RS.SEKARWANGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Definisi dan Etiologi Typhoid Demam typhoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi. Salmonella sp. adalah salah satu strain dari bakteri gram negative bentuk basil , tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella peritrik, memiliki ukuran 2-4 µm x 0,5 -0,8 µm. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob, mati dalam suhu 56oC dan pada keadaan kering. Epidemiologi Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 diantaranya berakhir dengan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun dengan kejadian yang meningkat setelah usia 5 tahun. Patogenesis Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks, yaitu: 1. Penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch 2. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan organ- organ extra intestinal sistem retikuloendotelial 3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah 4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal Manifestasi Klinis Demam Nyeri kepala Malaise Anoreksia Nausea Mialgia Nyeri perut Radang tenggorokan Diare Lidah tampak kotor Rose spot ruam makulopapular yang berwarna merah (jarang ditemui) Diagnosis Anamnesis ( Demam, gejala gastrointestinal, gejala SSP, RPD, riwayat terapi, riwayat psikososial, riwayat imunisasi). Pemeriksaan fisik (KU, kepala dan leher, thorax, abdomen, ekstremitas) Pemeriksaan penunjang (Darah lengkap, uji widal, kultur, pemeriksaan serologi (IgG dan IgM anti Salmonella) Diagnosis Banding Influenza/common cold, gastroenteritis akut, bronchitis atau bronkopneumonia bila didapatkan tanda- tanda sesak, batuk dan demam. Pada demam tifoid yang berat sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit Hodgkin. Komplikasi Komplikasi intestinal mencakup perdarahan intestinal dan perforasi usus Komplikasi extraintestinal yang paling sering terjadi pada anak- anak adalah manifestasi neuropsikiatrik yang mana sering terjadi delirium dan atau Sindroma Otak Organik yang lain. Hal ini sering juga disebut sebagai tifoid toxic atau tofoid ensefalopati. Typhoid Toxic Thypoid toxic, secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi, kebingungan, delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa munculnya gejala neurologis : afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-lainnya.Thypoid toxic dapat dibagi menjadi : Meningocerebral (Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak sadar, selalu ada kaku kuduk. tanda kernig dapat positif atau negatif, refleks tendo menjadi meninggi terutama APR, liquor cerebro spinal normal. Encephalitis diffus (Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran, refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut negatif, rangsang meningen negatif, setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna. Encephalitis akut (Tiba-tiba hiperpireksia, tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset,bisa timbul kejang ulang. Meningitis akut (Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan, electro encephalograph : gambaran encephalopati. Bisa terjadi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalan seseorang. Penatalaksanaan Istirahat dan perawatan Diet Terapi simtomatik Antibiotika - Chloramphenicol, diberikan untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis untuk pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari. Kelemahannya mudah terjadi relaps. - Cotrimoxazole, untuk pemberian secara syrup dosis yang diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum sehari diberi 2 kali. Kelemahannya menyebabkan gangguan hematologi. -Ampicillin dan Amoxicillin, dosis yang diberikan untuk anak 100-200 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis. - Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime), Ceftriaxone merupakan prototipnya dengan dosis 100 mg/kg/hari IVdibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari. Atau dapat diberikan cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu untuk sediaan Per Oral dapat diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari. Pada demam tifoid toxic diberikan terapi tambahan kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam. Referensi Behrman, Kliegma dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 volume Z. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Hegar, Badriul dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panitia Medik Farmasi dan Terapi RSU Dr. Soetomo. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III. Surabaya: RSU Dr. Soetomo Surabaya. Soedarmo, Poorwo Sumarmo S. dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Badan Peberbit IDAI. Sudoyo, Aru W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Wilson, dan Price. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi Keenam. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Terimakasih