Anda di halaman 1dari 23

TONSILITIS

DISUSUN OLEH:
Nabila Kurniati

PEMBIMBING:
Dr. Irma Suryati, Sp.THT-KL
1.
ANATOMI FARING
ANATOMI
FARING
dan
JARINGAN
LIMFOID

3
4
FISIOLOGI TONSIL

Tonsila palatina  sistem pertahanan tubuh. Mekanisme


pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila
patogen menembus lapisan epitel maka sel – sel fagositik
mononuklear pertama – tama akan mengenal dan mengeliminasi
antigen.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama :
1. Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
2. Sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T
dengan antigen spesifik.

5
IMUNOLOGI TONSIL

Dalam keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi


dan bertindak seperti filter untuk mencegah bakteri dan virus
masuk ke tubuh dan juga menstimulasi sistem imun untuk
memproduksi antibodi untuk melawan patogen.
Tonsil mengandung Limfosit B yang membentuk 50-60%
dari limfosit tonsilar sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40%.
Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Imunoglobulin (IgG, IgA,
IgM, IgD), interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan
tonsilar.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan
untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi
dan jika tidak mampu melindungi 6tubuh, maka akan timbul inflamasi
dan akhirnya terjadi infeksi yaitu tonsilitis.
2.
TONSILITIS
KLASIFIKASI TONSILITIS

03 TONSILITIS
MEMBRANOSA

TONSILITIS
AKUT
01 02

TONSILITIS
KRONIS

8
TONSILITIS AKUT

VIRAL BAKTERIAL
‐ Epstein Barr - GrupA streptokokus Beta
‐ Haemophilus Influenza Hemolitikus
‐ Coxsackie - Infeksi-reaksi radang-
leukosit PMN-detritus
- Tonsilitis folikularis
‐ Tx: istirahat, minum
cukup, analgetik, - Tonsilitis lakunaris
antivirus - Pseudomembran

9
TONSILITIS AKUT BAKTERIAL

MANIFESTASI KLINIS TATALAKSANA KOMPLIKASI


‐ Nyeri tenggorok ‐ Tirah baring ‐ Anak  OMA
‐ Nyeri menelan ‐ Cairan adekuat ‐ Sinusitis
‐ Demam tinggi ‐ Diet ringan ‐ Abses peritonsil
‐ Lesu ‐ Analgetik ‐ Bronkitis
‐ Nyeri di sendi-sendi ‐ Antibiotik Penisilin ‐ OSAS
‐ Tidak nafsu makan Eritromisin
‐ Nyeri di telinga

10
TONSILITIS MEMBRANOSA

ANGINA PENYAKIT
TONSILITIS TONSILITIS
PLAUT KELAINAN
DIFTERI SEPTIK
VINCENT DARAH

11
TONSILITIS DIFTERI

‐ Penyebab adalah Corynebacterium ‐ Gejala lokal  Tonsil membengkak


diphteriae, termasuk gram + dan hidup ditutupi bercak putih kotor  meluas
di saluran nafas bagian atas.  pseudomembran  palatum mole,
‐ Sering ditemukan pada anak berusia uvula, nasofaring,laring, trakea, dan
<10 tahun dan frekuensi tertinggi usia 2- bronkus yang dan menyumbat saluran
5 tahun. nafas.

‐ Gejala umum  kenaikan suhu tubuh ‐ Membran semu ini melekat erat pada
biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak dasarnya, sehingga bila diangkat akan
nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, mudah berdarah. Pada
serta keluhan nyeri menelan. perkembangan penyakit ini bila
infeksinya berjalan terus, kelenjar
limfe leher membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai
leher sapi bull neck atau disebut juga
Burgemeesters hals.
12
TONSILITIS MEMBRANOSA

TONSILITIS SEPTIK ANGINA PLAUT VINCENT


‐ Streptokokus hemolitikus ‐ Bakteri
‐ Susu sapi belum dimasak spirochaeta/Triponema
‐ Gejala: demam, nyeri
kepala, badan lemah, ggn
pencernaan, nyeri di
mulut, hipersaliva, gigi dan
gusi mudah berdarah

13
PENY. KELAINAN DARAH

LEUKEMIA AKUT INFEKSI MONONUKLEOSIS


‐ Gejala: ‐ Tonsilofaringitis ulsero
‐ Epistaksis membranosa bilateral
‐ Perdarahan dimukosa ‐ Membran semu menutupi
mulut, gusi ulkus, mudah diangkat,
tanpa perdarahan
‐ Tonsil bengkak, tidak
hiperemis, ditutupi ‐ KGB leher, ketiak, inguinal
membran semu membesar
‐ Nyeri di tenggorok

