Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hukum Islam
Narkotika Golongan I
•Hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
•Mencakup 65 macam, seperti opium, ganja, kokain, tanaman Papaver Somniferum L dan selainnya.
Narkotika Golongan II
•Berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
•Mencakup 86 macam, seperti alfasetilmetadol, benzetidin, morfin, dan garam-garam dari Narkotika dalam
golongan ini.
*) Hashish /cannabis ruderalis menurut versi Wikipedia, yaitu suatu macam daun
ganja India yang mengonsumsi sedikit saja sangat memabukkan. Baca, Tim
Kementerian Wakaf dan Urusan Islam Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, (Kuwait:
Dzat as-Salasil, 1406-1986 H), VIII/217.
• Pendapat seperti ini juga dikemukakan oleh
Abu Ishaq as-Syirazi (393-476 H/1003-1083 M),
Ibn Daqiq al-‘Id (625-702 H/1227-1302 M),
sebagaimana dikutip oleh Ibn Hajar al-
Haitami (909-974 H/1504-1567 M) dalam al-
Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra (IV/231).
• Bahkan dalam kitab tersebut, Ibn Hajar
menyampaikan hadits yang secara khusus
menegaskan keharaman ganja:
َّ صلى
للا ََّ للا َِّ َّت نَ َهى َرسول َّْ عَّْن َها َقا َل ََّ سلَ َم َّةَ َر ِض
َ ي للاَّ تَ َعالَى َّْ ع
َ َن أ َِّم
َّْ ( َر َواهَّ أَحْ َمدَّ في م.َّس ِكرَّ َومفََّتِر
سنَ ِد َِّه وأبو ْ َن ك َِّل م َّْ سل ََّم ع َ علَ ْي َِّه َو
َ
)َّص ِحيح َ َّسنَد َ دَاود في سنَنِ َِّه ِب
“Diriwayatkan dari Ummu Salamah ra, ia berkata:
“Rasulullah telah melarang (mengonsumsi) segala
zat yang memabukkan dan melemahkan badan.”
(HR. Ahmad dalam al-Musnad, dan Abu Dawud
dalam Sunannya, dengan sanad shahih). (Ibn
Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra,
IV/231)
• Lebih lanjut Ibn Hajar menerangkan:
ح ِديثَّ فِي َِّهََّ َو َه َذا ا ْل.اف َِّ ور َوا ْل َخد َََّر في ْاْل َ ْط َر ِ قَا ََّل ا ْلعلَ َماءَّ ا ْلمفَ ِترَّ كلَّ ما ي
ََّ ورثَّ ا ْلفت
َّك يَ ْكثرَّ الن ْوم ْ وص َِّه فَ ِإنَّ َها ت
ََّ س ِكرَّ َوت َخ ِدرَّ َوتفَ ِترَّ َو ِل َذ ِل ِ يش ِبخص ِ يم ا ْل َح
َّ ِ ش َِّ َد ِليلَّ على تَحْ ِر
ِ َِلمتَع
.اطي َها
“Ulama mengatakan: “Al-Muftir adalah setiap zat yang
membuat lemah dan membius anggota badan.” Dalam hadits
ini terdapat dalil atas keharaman ganja secara khusus, sebab
ganja dapat memabukkan dan membius. Karena itu orang
yang mengonsumsinya
banyak tidur.”
(Ibn Hajar al-Haitami,
al-Fatawa al-Fiqhiyyah
al-Kubra, IV/233)
• Bahkan kemudian Ibn Hajar mengutip dari Ahmad bin
Idris al-Qarafi (w. 684/1285 M) dan Ibn Taimiyyah
(661-728 H/1263-1328 M) yang menghikayatkan telah
terjadi Ijma’ ulama atas keharamnnya.
• Ibn Taimiyyah juga mengatakan:
“Orang yang menghalalkannya maka kufur. Empat
Imam madzhab: Malik, Abu Hanifah, as-Syafi’i, dan
Ahmad tidak membahasnya karena belum ditemukan
pada masa mereka, dan baru populer pada akgir abad ke-
6 dan awal abad ke-7 H bersamaan dengan berkuasanya
bangsa Tartar (di wilayah negeri-negeri Islam).”
• Demikian pandangan beberapa ulama klasik tentang keharaman ganja.
