(GAE)
Disusun Oleh:
Santi Elia Sihombing
(30120116028)
Kirana Eka Putri
(30120116015)
Jessica Indriyani
Simarmata (30120116037)
Dionisia Merry Sabella
(30120116002)
Content
1. Pendahuluan
2. Definisi
3. Anatomi dan Fisiologi
4. Patofisiologi
5. ASKEP
6. Kesimpulan
Diare merupakan salah satu penyebab
penyakit cukup tertinggi di dunia. Terutama
di negara berkembang termasuk Indonesia.
Di negara berkembang diare infeksi
menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun.
(Parasitologi FK UNRI, 2009)
DEFINISI
Bila penderita diare banyak sekali
Gastroenteritis atau diare didefinisikan
kehilangan cairan tubuh maka hal ini
sebagai proses dimana terjadinya
dapat menyebabkan kematian
inflamasi membran mukosa lambung
terutama pada bayi dan anak-anak
dan usus halus (Cecily Lynn Betz
usia di bawah lima tahun
(2009: 185)
(Ummuauliya, 2008)
Diare osmotik
• Status Gizi
• Jenis Kelamin
• Lingkungan
•
Etiologi secara umum
• 1. Psikologis
• 2. Makanan
• 3. Lingkungan buruk
• 4. Susu formula
• 5. pemberian antibiotik
1. PATOFISIOLOGI
INTOLERA
LAKTASE
NSI
LAKTOSA
osmo LAKTOSA KE
sis USUS BESAR
ASIDOSIS
METABOLIK
2
Enterosit
Diare
Enterosit ke usus halus
Lambung
Mual
muntah
Sekresi HCL menigkat
Terjadi anoreksia
dan akhirnya tubuh
akan kekurangan
nutrisi
STRES 4
Makanan
KOMPLIKASI
Renjatan Malnutrisi energi
Hipoglikemia
hipovolemik protein
Intoleransi laktosa
Kejang
sekunder
Dehidrasi
Gangguan
Hipokalemia keseimbangan
asam basa
(metabik asidosis)
• KOMPLIKASI
Iritasi saraf Pengeluaran
lokal mediator kimia
Mengaktifkan Biadikinin,
sistem saraf pusat prostalgladin
Nyeri abdomen
Volume
Dehidrasi dan kurang Gangguan sirkulasi
intravaskular
elektrolit darah
menurun
Penurunan
Olinguria/ Anuria
perfusi ke ginjal
Resti syok
hipokalemi
Keseimbangan
asam basa
Resiko tinggi
asidosis
metabolik
Vasokontriksi
Hipovolemi
Pengeluaran urine
Takikardi menurun
Mekanisme
neurohumoral
Tekanan darah
normal
Ginjal membuang K+
Keringat Urine
Hipokalemi
Gagal jantung
Sulit berkonsentrasi
KEMATIAN
Penurunan kesadaran
Hipoglikemi Glikogen menurun
Stupor
(soporo coma respon Kejang
nyeri)
Coma KEMATIAN
Hipokalsemi Respon sistemik
Kejang
Hipertermi
Klasifikasi dehidrasi (WHO )
Derajat Dehidrasi Berdasarkan Presentasi Kehilangan Air dari Berat Badan.
. Catatan:
< 2 tanda dikolom B dan C : tanpa dehidrasi
> 2 tanda dikolom B : dehidrasi rinagn-sedang
≥ 2 tanda dikolom c : dehidrasi berat
Tabel 3. Gejala Klinis Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Defisit cairan 3-5% 6-8% >10%
Takikardi
Nadi sangat lemah
Takikardi
Volume kolaps Nadi tidak teraba
Takikardi Hipotensi Akral dingin dan
Hemodinamik Nadi lemah orstostatik sianosis
Lidah kering Lidah keriput Atonia
Jaringan Turgor menurun Turgor menurun Turgor jelek
Urin Pekat Jumlah turun Oliguria
Sistem Saraf
Pusat Mengantuk Apatis Koma
Anamnesa:
klien tidak sadar, Perkusi:
kadang-kadang refleks fisiologis dan
disertai kejang refleks patologis.
Inspeksi:
amati mulai Palpasi:
pertama kali adakah parese,
bertemu dengan anestesia
anak.
Sistem Penginderaan
Palpasi:
Kepala: Ubun-ubun besar
Anamnesa: cekung, kulit kepala kering,.
klien merasa haus, mata Mata: tekanan bola mata
berkunang-kunang dapat menurun,
Telinga: nyeri tekan,
mastoiditis
Inspeksi :
Kepala: neonatus dan bayi ubun-ubun
besar tampak cekung.
Mata: hipovolumia reflek pupil (-), mata
cowong.
Hidung: nampak adanya pernafasan
cuping hidung.
