Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR EKONOMI

PERTANIAN
Kelompok 12
Sejarah Pertanian di Jepang

☼ Pola pertanian menetap di Jepang dimulai sekitar abad ketiga


sebelum Masehi, dibawa imigran Asia Daratan yang dikenal
sebagai penduduk Yayoi. Abad-abad selanjutnya sistem
penegelolaan pertanian dengan teknologi yang lebih baik
dikembangkan dengan menyesuaikan kondisi geografis dan iklim di
berbagai wilayah Jepang. Padi sawah yang mampu tumbuh
sepanjang tahun di kembangkan di area-area padat penduduk.
☼ Di Jepang, musim hujan terjadi setiap tahun sekali, sungai-sungai
relatif pendek dan berarus deras, tidak menghasilkan daerah
genangan air (floodplains) yang luas seperti daerah Asia lainnya,
maka masyarakatnya membuat fasilitas penyimpanan dan
mengkontrol distribusi air sebagai pra kondisi tumbuhnya padi.
☼Peternakan relatif jarang, karena tidak sesuai dengan
lingkungan pegunungan dan lembab. Masyarakat
jepang sendiri pada umumnya vegetarian. Sumber
protein mereka adalah kacang-kacangan terutama
kedelai, dan ikan.
☼ Fasilitas irigasi dibangun dan dipelihara melalui
kerjasama sejumlah keluarga, kadang-kadang diatur
oleh penguasa atau pedagang, tetapi pada umumnya
setiap harinya, lahan dikelola oleh rumah tangga
individu, yang hidup dataran tinggi, disekitar lahan
perswahan. Pengeloaan dipimpin oleh kepala keluarga,
menggunakan tekaga kerja keluarga, tetapi saling
kerjasama di antara warga desa merupakan hal yang
mendasar, seperti alokasi air, pengerahan tenaga pada
waktu tertentu, dan pengaturan komunal. Organisasi
demikain tergantung pada hubungan sosial hirarkhis di
antara rumahtangga untuk mengurangi resiko dan
menjaga keamanan.
☼Berbeda dengan negara lain seperti China, Indonesia, dan
India, tuan tanah di Jepang secara aktif melakukan urusan-
urusan desa, atau seringkali ikut aktif dalam
memperkenalkan cara panenan dan teknik baru. Sebagai
orang yang melakukan kerjatani, tuan tanah mempunyai
banyak kepentingan dengan petani biasa. Tuan tanah
umumnya lahir dalam keluarga yang memimpin desa selama
beberapa generasi, sehingga lebih mudah bagi mereka
melaksanakan kepemimpinannya, dan mengintegrasikan
desanya. Sementara tuan tanah di sebagaian besar negara
Asia, seringkali tidak aktif dalam kegiatan pertanian. Banyak
pula orang kaya membeli tanah sebagai investasi,tetapi tidak
aktif dalam kegiatan pertanian (Kunio, 1992).
LOREM IPSUM

01 Kontribusi pertanian pada awal pembangunan

Kasus Jepang, terlihat berbeda, dan lebih optimis, bentuk


pembanguan dual ekonomi. Restorasi Meiji menempatkan
terlebih dahulu surplus pertanian di tangan modernisasi Negara,
terlihat lebih signifikan, pertumbuhan pertanian memungkinkan
untuk memberikan sumberdaya bagi industri.
Transfer tenagakerja, saving dan sumberdaya lainnya tidaklah
menghalangi pertumbuhannya, dan perubahan teknologi
tergantung sedikit kebutuhan sumerdaya dari industri ke
pertanian.
LOREM IPSUM

