Anda di halaman 1dari 28

SELAPUT JANIN

DAN PLASENTA

Ika nur utami


1410211124
Outline
2.1. Selaput Janin (amnion)
2.2. Plasenta

2
2.1 Selaput Janin (Amnion)
 Menjelang permulaan bulan kedua, trofoblast ditandai
oleh banyak sekali villi sekunder dan tersier yang memberinya
bentuk radial. Villi-villi ini berakar pada mesoderm lempeng
korion dan di sebelah perifer melekat pada desidua ibu melalui
kulit sitotrofoblast luar.
 Sistem kapiler di dalam inti batang villi segera berhubungan
dengan kapiler di dalam lempeng korion dan tangkai
penghubung, dengan demikian tersusunlah susunan pembuluh
darah ekstraembrional.

3
2.1 Selaput Janin (Amnion)
 Pada bulan-bulan berikutnya, banyak tonjolan kecil tumbuh
dari tangkai villi yang sudah ada menuju ke dalam ruang lakuna
atau ruang antar-villi di sekitarnya.
 Menjelang permulaan bulan ke empat, sel-sel sitotrofoblas
beserta sebagian sel jaringan ikat menghilang. Setelah itu hanya
sinsitium dan dinding endotel pembuluh darah yang menjadi
lapisan pemisah antara peredaran darah ibu dan janin.
 Kerapkali sinsitium menjadi sangat tipis dan potongan-potongan
besar yang mengandung beberapa nuklei bisa menembus dan
masuk ke dalam danau-danau darah antar villi.

4
Pembentukan pembuluh darah
5
ekstraembrional
Struktur dan Fungsi Amnion
 Selaput janin atau amnion terdiri dari lapisan desidua, khorion
dan amnion.
 Di dalam ruangan selaput janin tersebut terdapat cairan ketuban
atau liquor amnii.
 Pada awalnya ruangan amnion merupakan rongga kecil, tetap
kemudian akan mengelilingi dan meliputi seluruh janin.

6
Bagan Lapisan
Plasenta Selaput Amnion

Khorion

Desidua

Amnion
7
8
Korion Frondosum
Dan Desidua Basalis
 Pada minggu-minggu pertama
perkembangan, villi meliputi
seluruh permukaan korion.
 Semakin tua kehamilan, villi pada
kutub embrional terus tumbuh
dan meluas, sehingga membentuk
korion frondosum (korion
bervilli lebat seperti semak-
semak).
 Villi pada kutub abembrional
mengalami degenerasi, dan pada
bulan ketiga, sisi korion ini
menjadi halus dan disebut
9
korion laeve
 Perbedaan korion di kutub embrional dan abembrional juga
tercermin pada susunan desiduanya, yang merupakan lapisan
fungsional endometrium (spongiosum dan compactum) dan
mengelupas pada saat persalinan.
 Desidua di atas korion frondosum, desidua basalis, terdiri
atas sebuah lapisan kompak sel-sel besar, sel desidua, yang
mengandung banyak sekali lipid dan glikogen. Lapisan ini,
lempeng desidua, melekat erat dengan korion.
 Lapisan desidua di kutub abembrional disebut desidua
kapsularis. Dengan bertambah besarnya gelembung korion,
lapisan ini menjadi teregang dan mengalami degenerasi.

10
 Selanjutnya korion laeve bersentuhan dengan dinding
rahim (desidua parietalis) pada rahim sisi yang lain
dan keduanya menyatu dan dengan demikian
menutup rongga rahim.
 Korion frondosum yang bersama dengan desidua
basalis, membentuk plasenta.
 Penyatuan amnion dan korion hingga membentuk
membran amniokorion akan menutup rongga
korion. Membran inilah yang pecah pada saat
persalinan berlangsung (pecah ketuban).

11
Hubungan berbagai
selaput janin dengan
dinding uterus

A. Akhir bulan kedua,


perhatikan yolk sac di rongga
korion antara amnion dan
korion. di kutub
abembrional, villi telah
lenyap (korion leave).
B. Akhir bulan ketiga, amnion
dan korion telah menyatu,
dan rongga uterus lenyap
akibat penyatuan korion leave
dan desidua parietalis

12
Liquor Amnii
 Ruangan amnion berisi cairan + 1 liter cairan ketuban.
Banyaknya kadang-kadang berbeda-beda.
 Jika lebih dari 2 liter disebut polihydramnion, jika kurang dari 500
cc disebut dengan oligohydramnion.
 Cairan ketuban berwarna putih keruh, berbau khas dan rasanya
manis. Reaksinya agak alkalis atau netral dengan berat jenis
1,008.

