Anda di halaman 1dari 12

SOLUSIO PLASENTA

OLEH :
SANDY SETIAWATI
Lepasnya plasenta
SOLUSIO PLASENTA sebelum waktunya, pada
usia kehamilan 22
minggu atau dengan
perkiraan berat janin
lebih dari 500 gram. (Ida
Bagus Gde Manuaba.
2007.)

Lepasnya plasenta dengan


implantasi normal sebelum
waktunya pada kehamilan
yang berusia di atas 28
minggu. (Arif Mansjoer. Kapita
Selekta edisi 3 jilid 1, Media
Aeskulapius. 2001).
KLASIFIKASI DAN MACAM - MACAM
SOLUSIO PLASENTA

A. Berdasarkan gejala klinis

Kelas 3 : gejala Kelas 0 : Asimptomatik. Diagnosa ditegakkan secara retrospektif


berat dan dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami
terdapat pada pendesakan pada plasenta.
hampir 24 %
kasus, Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus.
perdarahan Gejala meliputi tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan
pervaginam dari pervaginam ringan, uterus sedikit tegang, tekanan darah dan denyut
tidak ada sampai jantung maternal normal, tidak ada koagulopati dan tidak ditemukan
berat , uterus tanda – tanda fetal distress.
tetanik dan
sangat nyeri, syok
maternal, Kelas 2 : gejala klinik sedang dan terdapat ± 27 % kasus. Perdarahan
hipofibrinogemi ( pervaginam bisa ada atau tidak ada, ketegangan uterus sedang sampai
< 150 mg/dl ), berat dengan kemungkinan kontraksi tetanik, takikardi maternal dengan
koagulopati serta perubahan ortostatik tekanan darah dan denyut jantung, terdapat fetal
kematian janin. distress dan hipofibrinogenemi ( 150 – 250 mg/dl).
B. Berdasarkan ada tidaknya
perdarahan pervaginam

a. Solusio plasenta yang nyata /


tampak ( revealed ) b. Solusio plasenta yang tersembunyi (
Terjadinya perdarahan pervaginam, concealed)
gejala klinis sesuai dengan jumlah Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus
kehilangan darah, tidak terdapat tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distres
ketegangan uterus, atau ringan. berat. Tipe ini sering disebut retroplasental

c. Solusio plasenta tipe campuran (


mixed )
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau
pervaginam, uterus tetanik.
C. Berdasarakan jumlah perdarahan
yang terjadi

Solusio plasenta
Solusio plasenta Solusio plasenta
ringan
sedang berat

perdarahan perdarahan
perdarahan pervaginam 100 – pervaginam luas
pervaginam < 500 ml, > 500 ml, uterus
100 ml. hipersensititas uterus tetanik, syok
atau peningkatan maternal sampai
tonus, syok ringan, kematian janin
dapat terjadi fetal dan koagulopati
distres.
D. Berdasarkan luasnya plasenta
yang terlepas dari uterus

a. Solusio plasenta ringan : kurang


dari ¼ bagian plasenta terlepas.
Perdarahan kurang dari 250 ml.

b. Solusio plasenta sedang : plasenta yang


terlepas ¼ - 2/3 bagian. Perdarahan < 1000
ml, uterus tegang, terdapat fetal distress
akibat insufisiensi uteroplasenta

c. Solusio plasenta berat : plasenta yang


terlepas > 2/3 bagian, perdarahan > 1000 ml,
terdapat fetal distress sampai dengan
kematian janin, syok maternal koagulopati.
ETIOLOGI

Adapun faktor predisposisinya antara lain :


1. Hipertensi dalam kehamilan (penyakit
hipertensi menahun, preeklamsi, eklamsia)
2. Multiparitas, dengan umur ibu yang tua ( < 20
atau > 35 tahun)
3. Tali pusat pendek
4. Defisiensi gizi, asam folat
5. Trauma abdomen mis: kecelakaan lalu lintas
6. Tekanan pada vena cava inferior
7. Merokok 8. Mengkonsumsi alkohol 9.
Penyalahgunaan obat – obatan
PATOFISIOLOGI

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta
belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru
diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan
pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan
bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari
dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban dari
vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang
pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan
nyeri.
MANIFESTASI KLINIS

1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut


yang terus menerus, warna darah merah kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang
karena isi rahim bertambah dengan darah yang
berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
(wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras
4. Fundus uteri makin lama makin naik
5. Auskultasi DJJ sering negatife
6. Kala uri pasien lebih buruk dari jumlah darah yang
keluar
7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan
Syok Perdarahan

Gagal Ginjal

KOMPLIKASI
Kelainan Pembekuan Darah

Apoplexi uteroplacenta (Uterus


couvelaire)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Laboratorium: Hemoglobin, hematokrit, trombosit,


waktu protrombin, waktu pembekuan, waktu
tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen
elektrolitplasenta. CBC, C T, BT, Elektrolit(bila perlu).
2. Keadaan janin: Kardiootokografi, Doppler, Laennec.
3. USG: Menilai letak plasenta, usia kehamilan dan
keadaan janin secarakeseluruhan.
THANK YOU :)

Anda mungkin juga menyukai