Anda di halaman 1dari 27

OLEH :

1. ANDREE EKA SAPUTRA (15133003)


2. DEDI YOVI ANDIKA (15133017)
3. MUHAMMAD FAHKRUL (15133045)
4. RIZKI ADE SAPUTRA (15133071)
Manajemen utang daerah merupakan suatu
proses penyusunan dan pengimplementasian
strategi pengelolaan utang pemerintah
daerah yang terkait dengan upaya
memperoleh dana pinjaman pada tingkat
resiko terkendali dan biaya terendah serta
menggunakan pinjaman tersebut secara
efisien dan efektif.
 Jenis Utang Daerah
1) Utang Jangka Pendek, adalah pinjaman untuk
menutupi defisit dalam alirankas, dan harus
dikembalikan secara penuh dalam waktu setahun.
2) Utang Jangka Menengah, yaitu pinjaman yang dapat
digunakan untuk membiayai proyek penghasil non-
pendapatan, dan harus dikembalikan secara penuh
selama periode yang tidak melebihi masa jabatan
kepala daerah.
3) Utang Jangka Panjang, yaitu pinjaman ynag dapat
digunakan untuk membiayai proyek penghasil
pendapatan, dan harus dengan persetujuanDP D
 Manfaat Utang
Dalam konteks manajemen keuangan, utang sampai
level tertentu memberikan manfaat bagi organisasi.
Manfaat utang antara lain :
o Memperbaiki struktur neraca
o Memperbaiki struktur fiskal yaitu untuk pembiayaan
anggaran defisit
o Menjaga kesinambungan fiskal
o Membiayai investasi yang membutuhkan dana besar
untuk akselerasi pembangunan
o Membangun prasarana publik yang dapat
menghasilkan penerimaan untuk pembayaran
kembali utang
o Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
o Mengoptimalkan manajeemen kas daerah.
 Resiko Utang
1) Utang yang terlalu besar (over-leveraged ) dapat melemahkan
struktur fiskal
2)Kegagalan membayar utang (default )
3) Kredit macet (nonperforming loan/NPL)
4) Penggelembungan utang karena perubahan kurs mata uang
Beberapa jenis resiko utang yang perlu mendapat perhatian
pemeirntah daerah,yaitu :
1) Risiko Pasar (Market Risk )
yaitu risiko yang timbul terkait dengan perubahan pasar.
2) Risiko Perpanjangan Utang ( Rollever Risk)
yaitu risiko utang terkait dengan diperpanjangnya utang
dengan
biaya bunga yang tinggi atau tidak dapat diperpanjang sama
sekali
3) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
yaitu risiko terkait dengan keadaan aset likuid yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kewajiban atau kesulitan organisasi
untuk memperoleh tambahan kas melalui utang jangka pendek
4) Risiko Kedit (Credit Risk)
yaitu risiko tidak terbayarnya utang
5) Risiko Perjanjian (Settlement Risk)
yaitu kerugian potensial yangmungkin ditanggung pemerintah
sebagai mitra jika gagal memenuhi ketentuan dalam perjanjian dengan
pihak lain
6) Risiko Operasional (Operational Risk)
yaitu risiko yang diakibatkan oleh kegalalan operasi
7) Risiko Pendanaan(FundingRisk)
yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan akses pasar untuk
memperoleh pembiayaan utang ketika pemerintah memelukan dana
untuk pembiayaan anggaran.
 Mekanisme Penerbitan Obligasi Daerah
o Perencanaan penerbitan obligasi daerah oleh
Pemda
o Pengajuan usulan rencana penerbitan obligasi
daerah dari Pemda kepada Mentri Keuangan,
Dirjen Perimbangan Keuangan
o Penilaian dan persetujuan oleh Mentri Keuangan
Dirjen Perimbangan Keuangan
 Syarat-syarat Penerbitan Obligasi
Daerah
- Nilai obligasi daerah pada saat jatuh tempo
sama dengan nilai nominal obligasi daerah
pada saat diterbitkan.
