Anda di halaman 1dari 19

ANEMIA

• Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah


eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer

• Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar


hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit
Etiologi dan Klasifikasi Anemia

Pada dasarnya anemia disebabkan oleh

1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum


tulang

2. Kehilangan darah keluar tubuh (hemoragi)

3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh


sebelum waktunya
Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan
gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau
hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia dibagi
menjadi tiga golongan:

1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan


MCH < 27 pg

2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan


MCH 27-pg

3. Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl


Gejala anemia

• Gejala umum anemia timbul karena  anoksia organ target dan


mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut
oksigen

• Gejala umum anemia menjadi jelas apabila Hb< 7 g/dl

• Berat ringannya gejala tergantung pada

– Derajat penurunan Hb

– Kecepatan penurunan Hb

– Usia

– Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya


Gejala anemia dapat digolongkan menjadi 3

1. Gejala umum anemia (sindroma anemia)


Sindroma anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas
dan dispepsia. Pada pemeriksaan, penderita tampak pucat, yang mudah dilihat
pada konyungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku
2. Gejala khas masing-masing anemia
Sebagai contoh
• Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan
kuku sendok (koilonychia)
• Anemia megaloblastik: glossitis, gangguan neurologik pada defisiensi
vitamin B12
• Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali dan hepatomegali
• Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi
Gejala anemia dapat digolongkan menjadi 3

3. Gejala penyakit dasar

Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang: sakit perut,


pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan.
Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih mendominir,
seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena
arthritis rematoid
PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSIS ANEMIA

PEMERIKSAAN LAB
1. Pemeriksaan penyaring (sceening test)  pengukuran kadar hemoglobin, indeks
eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari ini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis
morfologik anemia tersebut
2. Pemeriksaan darah seri anemia  Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung
leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak
dipakai automatic hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih
baik
3. Pemeriksaan sumsum tulang  Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi
yang sangat berharga mengenai keadaan sistem hematopoesis. Pemeriksaan ini
dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan
sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia
megaloblastik, serta pada kelainan hematologik
PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSIS ANEMIA

4. Pemeriksaan khusus

• Anemia defisiensi besi : serum iron. TIBC, saturasi transferin, protoporfirin


eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan pengecatan besi pada sumsum
tulang (Perl’s stain)

• Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi


deoksiuridin dan tes Schiling

• Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis hemoglobin


dan lain-lain

• Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang

• Juga diperlukan pemeriksaan nonhematologik tertentu seperti misalnya


pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid
PENDEKATAN DIAGNOSIS UNTUK PENDERITA ANEMIA

1. Menentukan adanya anemia

2. Menentukan jenis anemia

3. Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia

4. Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil
pengobatan
Pendekatan Terapi

1. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang


telah ditegakkan terlebih dahulu

2. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan

3. Pengobatan anemia dapat berupa

– Terapi untuk keadaan darurat seperti misalnya pada perdarahan akut


akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa penderita, atau pada
anemia pasca perdarahan akut yang disertai gangguan hemodinamik.

– Terapi suportif

– Terapi yang khas untuk masingmasing anemia

– Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan


anemia teresbut
Pendekatan Terapi

4. Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa
memberikan terapi percobaan (terapi ex juvantivus). Disini harus dilakukan
pemantauan yang ketat terhadap respon terapi dan perubahan perjalanan
penyakit penderita dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang kemungkinan
perubahan diagnosis
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tandatanda
gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika
anemia bersifat simtomatik atau adanya ancaman payah jantung. Disini diberikan
packed red cell, jangan whole blood. Pada anemia kronik sering dijumpai
peningkatan volume darah, oleh karena itu transfusi diberikan dengan tetesan
pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti furosemid sebelum
transfusi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai