Anda di halaman 1dari 11

Pelayanan Holistik Perlindungan

Perempuan dan Anak Korban


Kekerasan Kota Malang
Oleh:
Sri Wahyuningsih, SH.,MPd.
Pendahuluan
• Konsep pelayanan dalam PPT dan atau P2TP2A
atau apapun namanya, adalah Pelayanan Terpadu
yang mencakup pelayanan hukum (pidana,
perdata dan administrasi), medis (perawatan
fisik, psikis dan Visum et Repertum serta Visum et
Psikiatrikum) dan psikososial (konsling, layanan
rokhani, penguatan ekonomi dll. KJHAM
Semarang menyebut pelayanan yang
komprehensif, dimana ketiga macam pelayanan
tersebut diberikan secara terarah dan terukur,
ada mekanisme koordinasi dan sistem rujukan
serta bebas biaya.
Analisis HAM
• Pasal 1 Deklarasi Umum HAM:
• Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal budi dan hati nurani dan hendaknya bergaul
satu dengan yang lain dalam semangat
persaudaraan.
• Dari ketentuan pasal tersebut maka baik laki-laki
maupun perempuan memiliki persamaan yaitu
(a) dilahirkan merdeka, (b) mempunyai martabat
dan hak yang sama, © dikaruniai akal budi dan
(d) dikaruniai hati nurani
Analisis Jender
• Jender adalah konsep yang mengacu pada
peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat
berubah oleh keadaan sosial dan budaya
masyarakat.
Perbedaan Jenis Kelamin dan Jender
• Sifat jenis kelamin (sex):
• 1. Anugerah Tuhan (biologi);
• 2. Universal (umum);
• 3. Tidak dapat dipertukarkan;
• 4. Tidak berubah menurut waktu dan tempat
• Persifatan Jender::
• 1. Bukan biologi;
• 2. Internalisasi (pembiasaan dan pembelajaran) dari
masyarakat;
• 3. Dapat dipertukarkan;
• 4. Dapat berubah menurut waktu dan tempat.
Mengapa Jender dipersoalkan?
• Karena menimbulkan ketidakadilan bagi
perempuan, diantaranya:
• 1. Stereotipe: perkasa---lemah lembut;
• 2. Subordinasi: pemimpin---yang dipimpin;
• 3. Burden: mono burden---multi burden;
• 4. Gender devision of labour: majikan---buruh;
• 5. Violence/kekerasan: KDRT, KDP, KS, trafikinf
dll.
Prosedur Penanganan Perempuan dan
anak korban kekerasan
• 1. Non litigasi/mediasi;
• 2. Litigasi;
Hambatan-hambatan dalam proses
litigasi
• 1. Pelaporan di UPPA Kepolisian:
• a. Keterbatasan informasi adanya tempat pelaporan yang dapat
diakses;
• b. Saat penyelidikan dan penyidikan, menjadi momentum yang
menegangkan dan menakutkan bagi korban, hingga sering korban
menjadi grogi, dan salah bicara;
• c. Alat bukti yang harus dikumpulkan oleh pelapor (korban) dan
atau keluarganya, sesuai ketentuan perundang-undangan, namun
belum atau tidak diketahui mereka, contoh; untuk perkosaan, apa
saja alat buktinya?
• 4. Proses Visum et Repertum dan Visum et Psikiatrikum, juga
membuat gugup apalagi bagi korban perkosaan dan sodomi,
maupun korban KS lainnya; hasil visum yang lama sampai ke meja
penyidik, mengapa bisa begitu, tidak dapatkan dipercepat?????

lanjutan hambatan …..
• e. Gelar perkara, yang tidak dimengerti oleh
korban serta keluarganya, termasuk informasi
tenang SP3. mengapa bisa begitu??? Keluh
kebanyakan korban, dengan teriakan histeri.
Sudah kiamatkah kasus saya???
• 2. Hambatan di Kejaksaan;
• 3. Hambatan di Pengadilan.
Strategi penanganan
• Mari kita diskusikan:
• 082245175700
• Jalan Jombang IIIA/1

Anda mungkin juga menyukai