- Penerbitan obligasi daerah wajib memenuhi
ketentuan dalam Pasal 54 dan Pasal55 UU
nNo 33 Tahun 2004 mengenai persyaratan
pinjaman serta mengikuti peraturan per-
Uuan dibidang pasar modal
 Pihak-pihak yang terlibat
o Emiten, pihak yang menerbitkan obligasi dengan tujuan
mendapatkan dana
o Penjamin emisi, perusahaan yang menjamin penjualan obligasi
o Wali amanat, pihak yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili
kepentingan investor
o Penanggung, menjamin pelunasan seluruh pinjaman pokok
beserta bunga apabila dikemudian hari emiten tidak mampu
membayar
o Investor, berperan dalam kegiatan pasar modal
o Lembaga kliring, agen pembayaran atas transaksi jual beli
obligasi
o Akuntan publik, berfungsi sebagai profesi penunjang pasar
modal yang berfungsi memeriksa kondisi keuangan emiten
o Bursa efek
o Profesi penunjang modal
 Hedging (Lindung Nilai) Nilai Tukar adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memitigasi risiko atau melindungi posisi nilai suatu aset atau kewajiban
yang mendasarinya terhadap risiko fluktuasi tingkat bunga dan/atau nilai
mata uang di masa yang akan datang.
 Terdapat dua metode yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
mengelola resiko fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Yang pertama
yaitu natural hedging (lindung nilai alami). Dan yang kedua adalah
financial hedging (lindung nilai keuangan). Metode pertama seharusnya
dapat diterapkan tanpa aplikasi rekayasa keuangan yang rumit,
sedangkan metode kedua memerlukan aplikasi keuangan yang
kompleks.
Metode lainnya yang dapat dipakai adalah financial hedging, yang
melibatkan instrumen lindung nilai valuta asing yang umumnya
disediakan oleh lembaga keuangan perbankan atau non-perbankan,
seperti ADB dan IMF.
Kebijakan yang dapat ditempuh oleh Pemda
untuk dapat meningkatkan PAD, petumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yaitu
dengan mengembangkan dan memperkuat
investasi di sektor riil, terutama yang berasal
dari sumber investasi domestik, yang dapat
mendorong pengembangan investasi dan usaha
di Indonesia secara inklusif dan berkeadilan
terutama pada sektor produktif yang
mengutamakan sumber daya lokal.
 Program Smart Card di Kota Makassar merupakan inovasi terbaru yang
dihadirkan oleh pemerintah Kota Makassar dalam merespon persaingan global
dan tantangan kota kedepan. Program ini hadir sebagai sebuah bentuk
pelayanan transaksi baru yang disediakan oleh Pemerintah Kota Makassar dalam
mengakses setiap fasilitas pelayanan baik itu pendidikan, kesehatan,
transportasi, ekonomi, birokrasi, serta fasilitas lainnya.
Pelaksanaan program smart card berdasarkan prinsip Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah BAB XXI Pasal 387 dilihat dari prinsip
Peningkatan Efisiensi; Perbaikan Efektifitas; Perbaikan Kualitas Pelayanan; Tidak
ada konflik kepentingan; Berorientasi kepada kepentingan umum; Dilakukan
secara terbuka; Memenuhi nilai-nilai kepatutan; Dapat dipertanggungjawabkan
hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri, semuanya berjalan dengan baik,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program smart card sebagai
Inovasi pemerintah daerah di Kota Makassar berjalan sesuai dengan prinsip
inovasi pemerintah daerah yang telah ditetapkan.
 Melakukan investasi baik asing maupun lokal juga merupakan hal
yang saling menguntungkan untuk para investor dan untuk
membantu perekonomian di Indonesia, dengan adanya investasi
asing dan melakukan pembangunan atau dengan melakukan
suatu proyek selain membantu perekonomian di Indonesia
sendiri, dengan melakukan investasi asing juga dapat membantu
mengurangi tingkat pengangguran yang sulit untuk diatasi di
Indonesia terutama para remaja yang sedang menganggur dapat
melamar pekerjaan dan mengisi kekosongan waktu dengan
bekerja dan menghasilkan uang, sehingga tingkat pengangguran
dapat teratasi. Melakukan investasi asing juga tidak sepenuhnya
mampu meringankan beban masyarakat Indonesia karena pada
dasarnya sebenarnya wilayah kita sendiri yang dikuasai oleh
negara asing, namun karena kita yang memang tidak mampu
mengolahnya setidaknya kita masih mendapatkan sedikit
keuntungan dengan dilakukannya investasi asing.
 Kemitraan pemerintah daerah (local
government partnership) merupakan program
strategis yang penting dilakukan daerah sebab
tidak mungkin seluruh permasalahan
pembangunan masyarakat dapat diselesaikan
oleh pemerintah daerah sendiri. Berbagai
permasalahan daerah berupa kemiskinan,
pengangguran, pendidikan, kesehatan, sosial
dan kemasyarakatan,sarana prasarana dan
sebagainya tidaklah mampu diatasi melalui
APBD saja.