• Hal ini juga senada dengan pendapat ulama kontemporer seperti Dr.
Wahbah az-Zuhaili (l. 1932 M) dalam karyanya, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuh, pada sub bab khusus berjudul: Bahaya Zat-zat Terlarang
(Narkotika) dan Berbagai Hukumnya dalam Islam.
• Di akhir pembahasannya tentang hukum mengonsumsi narkotika az-
Zuhaili menyimpulkan:
ِلم َخا ََّم َرتِ َها ا ْلعَ ْق ََّل،لست َِّة ْاْلولَى َح َرامَّ كَا ْل َخ ْم ِر ِ ون ا َِّ ن قرونَّ بَ ْع ََّد ا ْلقر َّْ ت ا ْل َحا ِدثَ َِّة ِم
َِّ ِإنَّ َج ِمي ََّع ا ْلمخد َِرا
،ن ا ْل َخ ْم ِر ََّ سادًا ِم َ َض َر ًرا َوأَ ْكبََّرَّ ف
َ َّي أَ ْكثَرََّ فَ ِه،علَ ْي َها
َ َّ َوَّتَ ِزيد،ضاره َ سدَّ ا ْل َخ ْم َِّر َو َم
ِ َوفِي َها َمفَا.ََّوتَ ْغ ِطيَتِ َها ِإياه
… َوأَ َدبِيًّا، َو ِص ِحيًا، ََّما ِديًّا، أَ ْف َرادًا َو َج َماعَات،ض َر ًرا بَ ِليغًا َ َِْلَن َها تَضرَّ ْاْلم َّة
“Sungguh semua jenis narkotika baru yang muncul sejak beberapa abad
setelah enam abad Hijriyyah yang pertama hukumnya haram sebagaimana
khamr, karena menutupi dan merusak akal. Di dalamnya terdapat kerusakan
dan bahaya khamr, bahkan lebih. Narkotika lebih membahayakan dan lebih
membuat kerusakan daipada khamr. Sebab Narkotika telah merusak umat
manusia dengan sangat dahsyat, merusak individu, masyarakat, materi,
kesehatan, dan peradaban …” (Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami, VII/447.)
Narkotika untuk Kepentingan
Medis/Pengobatan
• Keharaman mengonsumsi Narkotika ini
mengecualikan untuk kepentingan
medis/pengobatan, sebagaimana
penjelasan Sayyid Utsman bin Muhammad
Syatha ad-Dimyathi (w. < 1302 H/1885 M)
dalam I’anah at-Thalibin:
َ نك
ََّان ًَّ يرا أ َ َّْم قَ ِلي
َّْ ل َو ِإ ََّ ي) م ْطلَقًا
ََّ س َواءَّ ك
ً َان َك ِث َّْ ِل َحا َج َِّة التدَا ِو:َّ(قَ ْوله
.ارتِ َِّه أَنهَّ م ْختَصَّ بِا ْل َّقَ ِلي َِّل
َ ََظا ِهرَّ ِعب
“Ungkapan Zainuddin al-Malibari: “(Boleh
mengonsumsi ganja, hasyisy, dan opium) untuk
pengobatan”, secara mutlak, baik banyak
maupun sedikit, meskipun lahiriah ungkapan
Zainuddin al-Malibari mengesankan bahwa hal
itu khusus untuk kadar yang sedikit.” (Utsman
bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi, Hahsyiyah
I’anah at-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-
Mu’inIV/254)
Sanksi bagi
Pengkonsumsi
Narkoba
• Adapun sanksi atau hukuman bagi pengonsumsi narkoba yang bukan dalam rangka pengobatan
menurut Mayoritas Ahli Fikih adalah hukuman ta’zir yang disesuaikan dengan kemaslahatan
menurut kebijakan pemerintah.
• Ta’zir dapat berupa hukuman penjara, denda, dan selainnya, yang menurut pemerintah dapat
memberi efek jera baginya.
• Bahkan dalam konteks ini menurut Fuqaha Hanafiyah dan Malikiyah pemerintah dapat
memberlakukan hukuman mati bila memang kasusnya berulang-ulang dan pelaku tidak jera
dengan hukuman selainnya.