13
 Komposisinya terdiri dari
98 % air, sisanya adalah
albumin, urea, asam uric,
kreatinin, sel epitel,
rambut lanugo, vernic
caseosa dan garam organik.
 Di dalamnya juga ada lecytin
spingomyelin yang dapat
digunakan untuk
pemeriksaan kematangan
fungsi paru-paru janin.

14
Sumber Air Ketuban
 Berasal dari BAK janin, transudasi darah Ibu, sekret epitel amnion dan
gabungan dari ketiganya (mixed origin).
 Air ketuban dapat digunakan untuk mendiagnosis jenis kelamin,
golongan darah janin, Rhesus iso-imunisasi, maturitas janin,
pemeriksaan penyakit.
 Air ketuban dapat dikenali dengan menggunakan kertas lakmus, dilihat
secara makroskopis dan mikroskopis dan melalui pemeriksaan
laboratorium.

15
2.2 Plasenta
Bentuk bundar, Ø 15 –
25 cm
Terdiri dari 2 sisi :
Maternal dan Fetal
Maternal : merah tua,
kasar, tidak rata, terdapat
cotiledon 16-20 buah
 Fetal : licin, berwarna
putih, diliputi amnion
 Fungsi : proteksi,
nutrisi, pernafasan,
sekresi, produksi
hormonal
16
Peredaran Darah Plasenta
 Kotiledon menerima darah dari 80
sampai 100 arteri spiralis yang
menembus lempeng desidua dan masuk
ke ruang antarvilli dengan pola yang
cukup teratur.
 Tekanan pada arteri ini mendorong
darah masuk jauh keruang antar villi dan
membasahi banyak villi kecil dari
percabangan villi dengan darah
beroksigen.
 Sewaktu tekanan berkurang, darah
mengalir balik dari lempeng korion
menuju desidua, tempat darah masuk ke
vena endometrium.
 Karena itu, darah dari ruang antarvilli
mengalir balik ke sirkulasi ibu melalui
17
vena endometrium.
Membran plasenta, yang kadang-kadang disebut sawar plasenta, bukanlah suatu sawar sejati
karena banyak bahan yang dapat bebas melewatinya. Karena darah ibu diruang antarvilli
dipisahkan dari darah janin oleh sawar yang berasal dari korion, plasenta manusia dianggap
sebagai tipe hemokorialis

18
Pertukaran Gas

• Pertukaran gas seperti oksigen, karbon dioksida, dan


karbon monoksida berlangsung melalui difusi primitif.
• Pada saat cukup bulan, janin menyaring 20 sampai 30 ml
oksigen dalam per menit dari peredaran darah ibu
• Hambatan penyaluran oksigen sebentar saja akan fatal
akibatnya bagi janin.

Pertukaran Nutrien dan Elektrolit

• Pertukaran nutrien dan elektrolit, seperti asam amino,


asam lemak bebas, karbohidrat, dan vitamin berjalan cepat
dan meningkat bersamaan dengan berlanjutnya usia
kehamilan

19
Pemindahan Antibodi Ibu

• Antibodi ibu diambil oleh sinsitiotrofoblas dengan cara pinositosis dan selanjutnya
diangkut ke pembuluh kapiler janin.
• janin memperoleh antibodi ibu yaitu imunoglobulin G (IgG) kelas (7S), terhadap
berbagai penyakit infeksi dan memperoleh kekebalan pasif terhadap defteri, cacar,
campak dan lain-lainnya, tetapi bukan terhadap cacar air dan batuk rejan
(pertusis).
• Imunisasi pasif penting karena janin hanya mempunyai kemampuan sedikit untuk
menghasilkan antibodi sendiri sampai sesudah lahir.
• .

Produksi Hormon

• Menjelang akhir bulan keempat, plasenta menghasilkan progesteron dalam jumlah


yang cukup untuk mempertahankan kehamilan sekiranya korpus luteum diangkat
atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
• Selain progesteron, plasenta makin banyak menghasilkan hormon estrogenik
(terutama estriol) sampai tepat sebelum akhir kehamilan, ketika telah tercapai
kadar puncak estrogen. Kadar estrogen yang tinggi ini merangsang pertumbuhan
uterus dan perkembangan kelenjar mammae.