Telinga: adakah infeksi telinga (OMA,
OMP)
Sistem Integumen
Anamnesa: Kulit kering
Inspeksi: kulit kering, sekresi sedikit,
selaput mokosa kering
Palpasi: tidak berkeringat, turgor kulit
Sistem Kardiovaskuler
Anamnesa: Palpasi
Kaji frekuensi, irama dan
kekuatan nadi.
Inspeksi:
badan terasa panas, bagian
tangan dan kaki terasa dingin
Auskultasi:
pucat, tekanan vena jugularis menurun,
pulasisi ictus cordis (-), adakah
pembesaran jantung, suhu tubuh
meningkat.
Perkusi:
Gangguansirkulasi, auskulatasi
bunyi jantung S1, S2, murmur atau pada kausus diare akut masih dalam
bunyi tambahan lainnya. Kaji batas normal
tekanan darah.
Sistem Pernafasan
Anamnesa:
Sesak atau tidak Palpasi:
Kaji adanya massa,
Inspeksi: nyeri tekan ,
Kaji frekuensi, irama kesemitrisan
dan tingkat ekspansi, tacti
kedalaman vremitus (-).
pernafasan, adakah
penumpukan Auskultasi:
sekresi, stridor Kaji suara nafas
pernafas inspirasi vesikuler, intensitas,
atau ekspirasi. nada dan durasi.
.
Sistem Pencernaan
Anamnesa: Palpasi:
Kelaparan dan haus. Adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh
darah, massa (-). Hepar dan lien tidak
teraba.
Inspeksi: Perkusi:
BAB, konsistensi, frekuensilebih dari mendengar adanya gas, cairan atau
3 kali dalam sehari, adakah bau, massa (-), hepar dan lien tidak membesar
disertai lendir atau darah. Kontur suara tymphani.
permukaan kulit menurun, retraksi (-)
dan kesemitrisan abdomen.
Auskultasi:
Bising usus (dengan menggunakan
diafragma stetoskope), peristaltik usus
meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan
durasi 1 detik.
Sistem Perkemihan
Palpasi:
Anamnesa:
Pembesaran scrotum,infeksi
Jumlah urine sedikit lain dari
testis atau femosis.
biasanya.
Inspeksi:
Testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio
mayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-),
rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara
pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat.
Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Sistem Muskuloskletal
• Anamnese: Lemah
• Inspeksi: Klien tampak lemah, aktivitas menurun
• Palpasi: Hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun.
Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan
dan tinggi badan , kekuatan otot.
Diagnosa
• ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d diare, kehilangan cairan
pada gastrointestinal, gangguan absorpsi usus besar, peneluaran
elektrolit dari muntah
Intervensi :
• Timbang popok/ pembalut jika perlu
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
• Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
• Monitor vital sign
• Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
• Kolaborasikan pemberian cairan IV
Diare b.d Inflamasi GIT,Iritasi GIT,Proses
infeksi,Malabsorbsi, Kecemasan,Tingkat stress tinggi
Intervensi :
• Evaluasi efek samping pengobatan terhadap
gastrointestinal
• Ajarkan obat untuk menggunakan obat antidiare
• Intruksikan pasien / keluarga mencatat warna, jumlah,
frekuensi dan konsistensi dari feses
• Evaluasi intake makanan yang masuk
• Identifikasi faktor penyebab dari diare
• Monitor tanda dan gejala yang masuk
• Observasi tugor kulit secara rutin
• Resiko tinggi syok hipovolemik b.d penurunan volume
darah, efek sekunder kehilangan cairan dari
gastrointestinal
• Intervensi :
• Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung,
HR, dan ritme nadi perifer, dan kapiler refil
• Monitor TTV
• Monitor input dan output
• Pantau nilai labor :
• HB, HT, AGD dan elektrolit
• Monitor hemodinamik yang sesuai
• Monitor tanda dan gejala asites
• Monitor tanda awal syok
Nyeri b.d iritasi saluran gastrointestinal
Intervensi :
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
• Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
• Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kerusakan integritas jaringan anus b.d pasase feses
yang encer dengan asam tinggi dan mengiritasi
mukosa anus.
• Intervensi :
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar
• Hindari kerutan pada tempat tidur
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• Mobiliasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
• Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kurangnya asupan
makanan yang adekuat
• Ansietas b.d prognosis penyakit,
misinterpetasi informasi
Intervensi :
• Gunakan pendekatan yang menenangkan
• Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
pasien
• Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
• Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
• Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan mengurangi takut
KESIMPULAN
Diare adalah suatu gejala dari penyakit,
namun saat ini sering kali dijadikan sebagai
suatu penyakit agar dalam penangannanya
dapat diatasi sesegera mungkin sebab
apabila terlambat mengatasi dapat
menyebabkan kematian. Seorang anak
dikatakan diare bila mengalami perubahan
frekuensi defekasi menjadi lebih sering dan
komposisi yang cair. Hal ini dapat menjadi
penyebab utama dehidrasi.