14
TONSILITIS KRONIK

Faktor presdiposisi
‐ Rangsangan Menahun
‐ Rokok
‐ Beberapa jenis makanan
‐ Cuaca
‐ Hygiene mulut yang buruk
‐ Kelelahan fisik
‐ Pengobatan yg tidak adekuat

15
TONSILITIS KRONIK

Patofisiologi
‐ Terjadinya proses radang berulang oleh faktor predisposisi 
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis  pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut 
mengerut sehingga kripti akan melebar.
‐ Kripti ini akan diisi oleh Detritus  akumulasi epitel yang mati, sel
leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte  eksudat
yang berwarna kekuning-kuningan.
‐ Proses meluas  menembus kapsul sehingga terjadi perlekatan
dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Anak-anak disertai
dengan pemb. kel. submandibula.
16
TONSILITIS KRONIK

Gejala dan Tanda


‐ Terdapat dua gambaran yang termasuk dalam kategori tonsilitis
kronis, yaitu:
o Tonsilitis kronis hipertrofikans
Pembesaran tonsil dengan hipertrofi dan
pembentukan jaringan parut. Kripta mengalami stenosis,
dapat disertai dengan eksudat, seringnya purulen keluar dari
kripta tersebut.
o Tonsilitis kronis atrofikans
Yaitu ditandai dengan tonsil yang kecil (atrofi), di
sekelilingnya hiperemis dan pada kriptanya dapat keluar
sejumlah kecil sekret purulen
17
yang tipis.
TONSILITIS KRONIK

Tatalaksana
‐ Antibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.
‐ Penisilin 500 mg 3 x sehari.
‐ Pilihan lain: eritromisin 500 mg 3 x sehari amoksisilin 500 mg 3 x
sehari yang diberikan selama 5 hari.
‐ Anak: eritromisin 40 mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 – 50
mg/kgBB/hari.2
‐ Dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa sangat
terganggu  Tonsilektomi
18
DIAGNOSA

Pada umumnya pembesaran tonsil dapat dibagi


dalam ukuran T1 – T4 :
 T1 : batas medial tonsil melewati pilar
anterior sampai ¼ jarak pilar anterior –
uvula
 T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak
pilar anterior uvula sampai ½ jarak
anterior – uvula
 T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak
pilar anterior – uvula sampai ¾ jarak pilar
anterior – uvula
 T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak
anterior – uvula sampai uvula atau lebih
Gold standard  pemeriksaan lab pada tonsil
dengan kultur dari dalam tonsil.
19
TONSILEKTOMI
Indikasi absolut: Indikasi relatif:
 Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi  Serangan tonsilitis akut berulang (walau telah
jalan nafas yang kronis diberi tatalaksanaan medis adekuat).
 Hipertrofi tonsil / adenoid dengan sindroma  Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan
apneu waktu tidur streptokokus yang menetap dan patogenik
 Hipertofi berlebihan yang menyebabkan
(karier).
disfagia dengan penurunan berat badan  Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional.
penyerta
 Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam
 Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan bulan setelah infeksi mononukleosis.
(limfoma)
 Riwayat demam rematik dengan kerusakan
 Abses perotinsiler yang berulang atau abses jantung yang berhubungan dengan tonsilitis
yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya rekurens kronis dan pengendalian antibiotika
 Tonsilitis kronis walaupun tanpa eksaserbasi
yang buruk.
akut tapi merupakan fokal infeksi  Radang tonsil kronis menetap yang tidak
 Karier difteri
memberikan respon terhadap penatalaksanaan
medis.
 Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam.
 Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan
dengan abnormalitas orofasial dan gigi geligi
yang menyempitkan jalan nafas bagian atas.
20  Tonsilitis berulang atau kronis yang
berhubungan dengan adenopati servikal
persisten.
TONSILEKTOMI

Kontraindikasi Absolut: Kontraindikasi Relatif:


 Penyakit darah: leukemia, anemia  Palatoschizis
aplastik, hemofilia dan purpura  Anemia (Hb <10 gr% atau HCT
 Penyakit sistemik yang tidak <30%)
terkontrol: diabetes melitus,  Infeksi akut saluran nafas atau
penyakit jantung dan sebagainya. tonsil (tidak termasuk abses
peritonsiler)
 Poliomielitis epidemik
 Usia di bawah 3 tahun (sebaiknya
ditunggu sampai 5 tahun)

21
TONSILEKTOMI

KOMPLIKASI
‐ Perdarahan
‐ Infeksi
‐ Nyeri Pasca Bedah
‐ Trauma Jaringan
sekitar Tonsil
‐ Perubahan Suara

22
THANK YOU!

23

Anda mungkin juga menyukai