20
Hormon Lainnya

• Sinsitiotrofoblas juga menghasilkan gonadotropin


(gonadotropin korionik manusia atau hCG), yang
mempunyai khasiat serupa dengan hormon luteinisasi
dari hipofisis lobus anterior.
• Hormon-hormon ini diekskresi oleh ibu melalui air seni
dan pada permulaan kehamilan, adanya hormon
tersebut dipergunakan untuk indikator kahamilan.
• Hormon lain yang dihasilkan plasenta adalah
somatomammotropin (dahulu disebut laktogen
plasenta). Hormon ini adalah satu zat yang mirip dengan
hormon pertumbuhan yang memberikan prioritas
kepada janin untuk mendapatkan glukosa dari darah ibu
dan membuat ibu menjadi agak diabetogenik
21
Amnion dan Tali Pusat
 Garis peralihan antara amnion dan ektoderm embrional
(persambungan amniom ektoderm) berbentuk oval, dan disebut
cincin umbilikal primitif. Pada perkembangan minggu kelima,
bangunan-bangunan berikut ini melewati cincin tersebut:
 Tangkai penghubung, yang mengandung allantois dan pembuluh-
pembuluh darah umbulikus yang terdiri atas dua nadi dan satu
pembuluh balik.
 Tangkai kantung kuning telur (duktus vitellinus) yang disertai
dengan pembuluh darah vitellina
 Saluran yang menghubungkan rongga selom intra-dan ekstra
embrional
 Kantong kuning telur menempati ruangan di dalam rongga korion,
yaitu ruang antara amnion dan lempeng korion.
22
23
Perubahan Plasenta Pada Akhir Kehamilan

Pada akhir kehamilan, terjadi sejumlah perubahan pada plasenta yang


mungkin merupakan suatu petunjuk akan berkurangnya pertukaran zat
antara kedua peredaran darah. Perubahan-perubahan tersebut antara
lain:

 Bertambahnya jaringan ikat fibrosa di bagian inti villi


 Bertambah tebalnya membrana basalis kapiler janin
 Oblitarasi kapiler-kapiler kecil di dalam villi
 Pengendapan fibrinoid pada permukaan villi pada daerah
persambungan dan pada l lempeng korion.
 Pembentukan fibrinoid yang berlebihan sering menyebabkan infark
pada sebuah danau antar-villi atau kadang-kadang pada seluruh
24 kotiledon. Kotiledon kemudian tampak keputih-putihan.
Perkembangan Amnion dan Tali Pusat
 Rrongga amnion membesar dengan cepat sambil memenuhi
rongga korion, dan amnion mulai meliputi tangkai penghubung
dan tangkai kantung kuning telur, karena itu mengelompokkan
mereka bersama dan menyebabkan pembentukan tali pusat
primitif.

 Pada perkembangan selanjutnya, rongga amnion membesar


secara cepat dengan mengorbankan rongga korion, dan amnion
mulai membungkus tangkai penghubung dan tangkai kantung
kuning telur, sehingga merangkum mereka bersama-sama dan
menghasilkan pembentukan tali pusat primitif.

25
 Rongga perut untuk sementara waktu terlampau kecil bagi usus
yang berkembang dengan pesat dan sebagian usus itu terdesak ke
dalam rongga selom ekstraembrional di tali pusat.
 Usus yang menonjol keluar ini membentuk sebuah hernia
umbilikalis fisiologis. Di sekitar akhir bulan ketiga, usus ini
kembali masuk ke dalam badan mudigah dan rongga selom di
dalam tali pusat yang lenyap. Di samping itu, pada waktu
allantois, duktus vitellinus dan pembuluh darah vitellina
menghilang pula, yang ada di dalam tali pusat hanyalah pembuluh
darah umbilikus yang dibungkus oleh agar-agar Wharton.

26
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood L.( 2011). Fisiologi Manusia: dari Sel ke
Sistem, edisi 6. EGC. Jakarta.
Sadler.T.w. (2009). Embriologi Kedokteran Langman,
edisi 10. EGC. Jakarta

27
TERIMA KASIH

28

Anda mungkin juga menyukai