 Jika dilihat dari perspektif manajemen
keuangan daerah pemerintah daerah ini
memiliki makna yang strategis sebagai upaya
mengemat Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) di satu sisi. Tetapi disisi lain
daerah mampu melakukan akselerasi
pembangunannya.
Privatisasi adalah pengalihan aset yang sebelumnya
dikuasai oleh negara menjadi milik swasta.
Pengertian ini sesuai dengan yang termasuk dalam
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang
BUMN, yaitu penjualan saham persero, baik
sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain
dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara
dan masyarakat, serta memperluas pemilikan
saham oleh masyarakat
 Pro-Kontra Mengenai Privatisasi
Sebagai sebuah kebijakan yang menyangkut kepentingan publik, program privatisasi
masih disikapi secara pro dan kontra. Berikut ini akan diuraikan mengenai alasan-alasan
yang menyebabkan terjadinya pro dan kontra tersebut.
a. Peningkatan efisiensi, kinerja dan produktivitas perusahaan yang diprivatisasi
Hal ini akan berbeda jika perusahaan itu diprivatisasi dan pada saat yang bersamaan
didukung dengan peningkatan persaingan efektif di sektor yang bersangkutan, semisal
meniadakan proteksi perusahaan yang diprivatisasi. Dengan adanya disiplin persaingan
pasar akan memaksa perusahaan untuk lebih efisien.
b. Mendorong perkembangan pasar modal
Privatisasi yang berarti menjual perusahaan negara kepada swasta dapat membantu
terciptanya perluasan kepemilikan saham, sehingga diharapkan akan berimplikasi pada
perbaikan distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.[
c. Meningkatkan pendapatan baru bagi pemerintah
Secara umum, privatisasi dapat mendatangkan pemasukan bagi pemerintah yang berasal
dari penjualan saham BUMN. Selain itu, privatisasi dapat mengurangi subsidi pemerintah
yang ditujukan kepada BUMN yang bersangkutan. Juga dapat meningkatkan penerimaan
pajak dari perusahaan yang beroperasi lebih produktif dengan laba yang lebih tinggi.
Dengan demikian, privatisasi dapat menolong untuk menjaga keseimbangan anggaran
pemerintah sekaligus mengatasi tekanan inflasi.
 Manfaat Privatisasi
Pasar bagi privatisasi BUMN sangat potensial. Dari sisi
demand, investor menungguprogram privatisasi BUMN
karena pada umumnya BUMN bergerak pada industri
strategisyang memiliki potensi pasar yang besar. Program
privatisasi telah memberi dampak positif terhadap
peningkatan nilai perusahaan. Sebagian besar harga
saham BUMN mengalamikenaikan sejak dilakukan
privatisasi melalui penawaran saham perdana atau initial
publicoffering (IPO). Bahkan, peningkatan harga terlihat
sangat menonjol dengan rata-ratakenaikan harga saham
melebihi 460 persen dari harga IPO. Program privatisasi
yangdilakukan telah memengaruhi peningkatan kinerja
internal perusahaan. Jika dibandingkan dengan BUMN
yang belum diprivatisasi, kinerja BUMN yang telah melalui
privatisasi IPOumumnya lebih tinggi
 Kerugian Privatisasi BUMN
Dalam sistem perekonomian nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
memilikiperan yang sangat strategis. Keberadaan BUMN tidak bisa disamakan
dengan dengan peranperusahaan swasta. Karena BUMN merupakan instrumen
penyeimbang bagi negara untuk menjamin bekerjanya mekanisme ekonomi
yang selaras dengan kepentingan sosial.Kemampuan BUMN dalam mengemban
misi dan tujuannya tersebut mendapat sorotan yangmemberikan penilaian
bahwa kinerja BUMN masih jauh dari memuaskan. Hal ini terutamadisebabkan
oleh tidak adanya konsep yang jelas dari pemerintah dan Dewan
PerwakilanRakyat (DPR) dalam menyelenggarakan BUMN. Karena itu pulalah
BUMN cenderungdimanfaatkan oleh mereka yang berkuasa.