01 Membangun Pertanian ala Jepang

Porsi lahan pertanian Jepang hanya 25% dari total


wilayahnya yang sebagian besar berupa pegunungan.
Namun jumlah yang kecil tersebut mampu memberikan
kontribusi yang besar terhadap perekonomian
Jepang.Dilatar belakangi dengan sumberdaya alam yang
miskin, Jepang menjadi bangsa yang berpola fikir untuk
selalu “berkreasi dan menciptakan” di segala bidang
termasuk bidang pertaniannya.
☼Peran pemerintah dalam pembangunan pertanian secara umum
semakin lama semakin berkurang. Saat ini pemerintah Jepang hanya
berfungsis sebagai pembuat peraturan dan mengeluarkan kebijakan.
Sementara berbagai aktivitas lapangan banyak diambil alih oleh
Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative) atau sejenis koperasi
pertanian di Indonesia. Sebenarnya terdapat beberapa organisasi
pertanian di Jepang, namun yang paling dominant adalah JA
Cooperative. JA Cooperative pada awalnya merupakan lembaga yang
dibentuk oleh Pemerintah Jepang sejak awal 1900 an, dan
beranggotakan Petani-petani Jepang. Tujuannya adalah untuk
membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan
petani. Ini berarti bahwa harus terjadi mobilisasi massa petani,
mengatur perusahaan pertanian dan aktivitas mereka, serta
memperkuat perekonomian mereka.
☼Saat ini seluruh wilayah Jepang memiliki JA Cooperative yang secara
umum tugas nya adalah sangat banyak yakni :
☼Memberikan nasehat dalam mengelola usaha tani, penguasaan
teknologi, dan penyebaran informasi pertanian
☼ Mengumpulkan, mengangkut, dan mendistribusikan serta menjual
produk pertanian
☼Penyediaan sarana produksi
☼Mengatur pengolahan produk pertanian dan penyimpanan produk
☼ Sebagai Bank
☼Sebagai badan asuransi, dan
☼Menyediakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
petani.
☼Untuk menjalankan fungsi tersebut JA Cooperative memiliki
jaringan kerjasama yang sangat besar dengan dengan pasar
local khususnya supermarket, pasar internasional, dan
pemerintah. Selain itu JA Cooperative juga memiliki berbagai
fasilitas pertanian yang tersebar di seluruh Jepang seperti
Packaging center, Processing center, Pasar Saprodi, Pasar
penjualan langsung (direct sale market), supermarket, Gudang,
Penggilingan beras, Fasilitas pembuat pupuk organic, dll.
LOREM IPSUM
Teknologi Pertanian di Jepang

1. Robot anti hama

Dream Project, itulah sebutan proyek pertanian yang


menggunakan sistem kecanggihan robot. Nantinya pertanian
dengan menggunakan sistem robot ini akan berupa traktor
tanpa awak serta sebuah robot yang berperan sebagai robot
penanam dan pemanen.Untuk masalah hama pertanian,
Dream Project menggunakan teknologi lampu LED yang
berfungsi untuk menghalau hama yang bisa merusak lahan
pertanian atau bisa di fungsikan sebagai pengganti dari
pestisida
2. Mesin Tanam Bibit Padi dari Jepang

Penanam Padi Otomatis (Rice transplanter) adalah mesin


modern untuk menanam bibit padi dengan sistem penanaman
yang serentak. Mesin ini sudah banyak di gunakan di beberapa
negara. seperti China dan Taiwan.
Kecepatan penanaman adalah sekitar 200 titik (hill) per menit
per alur. Bila sebuah mesin dapat menanam dalam empat alur,
dengan jalar antar alur 40 cm dan jarak antar titik tanam 16
cm, maka akan dibutuhkan waktu tanam selama 4 jam untuk
setiap hektar. Dalam kenyataan, waktu juga dibutuhkan untuk
berbelok, menambah bibit, dll., maka waktu yang digunakan
untuk menanam adalah hanya sekitar 60 hingga 80%. Atau
dengan kata lain, kapasitas tanam menjadi 5 hingga 7 jam per
ha. Kegagalan penancapan bibit (missing hill) sekitar 1%,
dalam bentuk rusak tercabik, terbenam atau mengapung.
Penyebab Pertanian di Jepang Maju

Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar pembangunan


pertanian Jepang yang salah satunya adalah Farm Size
Expansion. Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan lahan
pertanian semakin bertambah dari empat hektare menjadi 15-
20 hektare untuk setiap keluarga petani. Kemajuan pertanian
Jepang juga bisa dilihat dengan berkembangnya sistem
pertanian urban. Bahkan pertanian urban di Jepang kini
menjadi andalan untuk memasok produk-produk pertanian
yang segar, sehat, dan cepat.
Perhatian pemerintah yang tinggi terhadap
pertanian

Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh


pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang telah diatur
sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan
yang ditanam petani. Pemerintah membeli hasil pertanian di
jepang dengan harga yang tinggi, lalu membantu
mendistribusikannya. ini sepert bulog, namun lebih rapi.
Swasta jika ingin membeli langsung dari petani, harganya pun
lebih tinggi.
H a r g a p r o d u k p e r t a n i an y a n g t e r k o n tr ol

Tak hanya masalah apa yang ditanam, pemerintah juga turut campur tangan
terhadap harga produk pertanian. Pengaturan itu dilakukan oleh bagian
pemerintah semacam Dinas Pertanian di Indonesia. Kebanyakan hasil
pertanian dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa mengendalikan
harga yang layak. Meski begitu, ada juga pihak swasta yang membeli hasil
pertanian di sana. “Tapi pihak swasta tidak akan membeli hasil pertanian di
bawah harga pemerintah, pasti di atasnya,” ungkap Andre. Dengan begitu, tak
ada istilah petani dirugikan karena dipermainkan tengkulak.
Lahan pertanian yang dimiliki tiap petani luas

Di Jepang, seorang petani biasa memegang 7-10 hektare sawah.

Sawah yang dimiliki satu keluarga di Jepang diwariskan dengan cara tidak
dibagi-bagi seperti yang terjadi di Indonesia. Setiap keluarga, hanya ada satu
anak yang akan mewarisi lahan pertanian. Anak yang benar-benar ingin
menjadi petani yang akan dipilih untuk mewarisi lahan pertanian. Sedangkan
anak lainnya akan menerima warisan dalam bentuk lain.

Dengan memiliki lahan pertanian yang luas, pengaturan pertanian akan lebih
mudah dilakukan. Penggunaan mesin-mesin dalam pertanian juga lebih mudah
karena luasnya lahan.
Etos kerja yang tinggi

Bertani di Jepang juga menerapkan jam kerja seperti bekerja di kantoran.


Setiap petani di Jepang akan memunyai sejumlah karyawan yang membantu
mengelola lahan pertanian seluas 7-10 ha. Jam kerjanya pun ditentukan. Kerja
secara normal dilakukan selama delapan jam mulai dari pukul 02.00 dini hari.
Istirahat yang dilakukan karyawan tidak dihitung jam. Maka delapan jam kerja
biasanya bisa terpenuhi hingga pukul 12.00 siang. Setelah itu mereka tidak
langsung pulang. Jika lembur, maka setelah pukul 12.00 itu, mereka istirahat
dua jam kemudian dilanjutkan dengan lembur hingga pukul 17.00 waktu
setempat
Sinergi Universitas, Swasta, dan Pemerintah

Pihak universitas membuat penelitian terbaru mengenai pertanian, pemerintah


dan swasta siap mendanainya dengan dana yang fantastis

Trik Sederhana

Tidak semua langkah keberhasilan di Jepang dipengaruhi oleh teknologi


canggih. Misalnya, untuk mempertahankan kesegaran buah-buahan, petani di
sana mencuci buah yang baru dipanen menggunakan air es yang dingin.
Langkah ini bisa membuat buah-buahan terlihat tetap segar seperti baru dipetik
meski sudah 2 hari.
☼ 5 manfaat pertanian urban sebagai berikut:
☼ Pertanian urban adalah sumber makanan segar dan sehat, termasuk makanan
organik dan rendah kimia, yang kini banyak diminati oleh masyarakat. Produk-
produk ini bisa ditanam dan dikonsumsi di perkotaan hasil kerjasama antara
petani dan penduduk kota.
☼ Pertanian urban memberikan kesempatan bagi penduduk kota untuk terlibat
dalam aktivitas pertanian baik secara langsung (melalui aktifitas berkebun) dan
melalui aktifitas jual beli antara konsumen dan petani di gerai-gerai produk
pertanian local.
☼ Pertanian urban bisa menjadi ruang terbuka, tempat mengungsi, jika terjadi
bencana seperti gempa, kebakaran dan bencana alam lainnya.
☼ Lahan pertanian urban juga bisa menjadi tempat rekreasi dan ruang terbuka
hijau yang bisa meningkatkan kualitas hidup dan spiritual keluarga.
☼ Pertanian urban bisa menjadi sarana pendidikan untuk meningkatkan
pemahaman atas isu-isu lingkungan, pertanian dan pangan.

Anda mungkin juga menyukai