sebelah kanan. Keluhan pada
mata kanan dirasakan pertama kali sekitar satu tahun yang
lalu kemudian diikuti mata kiri sekitar 5 bulan setelahnya.
Pasien juga mengeluhkan rasa mengganjal yang mengganggu
pada kedua mata dengan keluhan lebih dominan pada sisi
kanan. Pasien tidak mengeluhkan rasa nyeri atau gatal pada
kedua mata, namun kadang-kadang pasien mengeluhkan
mata merah dan berair. Pasien berprofes sebelumnya sebegai
petani.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus OD 1/300 dan


OS 3/60. Pada oculi dextra dan sinistra erdapat selaput
segitiga pada bagian nasal dengan sudut segitiga (Head) pada
oculi dextra sudah mencapai pupil sedangkan pada oculi
sinistra head lebih dari 2 mm dari limbus kornea tapi belum
mencapai tepi pupil. Arcus senilis OD dan OS (+)
Diagnosis
• OD Pterygium Stadium IV
• OS Pterygium Stadium III
Tatalaksana
• OD Eksisi Konjungtiva + Graft Konjungtiva
Dokumentasi
• Preoperatif
• Intra Operatif
Post Operatif
Kesimpulan
• Pterygium adalah pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.

• Pertumbuhan terdapat pada fissura palpebra pada


bagian nasal, temporal, ataupun keduanya.

• Diagnosis ditegakkan berdasarakan anamnesis yang


teliti,pemeriksaan fisik dan penunjang

• Pendekatan terapi dapat berupa terapi konservatif


maupun operatif. Pada pterigium stadium IV, terapi
operatif adalah tindakan defenitif.

• Penghindaran terhadap faktor resiko dapat mencegah


pembentukan pterigium dan bersifat protektif untuk
mecegah rekurensi setelah tindakan operatif.

Anda mungkin juga menyukai