• Syaikh Wahbah az-Zuhaili mengatakan:
“Para Fuqaha Hanafiyah dan Malikiyah membolehkan sanksi takzir berupa hukuman mati yang
diistilahkan dengan al-qatl siyasah (hukuman mati karena siasat)*). Maksudnya ketika hakim
menilannya sebagai kemaslahatan dalam masalah terkait dan jenis kejahatannya menetapkan hukuman
mati, seperti berualng-ulang atau terus-menerusnya mengonsumsi minuman keras dan narkotika.” (Az-
Zuhaili, al-Fiqh al-Islami, VII/450)
*) Tentang konsep ta’zir al-qatl siyasah, baca Muhammad Amin Ibn ‘Abidin, Radd al-Muhtar ‘ala Durr
al-Mukhtar (Riyadh: Dar ‘Alam al-Kutub, 1423 H/2003 M), VI/107.
b. Hukum Memproduksi dan
Mengedarkan Narkotika
• Dalam pasal 1 poin 3 UU No 35 Tahun 2009, produksi
Narkotika didefinisikan sebagai kegiatan atau proses
menyiapkan, mengolah, membuat, dan menghasilkan
Narkotika secara langsung atau tidak langsung melalui
ekstraksi atau nonekstraksi dari sumber alami atau sintetis
kimia atau gabungannya, termasuk mengemas dan/atau
mengubah bentuk Narkotika.
• Dalam penjelasan Pasal 12 Ayat 1 disebutkan yang dimaksud
dengan produksi adalah termasuk pembudidayaan
(kultivasi) tanaman yang mengandung Narkotika.
• Sedangkan memproduksi Narkoba (yang ilegal bukan
dalam kepentingan medis) dalam tinjauan Hukum Islam
adalah haram, seperti dijelaskan oleh Syaikh Wahbah az-
Zuhaili:
َِّ ين َوا ْل َهرو ِي
:ن َِّ ون َوا ْلكوكَا ِي َِّ يع ْاْل َ ْفي َِّ اش َوا ْلقَا
َّْ َ ت َوت
َِّ ص ِن َّ ِ ش َخ ْ يش َوا ْل َخ ِ ِز َراعَةَّ ا ْل َح
َّ ِ ش
.َّعلَى ا ْل َم ْع ِصيَ َِّة فَه ََّو َم ْع ِصيَةَ َّ ََّوكلَّ َما ي ِعين،ام فَه ََّو َح َرام َِّ ِإنَّ كلَّ َما ي َؤدِي ِإلَى ا ْل َح َر
“Menanam hashish, khaskhas (papaver nudicaule/tanaman
bahan mentah opium), qat (chata edulius/teh Arab),
memproduksi opium, kokain, dan heroin. Sungguh setiap
aktifitas yang mengantarkan pada keharaman maka
hukumnya haram, dan setiap aktifitas yang menolong
kemaksiatan maka merupakan maksiat.” (Az-Zuhaili, al-Fiqh
al-Islami, VII/450)
• Syaikh Wahbah az-Zuhaili juga
menyampaikan beberapa hadits tentang
kesimpulan hukum tersebut, di
antaranya:
َّ أَن:سل ََّم قَا ََّلَ علَ ْي َِّه َو
َ َّصلَّى للا َ للاَِّ اس أَنَّ َرسو ََّل ََّ ن عَب َِّ َن ا ْب
َِّ ع
ن يَتَّ ِخذهَّ َخ ْم ًرا فَقَ ََّد
َّْ حتى يَبِيعَهَّ ِمم
ََّ افَِّ ب أَيا ََّم ا ْل ِق َط
ََّ َس ا ْل ِعن ََّ َن َحب َّْ َم
) ( َر َواهَّ أَبو دَاو ََّد.ار ََّ تَقَح ََّم الن
“Diriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa
Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh orang
yang menimbun anggur pada waktu
memanennya hingga menjualnya kepada
orang yang memproduksinya menjadi khamr,
maka niscaya ia telah melemparkan dirinya ke
Neraka.” (HR. Abu Dawud, juga diriwayatkan oleh ad-
Daraquthni dari jalur Buraidah ra dalam al-Mu’jam al-
Ausath dengan sanad hasan. Baca, Ibn Hajar al-‘Asqalani,
Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam, I/310. Al-Maktabah
as-Syamilah al-Isdar at-Tsani, 2.11.