Berdasarkan uraian diatas maka bangsa ini sebenarnya membutuhkan strategi
yang tepatdalam mereformasi pengelolaan BUMN. Strategi reformasi tersebut
adalah denganmelakukan debirokratisasi dan membangun akuntabilitas dan
trasparansi BUMN.Kepemilikan saham BUMN sebaiknya segera didistribusikan
kepada para karyawan,konsumen, dan kepada pemerintah daerah tempat
masing-masing perusahaan melaksanakankegiatannya. Untuk meningkatkan
kemampuan BUMN dalam mengemban misinya perlupula ditopang dengan
pembentukan Badan Pengembangan BUMN yang bersifat independen.
 Melakukan perencanaan dengan baik
 Membuat manajemen resiko
 Melakukan penilaian mendalam tentang
skema kemitraan mutlak yang harus
dilakukan agar pemerintah daerah tidak
dirugikan yang pada akhirnya masyarakat
juga mengalami kerugian.
Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, Outsourcing (Alih Daya) dikenal sebagai
penyediaan jasa tenaga kerja seperti yang diatur pada
pasal 64, 65 dan 66. Dalam dunia Psikologi Industri,
tercatat karyawan outsourcing adalah karyawan kontrak
yang dipasok dari sebuah perusahaan penyedia jasa
tenaga outsourcing. Awalnya, perusahaan outsourcing
menyediakan jenis pekerjaan yang tidak berhubungan
langsung dengan bisnis inti perusahaan dan tidak
mempedulikan jenjang karier. Seperti operator telepon,
call centre, petugas satpam dan tenaga pembersih atau
cleaning service.Namun saat ini, penggunaan outsourcing
semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.
 Manfaat dan kerugian

Banyak perusahaan sekarang yang merekrut tenaga kerja mereka


melalui perusahaan penyedia jasa tenaga kerja atau yang lebih dikenal
dengan outsourcing. Pelajari lebih lanjut mengenai sistem kerja
outsourcing.
Belakangan ini berbagai perusahaan yang menggunakan jasa
outsourcing kian meningkat sehingga kata outsourcing menjadi
terdengar akrab di telinga kita. Sayangnya meskipun begitu, masih
banyak diantara calon pekerja yang belum paham benar, apa sebenarnya
yang dimaksud tenaga kerja outsourcing itu sendiri.
Meski menguntungkan perusahaan, namun sistem ini merugikan untuk
karyawan outsourcing. Selain tak ada jenjang karier, terkadang gaji
mereka dipotong oleh perusahaan induk. Bayangkan, presentase
potongan gaji ini bisa mencapai 30 persen, sebagai jasa bagi perusahaan
outsourcing. Celakanya, tidak semua karyawan outsourcing mengetahui
berapa besar potongan gaji yang diambil oleh perusahaan outsourcing
atas jasanya memberi pekerjaan di perusahaan lain itu.
Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah
nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan
(strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok
(strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya
kemitraan (partnership sourcing). Bertolak dari hal tersebut maka
dapat di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut:
a. Kurang transparasi dalam pelaksanaan Kepres 16
b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan
c. Kemitraan tidak berkembang baik
d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan.
Evaluasi program kemitraan Pemda, yaitu kinerja Pemerintah
Daerah (Pemda) sudah mengalami kemajuan, lalu harus lebih
ditingkatkan lagi dan agar kerjasama dengan berbagai pihak lebih
bagus maka harus diperluas ke pihak swasta maupun pihak asing.
 Dampak kinerja pegawai Pemda dengan masyarakat
Yang diperlukan saat ini adalah bagaimana pemerintah daerah
mampu mendorong dan menggerakkan sektor swasta dan
masyarakat itu sendiri untuk melakukan pembangunan di daerah.
Hal itu di samping akan mendorong meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan juga akan
menumbuhkembangkan sektor swasta. Dampak selanjutnya
adalah meningkatnya kemandirian perekonomian daerah, per-
baikan infrastruktur pelayanan publik, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dan terbentuknya masyarakat yang
berdikari (self help community). Pembangunan infra-struktur
publik tidak harus dilakukan oleh pemerintah sendiri melalui
APBD, tetapi dapat melibatkan pihak swasta dan swadaya
masyarakat melalui program kemitraan
 Metode Penentuan Harga Pelayanan Publik
Terdapat beberapa metode dalam menentukan harga pelayanan publik, yaitu:
 Gross Margin Pricing
Metode penentuan harga jual dengan gross margin pricing pada umumnya
digunakan oleh perusahaan dagang, yaitu perusahaan yang tidak membuat
sendiri produk yang dijual tetapi hanya membeli dari pemasok (supplier)
kemudian menjualnya kepada pelanggan. Penentuan harga dengan metode
gross margin pricing dilakukan dengan cara menambahkan persentase tertentu di
atas harga pokok produk yang dibeli. Persentase ini disebut mark up atau margin.
