Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA

INDONESIA SEBELUM TAHUN 1945

KELOMPOK 1 :
• ALDINA SALSABILA
• ANIS KHOLISHOTUN NISA
• LEGIAPUTRI L. NURULHIDAYAH
• PUJA MARDIANA ALIZIA
• RINDIANTI NUR ISLAMI
• YANTI WIDIASTUTI
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Sebelum Kemerdekaan

 a. Masa Prakolonial
 b. Masa Kolonial
 c. Masa Pergerakan Kemerdekaan
a. Masa Prakolonial
Masa Prakolonial adalah masa dimana kekuatan Eropa
Barat mampu menguasai daratan dan perairan Asia Tenggara.
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapatlah di pastikan
bahasa yang di pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII
adalah bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih
jelas dari berbagai peninggalan – peninggalan bersejarah
misalnya :

1. Tulisan yang terdapat pada Batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh


pada tahun 1380 M.
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun
688.
b. Masa Kolonial

Ketika orang-orang Barat sampai di indonesia pada abad


ke XVI, mereka menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa
Melayu merupakan suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan
bahasa perantara dalam perdagangan (lingua franca). Hal ini
dapat di buktikan dari beberapa kenyataan berikut. Seorang
Portugis bernama Pigafetta, setelah menjunjung Tidore,
menyusun semacam daftar kata pada tahun 1522; berarti
sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan
Maluku.
c. Masa Pergerakan Kemerdekaan

Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai


penggerakan kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu
bahasa untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di
Indonesia. Pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat
berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu mereka
mencari suatu bahasa yang dapat di pahami dan di pakai
semua orang.
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa
mana yang akan menjadi bahasa persatuan. Tiap
perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong Sumatra.
Atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa
daerahnya sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan
kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal semacam ini di
rasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang
hendak di capai.

Karena itu, akhirnya tibalah saat diadakan Kongres


Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober
1928. Sebagai hasil yang paling gemilang dari kongres itu,
diadakan ikrar bersama yang terkenal dengan nama Sumpah
Pemuda, yang berbunyi:
 Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah
darah satoe,Tanah Air Indonesia.
 Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa
satoe, Bangsa Indonesia.
 Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng
bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Demikianlah, tanggal 28 Oktober merupakan hari yang amat


penting, merupakan hari pengangkatan atau penobatan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, atau dengan kata lain
sebagai bahasa Nasional.
Pengakuan dan pernyataan yang diikrarkan pada tanggal 28
Oktober 1928 itu tidak akan ada artinya tanpa diikuti usaha untuk
mengembangkan bahasa Indonesia, meningkatkan kemampuan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Barulah pada masa pendudukan Jepang Bahasa Indonesia
memperoleh kesempatan berkembang karena pemerintah
Jepang seperti halnya pemerintah penjajah yang lain.
Sesungguhnya bercita-cita menjadikan bahasa resmi di
Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi pemerintahan dan sebagai Bahasa Pengantar di
sekolah-sekolah. Perkembangan berjalan dengan sangat cepat
sehingga pada waktu kemerdekaan Indonesia, yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bahasa
Indonesia telah siap menerima kedudukan sebagai Bahasa
Negara, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar
1945, Bab XV, Pasal 36.

Anda mungkin juga menyukai