Anda di halaman 1dari 24

Disusu oleh :

. Antonius yafit
. Aliong
. Andry yadie syafutra
. Ade gofur
. Beny fitriono
. Tri pinayanti
Sekolah tinggi ilmu kesehatan ( STIKes )
Kapuas Raya Sintang
. Sebuah pernyatan menarik tentang asal dan penyebaran
filariasis yang disebabkan oleh W.bancrofti telah diajukan oleh
Laurence pada tahum 1989. Pendapatnya itu berdasarkan pada
fakta bahwa filariasis telah ditemukan dan telah meluas di utara
dan selatan Polynesia,sebuah area yang pertama kali dieksplorasi
pada abad 17 dan 18.
. Migrasi lain yang berasal dari area yang sama sebelum 500
masehi,kemungkinan besar telah mendarat di Madagaskar dan
benua Afrika dengan membawa W.bancrofti.
. Sementara itu,filariasis yang disebabkan oleh cacing parasit
lain telah ditemukan sejak tahun 1770. Pada saat itu,seseorang
bernama Mongin menemukan Loa loa dari seorang wanita Negro
di Santo Domingo, Hindia Barat
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang
banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia.
Penyebabnya adalah infeksi oleh sekelompok cacing
nematoda parasit yang tergabung dalam
superfamilia Filarioidea. Gejala yang umum terlihat
adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya
tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum),
sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai
penyakit kaki gajah (elephantiasis).
1. Vektor Penyebaran
Menurut Zuhasril, seorang dokter dari
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, berdasarkan tempat
pembiakan cacing dewasanya,

vektor vilariasis dapat digolongkan


menjadi 2 jenis,yaitu:
a. Vektor Filariasis Limfatik
Filariasis limfatik dapat menyebar melaui nyamuk yang termasuk dalam
jenis nyamuk Aedes, Anopheles,Culex,Mansonia,Coquiletiddia, dan
Armigeres. Beberapa spesies dari Anopheles,Culex dan Aedes telah
dilaporkan menjadi vektor filariasis bancrofti di perkotaan atau di
pedesaan.

b. Vektor Filariasis Nonlimfatik


Vektor filariasis Alimfatik adalah lalat yang termasuk dalam ordo Diptera
dari kelas Insekta,yaitu genus Simulium dan Chrysops. Dari genus
Simulium terdapat lalat yang bernama Simulium damnosum,lalat ini
menyebabkan Onchocerca volvulus di Afrika.
2. Agen Filariasis
Seperti yang telah disebutkan di atas,terdapat beberapa jenis cacing
filariae yang dapat menyebabakan filariasis. Cacing-cacing itu antara lain
:

1.Wucheria bancrofti
Menurut Felix Partono,cacing ini tersebar luas di daerah yang beriklim
tropis di seluruh dunia termasuk di Indonesia
Mempunyai ukuran bervariasi, yang betina berukuran 65-100 mm
× 0,1 mm dan yang jantan 40 mm × 0.1 mm. Cacing betina dapat
mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250 –
300 mikron × 7-8 mikron. Bentuknya halus seperti benang dan
berwarna putih susu. Pada umumnya,microfilaria W.brancrofti
bersifat periodisitas Nokturna,artinya mikrofilaria hanya terdapat
di dalam aliran darah tepi pada waktu malam.
2. Brugia malayi
Menurut Tomio Yamaguchi, Brugia malayi adalah jenis cacing filariae
yang dapat ditemukan dari Asia Tenggara sampai Pasifik Barat Daya.
Juga pernah ditemukan di Korea Selatan. Cacing dewasa B.malayi lebih
kecil daripada W.brancofti. Yang jantan panjangnya 22 – 23 mm dan
lebarnya 0,88 mikron,dan yang betina mempunyai panjang 55×0,16 mm.
Berbeda dengan W.bancrofti yang ekornya tak memiliki nuklei(titik inti)
di ekornya,sementara B.malayi memiliki nuklei di ekornya. Daur hidup
dari B.malayi hampir sama dengan W.bancrofti,kecuali di daerah
tertentu,di mana vektornya berbeda dari W.bancrofti. Yang termasuk
vektor B.malayi adalah Mansonnia,Anopheles,dan Aedes
3. Brugia timori
Menurut Markell,Voge dan John, mikrofilaria dari jenis ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1964 di kepulauan Timor.
Kemudian,penyakit ini menyebar ke pulau-pulau di Dangkalan
Sunda. Mikrofilaria B.timori dapat dengan jelas dibedakan dari
mikrofilaria B.malayi. Mikrofilaria dari B.timori lebih panjang
dari B.malayi,dengan rata-rata 310 mikron. Jarak cephalic (bagian
dari mikrofilaria anterior ke nuclei tubuh) mempunyai
perbandingan panjang dan lebar 2:1 di B.malayi,sedangkan di
B.timori 3:1. Sarung B.malayi mengandung Giemsa stain,
sedangkan hal itu tidak ditemui pada B.timori.
4. Cacing dari genus Mansonella
Filaria ini adalah satu-satunya filaria yang ditemukan di benua
Amerika. Mansonella ozzardi tidak memiliki nuklei di ujung
ekornya sementara Mansonella streptocerca memilki nuklei
yang memanjang sampai ke ujung ekor. Mikrofilaria dari jenis ini
dapat ditemukan dengan biopsi kulit.
5. e. Loa loa
Parasit ini hanya ditemukan pada manusia. Penyakitnya disebut
loiasis atau Calabar Swelling. Loiasis terutama terdapat di daerah
Afrika Barat,Afrika tengah dan Sudan. Parasit ini juga terdapat
pada daerah khatulistiwa yang mempunyai hutan hujan. Cacing
dewasa hidup dalam jaringan subkutan,yang betina berukuran 50-
70 mm × 0,35-0,43 mm. Cacing betina mengeluakan
mikrofilarianya yang beredar dalam darah pada siang hari
(diurnal). Pada malam hari,mikrofilaria berada dalam pembulah
darah paru-paru. Mikrofilaria mempunyai sarung berukuran 250 –
300 mikron × 6-8,5 mikron. Dapat ditemukan dalam urin,dahak
dan kadang-kadang dapat ditemukan pada cairan sumsum tulang
belakang. Cacing dewasa dapat tumbuh 1 samapi 4 tahun
kemudian berkopulasi dan caing betina mengeluarkan microfilaria.
Filariasis ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah
seseorang yang telah tertular sebelumnya. Di dalam nyamuk,
mikrofilaria yang terisap bersama darah berkembang menjadi
larva infektif. Larva infektif masuk secara aktif ke dalam
tubuh hospes waktu nyamuk menggigit hospes dan
berkembang menjadi dewasa yang melepaskan mikrofilaria
ke dalam peredaran darah. Darah yang terinfeksi dan
mengandung larva akan ditularkan ke orang lain pada saat
nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah
orang tersebut. Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah,
Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus
Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena
inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.
 W. bancrofti ditularkan melalui berbagai spesies
nyamuk, yang paling dominan adalah Culex
quinquefasciatus, Anopheles gambiae, An.
funestus, Aedes polynesiensis, An. scapularis dan
Ae. pseudoscutellaris. Brugia malayi ditularkan
oleh spesies yang bervariasi dari Mansonia,
Anopheles dan Aedes. Brugia timori ditularkan
oleh An. barbirostris. Didalam tubuh nyamuk
betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap
darah akan melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga
menjadi larva filariform infektif, kemudian
berpindah ke proboscis
Gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult filariasis.
Dalam perjalanan penyakit filariasis bermula dengan
adenolimfangitis akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya
obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit tidak
jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya tetapi bila diurut dari
masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi :

 Masa prepaten
Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian
saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik,
dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk
kelompok yang asimtomatik amikrofi laremik dan asimtomatik
mikrofilaremik.

 Masa inkubasi
Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya gejala klinis berkisar antara 816 bulan.
 Gejala klinik akut
Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan
malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis
akut dapat amikrofi laremik maupun mikrofilaremik.
Filariasis bancrofti pembuluh limfe alatkelamin laki-laki sering
terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchids. Adenolimfangitis
inguinal atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd
yang umumnya sembuh sendiri dalam 315 hari dan serangan terjadi
beberapa kali dalam setahun.
Filariasis brugia Limfadenitis paling sering mengenai kelenjar
inguinal, sering terjadi setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai
limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri dan
sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita
tidak mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12
X/tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena
dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan
parut yang khas, setelah 3 minggu 3 bulan.
Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 1015 tahun setelah serangan akut
pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini,
sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi. Gejala
menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya.
Filariasis bancrofti hidrokel paling banyak ditemukan. Di
dalam cairan hidrokel ditemukan mikrofilaria. Limfedema
dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai
bawah, skrotum, vulva atau buah dada, dan ukuran
pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya.
Chyluria terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa
penderita menyebabkan penurunan berat badan dan
kelelahan.
Filariasis brugia elefantiasis terjadi di tungkai bawah di
bawah lutut dan lengan bawah, sedang ukuran pembesaran
ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.
. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis darah,
. Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena
microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu
malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
. Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang
dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan
Teknik pengendapan.
. Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan
diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes
kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran
parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan
jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.
1. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara ,ain
meliputi :
. Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
. Vektor pembawa infeksi Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan
(bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/sumber
penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ; dan fauna sekitar manusia
yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit
menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan
yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan
unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan
manusia (senbagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam
kehidupan / kesehatan manusia (Nur nasri
noor.2002,Epidemiologi,Univesutas Hasanuddin Makassar.Hal.28-29)
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh
terhadap manusia baik secara langsung, maupun
terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi
serta radiasi) meliputi :
. Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
. Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun
sebagai bentuk pemencaran pada air, dan
. Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah
dan air, radiasi dan lain sebagainya.
3. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik,
sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi
setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.
Lingkungan sosial ini meliputi :
 Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku
setempat
 Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup
sehat masyarakat setempat, dan
 Kebiasaan hidup masyarakat
 Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga,
serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya.
1. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah
endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC).
DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan
jangka panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang
efektif, aman, dan relatif murah.
2. Untuk filariasis akibat Wuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6
mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibat
Brugia malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat
badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam,
menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis
yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori, efek samping
yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan
dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih
lama.
3.
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada
daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh
mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka
panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang
efektif, aman, dan relatif murah.
Untuk filariasis akibat Wuchereria bankrofti, dosis yang
dianjurkan 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari.
Sedangkan untuk filariasis akibat Brugia malayi dan Brugia
timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari
selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam,
menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada
pengobatan filariasis yang disebabkan oleh Brugia malayi
dan Brugia timori, efek samping yang ditimbulkan lebih
berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam
dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam waktu yang
lebih lama.
Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis
tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap
tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi
meningkatkan efek filarisida DEC. Obat lain yang juga
dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik
semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai
aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit.
Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang
ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi
suportif berupa pemijatan juga dapat dilakukan di
samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya
pada kasus yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat
juga dilakukan pembedahan.
Lingkungan fisik
 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk memutus mata rantai
penularan karena filariasis menular melalui gigitan vektor nyamuk.
 Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting untuk
mencegah terjadinya perkembangan nyamuk di wilayah tersebut.
 Bagi penderita filariasis, diharapkan kesadarannya untuk
memeriksakan ke dokter dan mendapatkan penanganan dan perawatan
segera sehingga tidak menjadi sumber penularan kepada masyarakat
lainnya.

 Lingkungan Biologis
 Pemeliharaan ikan predator (ikan pemakan jentik nyamuk vektor) seperti :
mujair, lele, kepala timah dan sejenisnya sebagai musuh alami larva/jentik
nyamuk vektor pada genangan-genangan air
 Lingkungan Kimia
 Memberikan bubuk abate (temephos)
pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam,
dan lain-lain
 Tidur menggunakan kelambu
 Lubang angin (ventilasi) rumah
ditutup kawat kasa halus
 Memasang obat nyamuk
 Memakai obat gosok anti nyamuk
 Lingkungan sosial
 Diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan
masyarakat untuk mengenyahkan
 penyuluhan, kampanye, atau promosi kesehatan tentang
Filariasis, vektor, cara
penularan, serta cara pencegahan dan pengendaliannya
secara berkesinambungan.
Pencegahan secara massal di lingkungan setempat
dengan bekerja sama dengan
RT/RW/Kelurahan dengan PUSKESMAS setempat
dilakukan dengan Pembersihan
Sarang Nyamuk (PSN dan memutuskan mata rantai
pembiakan nyamum pembawa
penyakit filariasis dengan Abatisasi.
Atas partisifasi
teman2 smua. . . ..

Anda mungkin juga menyukai