Persentase (mark up) meliputi dua komponen yaitu bagian untuk menutup biaya
operasi dan bagian yang merupakan laba yang diinginkan.
 Full Cost Pricing
Metode harga jual dengan metode full costing adalah penentuah harga jual
dengan mempertimbangkan seluruh jenis biaya, baik biaya tetap maupun biaya
variabel, untuk menghasilkan barang atau jasa. Harga jual ditetapkan dengan
cara menghitung semua biaya untuk membuat produk barang atau jasa (biaya
produksi) ditambah persentase keuntungan (margin) ditambah biaya operasi.
 Direct Cost Pricing
Berbeda dengan metode full cost pricing yang mendasarkan harga jual dengan
memperhitungkan semua biaya (full cost) baik biaya variabel maupun biaya tetap, metode
direct cost pricing menetapkan harga jual hanya dengan memperhitungkan biaya variabel
saja. Oleh karena itu metode direct cost pricing juga disebut variable cost pricing. Metode ini
pada umumnya diterapkan pada produk yang diproduksi tetapi melebihi daya serap pasar
karena over produksi atau bisa juga karena memanfaatkan kapasitas yang menganggur.
Produk tersebut kemudian dipasarkan pada pasar yang berbeda namum dengan tidak
merusak pasaran produk di pasaran bebas.
 Time and Material Pricing
Pada dasarnya berbagai metode penentuan harga jual hampir semuanya mempunyai
langkah yang sama, pertama menghitung biaya produk, kemudian menambah persentase
tertentu (margin atau mark up) untuk mendapatkan laba. Selain metode full cost pricing dan
direct cost pricing, terdapat pendekatan yang lain dari penentuan harga jual yang disebut
Time and Material Pricing. Metode Time and Material Pricing banyak digunakan pada
perusahaan jasa, seperti perusahan servis kendaraan, notaris, percetakan, konsultan, dan
sebagainya. Oleh karena itu, metode ini pada prinsipnya juga bisa diaplikasikan pada
pemerintah daerah yang juga memiliki kemiripan dengan organisasi jasa. Dalam metode
ini harga jual atau tarif pelayanan ditentukan dari upah tenaga kerja langsung dan biaya
bahan baku dan bahan penolong yang digunakan untuk menghasilkan pelayanan ditambah
dengan margin tertentu untuk menutup biaya overhead dan memperoleh laba.
 Subsidizied Cost Pricing
Metode harga jual produk barang atau pelayanan dengan subsidized cost pricing adalah
penentuan harga jual dengan mempertimbangkan seluruh biaya dikurangi dengan subsidi
yang diberikan. Jika pada merode yang lain pada umumnya harga jual dihitung dengan
menambahkan margin atau mark up atas biaya yang terjadi, pada metode subsidized cost
pricing justru dikurangi atau dilakukan mark down terhadap total biaya produksi barang
atau pelayanan. Subsidized cost pricing banyak dilakukan pemerintah, misalnya dalam
penentuan harga jual pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, harga pupuk dan
produk pertanian, listrik untuk penduduk miskin, transportasi kereta api kelas ekonomi,
harga bensin, dan sebagainya.
 Target Pricing
Target pricing adalah penentuan harga barang atau pelayanan publik yang sudah
ditentukan terlebih dahulu, sehingga justru biayanya yang harus ditekan melalui efisiensi.
Target pricing bisa terjadi karena dua sebab, yaitu adanya persaingan yang tajam dalam
pasar persaingan sempurna sehingga harga pelayanan ditentukan harga pasar.
 Marginal Cost Pricing
Metode marginal cost pricing adalah penentuan harga jual yang menyatakan bahwa harga
jual atau tarif yang dipungut harus sama dengan biaya untuk melayani tambahan
konsumen (marginal cost). Marginal cost pricing memperhatikan biaya operasi variabel dan
biaya overhead semivariabel yang terjadi ditambah dengan biaya penggantian atas aset
modal yang sudah usang, dan biaya penambahan aset modal untuk meningkatkan
kapasitas produksi yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan.

Anda mungkin juga menyukai